Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Dewan Kota Tak Kerja, Tuduhan yang Mengada-ada

10672217_10203636178094316_3225601011518447172_nBENGKULU, PB - Adanya tuduhan terhadap DPRD Kota Bengkulu yang tidak bekerja karena tidak mempersoalkan cuti di luar tanggungan negara yang diambil Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan dinilai mengada-ada. Baca: Presiden BEM Unib Tuding Dewan Tak Bekerja.

"Kalau dewan nggak kerja mana mungkin jalan-jalan dibangun, taman, trotoar dan drainase diperbaiki, pegawai digaji, singkatnya, mana mungkin pembangunan dapat berjalan," kata Wakil Ketua II DPRD Kota Bengkulu, Teuku Zulkarnain, Rabu (23/12/2015).

Ia menjelaskan, tugas dewan meliputi perancangan Paraturan Daerah (Perda), pengawasan roda pemerintahan dan perumusan anggaran serta belanja pemerintahan.

Baca juga:


Tak Mampu Kendalikan Limbah, Perusahaan Kayu Dilarang Beroperasi.


Dewan Kota Usut Dugaan Pugli di Sekolah.


Hasil Reses, Warga Muara Dua Butuh Puskesman.


Pelayanan Dikeluhkan, Dewan Panggil Dukcapil Kota


"Semua tugas-tugas tersebut berjalan. Semua tercatat rapi dalam risalah rapat dan notulen-notulen. Baik yang bersifat inspeksi mendadak, hearing dengan unsur eksekutif pemerintahan dan masyarakat, maupun reses-reses," ungkapnya.

Pada tahun 2016 mendatang, tambah Teuku, dewan akan mempergiat pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Ia menekankan, peringatan agar Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat melaksanakan perannya dengan sungguh-sungguh sudah diutarakan dalam rapat-rapat pembahasan APBD.

"Dalam menjalankan tugasnya, ASN harus secara aktif berkoordinasi dengan dewan. Program-program sudah kita susun. Kami akan selalu bersama-sama rakyat mengawal proses pembangunan yang akan dilaksanakan tahun depan," pungkasnya.

Terpisah, Septiansyah salah satu aktifis Serikat Rakyat Miskin Kota (SRMI) Bengkulu menyampaikan kritikannya terkait aktifis kampus saat ini yang dinilai gagal memanfatkan ruang demokrasi secara bertanggungjawab.

"Ruang reformasi yang terbuka saat ini mestinya dimanfaatkan kalangan intelektual, khususnya mahasiswa untuk memberikan kritik yang substantif, misalnya soal kemiskinan kota, capaian program kota, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pelayanan publik, dan sebagainya. Jadi bukan mempersoalkan hal remeh-temeh," tuding Septian.

Dalam pandangan Mahasiswa IAIN tersebut, rekan-rekan aktifisnya saat ini lebih bermodalkan kenekatan daripada intelektual. "Keberaniannya nilai 9, tapi pesan intelektualnya nilai 3," ketusnya dengan mimik tersenyum.

Ia pun berharap kedepan peran gerakan mahasiswa dan aktifis sosial lainnya tidak hanya mengambil peran yang menggangu tetapi juga memberikan sumbangsi pemikiran kreatif dan kritis dalam mendukung pembangunan. "Bukan dekonstruksi, tapi konstruktif. Bukan merusak tapi membangun itulah yang lebih baik," tutupnya. [RV]