Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE
Berita Terkini

Biarlah Rafflesia Mekar, Tapi Merah Putih Berkibar

Perubahan bukanlah sebuah pengkhianatan terhadap sejarah, melainkan sebuah upaya menyempurnakan jati diri.

Kebijakan mengganti julukan Bengkulu dari “Bumi Rafflesia” menjadi “Bumi Merah Putih” bukan sekadar simbolik, melainkan sebuah lompatan makna menuju identitas yang lebih luhur dan menyatu dengan semangat kebangsaan.

Selama ini, julukan Bumi Rafflesia merujuk pada bunga langka Rafflesia arnoldii yang memang tumbuh di hutan-hutan Bengkulu. Namun tak dapat dipungkiri, nama ini juga mewarisi jejak kolonial, karena bunga itu ditemukan oleh penjelajah asing, dan namanya pun berasal dari nama Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Inggris di masa kolonial. 

"Bumi Rafflesia" patut diganti menjadi "Bumi Merah Putih", karena bendera Merah Putih pertama yang dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dijahit oleh Putri terbaik Bengkulu, Fatmawati Sukarno.

Inilah warisan sejarah yang amat agung dan tak ternilai bagi bangsa Indonesia, dan menjadi alasan yang paling sahih dan mulia untuk menempatkan "Merah Putih" sebagai identitas baru Provinsi Bengkulu.

Fatmawati bukan hanya istri proklamator, tetapi juga penjahit sejarah kemerdekaan dengan tangannya sendiri. Dari rahim tanah Bengkulu, lahirlah seorang perempuan yang menjahit bukan hanya kain, tetapi juga harga diri bangsa yang telah lama diinjak-injak penjajah. Ia menjahit dengan cinta, dengan doa, dengan pengharapan yang dalam untuk tegaknya Indonesia merdeka.

Maka, menyebut Bengkulu sebagai Bumi Merah Putih bukanlah klaim berlebihan. Justru inilah bentuk penghormatan tertinggi atas kontribusi daerah ini terhadap sejarah nasional. Julukan itu adalah pengakuan atas jasa, identitas, dan peran historis Bengkulu dalam lahirnya Republik Indonesia.

“Bumi Merah Putih” adalah simbol persatuan, perjuangan, dan pengorbanan. Di tengah arus zaman yang kian mencairkan nasionalisme, julukan ini justru bisa menjadi suluh peradaban dari Tanah Bengkulu – negeri yang dulu menjadi saksi pengasingan Bung Karno dan tempat lahirnya pemikiran kenegaraan yang religius.

Julukan baru ini tidak akan menghapus kekayaan hayati Bengkulu, tetapi akan menegaskan bahwa tanah ini bukan hanya indah, tapi juga mulia. Bahwa rakyat Bengkulu bukan hanya pewaris alam, tapi juga penjaga nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Mari kita dukung perubahan ini dengan hati yang lapang dan pikiran yang jernih. Karena sejatinya, membumikan nilai merah putih di setiap jengkal tanah Bengkulu adalah bentuk syukur kepada Allah atas karunia kemerdekaan. Dan mengganti julukan menjadi Bumi Merah Putih adalah satu ikhtiar kecil menuju Indonesia yang religius, sejahtera, dan bahagia.