Usia ke-57 tahun merupakan momentum penting bagi Provinsi Bengkulu untuk menengok kembali langkah yang telah ditempuh, sekaligus menata arah perjalanan masa depan. Di bawah kepemimpinan Helmi–Mian yang bahkan belum genap setahun, publik mulai merasakan sejumlah perubahan yang patut diapresiasi. Janji untuk memuluskan akses jalan telah diwujudkan di berbagai titik, menghadirkan kemudahan mobilitas dan denyut ekonomi baru bagi masyarakat. Upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pun terus digencarkan, menjadi penegas bahwa kesejahteraan warga adalah prioritas.
Namun realitas pembangunan tak pernah tanpa tantangan. Provinsi Bengkulu masih dibayangi beragam persoalan yang menuntut perhatian serius. Ancaman pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai yang pernah menghambat arus logistik. Bencana gempa bumi yang merusak ratusan rumah menunjukkan rapuhnya mitigasi kebencanaan. Kasus pekerja migran asal Bengkulu yang meninggal di luar negeri mengingatkan bahwa perlindungan warga belum maksimal. Kisruh penerimaan siswa baru di SMAN 5 Kota Bengkulu, insiden pelajar keracunan MBG, kerusakan hutan, kelangkaan BBM, hingga maraknya kasus korupsi dan kriminalitas—semua menandai bahwa pekerjaan rumah pemerintah masih panjang.
Di tengah kondisi ini, diperlukan solusi yang bukan hanya teknokratis, tetapi juga menyentuh akar moral masyarakat. Sejarah peradaban Islam memberi teladan bahwa Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun masyarakat terbaik justru dengan menjadikan masjid sebagai sentral pergerakan. Masjid bukan sekadar tempat ibadah, tetapi pusat edukasi, musyawarah, solidaritas sosial, dan pembinaan akhlak.
Bengkulu memiliki modal besar untuk membangun rekonstruksi peradaban moral itu. Berdasarkan data Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kementerian Agama RI, tahun 2025 Bengkulu memiliki 3.301 masjid. Bila seluruh masjid ini hidup dengan aktivitas jamaah yang produktif—pengajian, pendidikan keluarga, pembinaan pemuda, ekonomi umat, khidmat, dakwah hingga gerakan sosial—maka masjid dapat menjadi ruang lahirnya masyarakat yang berakhlak, berdaya, dan bermartabat. Dalam keyakinan umat, keberkahan akan turun dari langit dan keluar dari bumi ketika masyarakat memakmurkan rumah-rumah Allah.
Di usia ke-57 ini, Bengkulu perlu melangkah lebih jauh dari sekadar pembangunan fisik. Infrastruktur penting, tetapi infrastruktur moral jauh lebih menentukan arah peradaban. Pemerintahan Helmi–Mian sudah memulai langkah yang patut diapresiasi; kini tantangannya adalah menggabungkan kerja-kerja teknis dengan pembangunan karakter masyarakat. Menjadikan masjid sebagai pusat peradaban bukanlah romantisme sejarah, tetapi strategi kultural yang terbukti sukses membangun masyarakat yang kokoh.
Semoga Bengkulu memasuki usia yang lebih matang dengan keseimbangan antara pembangunan lahir dan batin, antara kemajuan ekonomi dan kemuliaan akhlak. Sebuah provinsi yang diberkahi, sejahtera, dan menjadi teladan bagi daerah lain.
Dirgahayu Provinsi Bengkulu ke-57. Semoga keberkahan selalu menyertai langkah seluruh putra-putri Bumi Merah Putih.
