Chindy Yulia Permatasari, Bengkulu Selatan
Sudah tidak diragukan lagi pesona keindahan Bumi Rafflesia acap kali menjadi pilihan wisata favorit baik wisatawan asing maupun lokal. Namun, diantara objek wisata terkenal seperti Pantai Panjang, Pantai Zakat, Pantai Ujung Samudra, Bumi Sekundang adalah salah satu pilihan yang tak kalah mempesona.
Bumi Sekundang adalah sebutan dari Bengkulu Selatan, kabupaten yang lahir tanggal 8 maret 1949 dengan luas sekitar 1.185,70 km2. Di bumi sekundang ini kita akan disuguhi keindahan panoramanya alam, keunikan adat istiadat, dan kuliner yang menggugah selera.
Cukup jauh memang terlebih kita hanya bisa menggunakan kendaraan sebatas desa Sukarami. Sisanya sekitar lebih kurang 1 jam kita akan melewati jalan setapak yang terdapat kebun-kebun yang membentang di sepanjang bibir jalan.
Selama menyusuri jalan setapak kita akan ditemani kicauan burung, jangkrik, kodok dan suara khas dari hewan hutan yang membuat alunan nada mengelora semangat menapakki jalan yang sedikit banyak rintangan. Lambaian dedaun pohon perkebunan seolah ikut mendorong untuk tetap lanjut tanpa memikirkan rasa lelah dan letih.
Tiada usaha yang mengkhianati hasil semua rasa lelah terbayar dengan pesona yang menyejukkan hati serta pikiran. Mata kita akan dimanjakan dengan air yang bersih lagi jernih. Belum lagi jika kaki dan tangan kita menyentuh air yang akan langsung menyegarkan tubuh kita.
Alangkah baikknya jika kita membawa bekal dan minuman untuk memproduksi energi kita menjelajahi bagian bumi sekundang yang lainnya. Tetapi ingat tetap jaga kebersihan karena, jika bukan kita yang menjaga keapikkan alam ini siapa lagi?
Masih kurang? Tak lengkap memang jika ke Bengkulu Selatan hanya mengunjungi satu objek wisata saja. Masih di desa Sukarami kecamatan Seginim - Air Nipis, Bengkulu Selatan. Jadi setelah cukup beristirahat di Lubuk Sepit Kancing kami berniat pulang namun Saya dan Mbak yang baik mengajak saya ke bumi sekundang ini beralih ke lokasi Batu Balai tepatnya di pinggir jalan utama.
Batu Balai pemandangan alamnya masih sangat alami konon ini adalah bendungan peninggalan jaman Belanda yang masih berdiri kokoh di hulu sungai yang dipenuhi rimbunan pepohonan. Aliran sungai deras disertai suara deburan air yang memberikan sensasi kesegaran.
Informasi yang didapat aliran sungai ini berasal dari mata air pegunungan Dempo. Bebatuan yang ada di sekitar sungai akan menambah pesona serta keunikan tersendiri. Lokasi ini bisa dijadikan spot olahraga arung jeram karena warga sekitar menyediakan sewa ban dan tali untuk olahraga arung jeram, berenang atau sekedar mengabadikan ciptaan Tuhan yang begitu indah dengan kamera bisa untuk photo pra wedding juga.
Bicara tentang sebutan bumi Rafflesia tak lepas dari asal usul penemuan bunga langka di Bumi Sekundang. Bunga inilah yang menjadi simbol kebanggaan Bengkulu yaitu bunga Rafflesia. Julukan The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia pertama kali ketika pada masa kepemimpinan Gubernur Hindia Belanda di Bengkulu.
Gubernur Jendral Hindia Belanda Sir Stamford Raffless dan Dr Joseph Arnold 1818 menemukan bunga raksasa di desa Lebar, Kecamatan Pino Raya kabupaten Bengkulu Selatan. Diameter bunga Rafflesia Arnoldi 70 -110 cm. Uniknya bunga raksasa ini beraroma bangkai dan tidak mempunyai batang. Kelopak bunga yang lebar dan identik berwarna kemerahan dengan bercak putih menyerupai pola polkadot ini menambah keunikan yang tidak ditemui di bunga lainnya.
Soal pesona kebudayaan Bumi Sekundang, maka daerah ini mempersembahkan sebuah tarian yang bernama Pino Raya. Tarian ini menggambarkan penemuan bunga Rafflesia di Bengkulu Selatan. Terlihat dari tata rias penari yang menggunakan aksesoris mahkota bunga Rafflesia di kepala menambah kecantikan dari setiap penari. [Komunitas Ayo Menulis Bengkulu]