Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Angka Prevalensi Stunting di Bengkulu Naik, BKKBN Gandeng LSOM Kembangkan Inovasi Cegah Stunting

PedomanBengkulu.com, Bengkulu - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu bersama salah satu lembaga sosial dan organisasi masyarakat di daerah itu menjalin kerjasama untuk mengembangkan inovasi dalam rangka pencegahan stunting di daerah ini.

Kolaborasi antar lembaga tersebut adalah implementasi dari Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting yang menjadi ancaman pada bidang pembangunan kependudukan," kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Zamhari, S.H., M.H saat mengikuti workshop Inovasi Penurunan Stunting di Bengkulu, Senin, 6/5.

Workshop sehari tersebut menghadirkan Wakil Gubernur Bengkulu Rosjonsyah ditengah puluhan peserta dari berbagai unsur pemerintah dan swasta di Bumi Rafflesia. Wagub sekaligus sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Bengkulu mengajak semua pihak untuk mengambil bagian dalam meningkatkan kualitas SDM di Bengkulu. "Pencegahan stunting tidak dapat dilakukan oleh satu lembaga saja, melainkan perlunya aksi konvergensi semua lini," kata Wagub.

"Kita terus menggali inovasi agar menjawab tantangan dalam menurunkan stunting dan peningkatan kualitas keluarga agar tumbuh menjadi masyarakat yang mandiri dan sejahtera," katanya.

Kepala Perwakilan BKKBN Bengkulu Zamhari menyebutkan, pada 2023 jumlah penduduk Indonesia mencapai 280,73 juta jiwa. Angka tersebut bertambah 1,61 juta jiwa dibanding total penduduk pada juni 2023. Kondisi itu menjadi tantangan sekaligus ancaman dalam pengendalian penduduk di masa yang akan datang jika penduduk yang ada tidak memiliki potensi yang unggul dan tidak produktif.

"Salah satu ancaman pada generasi mendatang adalah pertumbuhan fisik yang tidak sesuai dengan umurnya akibat kekurangan nutrisi yang belakangan ramai disebut dengan stunting".  

Selain stunting, kualitas keluarga pun menjadi tantangan di masa mendatang. Atas dasar amanah undang-undang nomor 52 tahun 2009, salah tugas dan wewenang BKKBN adalah menjalankan program pembangunan keluarga. Sehingga diperlukan meningkatkan aksi konvergensi bersama lintas sektor, yang kali ini BKKBN menggandeng organisasi masyarakat.

“Salah satu lembaga sosial tersebut yaitu AKAR Global Inisiatif di Provinsi Bengkulu. Yang bersama BKKBN menggelar workshop bertujuan mendorong masyarakat untuk giat dalam pangan lokal”, ujar kepala BKKBN Bengkulu.

Stunting di Bengkulu Naik

Program penurunan stunting sudah berjalan cukup lama. Namun, masalah ini masih menjadi perhatian bersama. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, merilis angka prevalensi stunting Indonesia turun sangat tipis 0,1 persen dari 21,4 persen tahun 2022 menjadi 21,5 persen di tahun 2023.

Sementara itu angka prevalensi stunting provinsi Bengkulu malah naik sebesar 0,4 persen dari 19,8 persen menjadi 20,2 persen. Masih sangat jauh dari target yang harapannya angka prevalensi stunting turun sebesar 12,55 persen pada tahun 2024. 

Kondisi ini perlu menjadi perhatian yang sangat serius dan kerja sama antara lintas sektor dan lintas bidang pemerintahan serta keterlibatan unsur pentahelix lainnya seperti akademisi, komunitas, pengusaha, dan media," sebut Zamhari.

Sementara itu Erwin Basrin, Direktur Eksekutif Akar Global Inisiatif menyebutkan, workshop yang melibatkan puluhan peserta dari berbagai unsur lembaga pemerintah dan swasta itu mengakat tema "Inovasi Penurunan Stunting melalui Tata Kelola Sumber Daya Alam yang Inklusif dan Berkelanjutan”. 

"Mengapa AKAR Global Inisiatif mengambil peran dalam pencegahan stunting bersama pemerintah. Akar Global Inisiatif merupakan salah satu NGO yang bergerak mewujudkan kedaulatan hak-hak masyarakat berdasarkan Hak Azazi Manusia (HAM) yang salah satunya membangun kualitas sumber daya manusia," kata Erwin Basrin.

Dikatakan Erwin, pemerintah terus berjuang untuk mengatasi angka kemiskinan. Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang ingin menekan angka kemiskinan sebesar 7 persen, yang tampaknya masih menghadapi tantangan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari 2022 menunjukkan tingkat kemiskinan dari Maret 2020 hingga September 2020 mengalami kenaikan sebesar 1,12 persen. Dari September 2020 hingga Maret 2021 meskipun mengalami penurunan tetapi tidak terlalu signifikan, yakni hanya sebesar 0,05%. Demikian juga dari Maret 2021 hingga September 2021 hanya mengalami penurunan sebesar 0,43 persen.

Menurut ahli sosiologi perdesaan IPB, kelompok miskin adalah rumah tangga yang mengonsumsi pangan kurang dari nilai tukar 240 kilogram beras setahun per kepala di perdesaan atau 369 kilogram di perkotaan. Dari sini diperoleh angka kecukupan pangan, yakni 2.172 kalori per orang per-hari.

Atas referensi itu, AKAR Global Inisiatif bersama BKKBN akan bersinergi dalam membangunan kebiasaan masyarakat untuk meningkatkan penggunaan pangan lokal sebagai bahan lokal yang kaya nutrisi dan protein guna membantu dalam meningkatkan kesehatan baduta mencegah stunting.[Rls]