Hari ini, Jumat (22/8), Masjid Raya Baitul Izzah (MRBI) Bengkulu mencatat sejarah penting dalam syiar Islam di Bumi Merah Putih. Untuk pertama kalinya, khutbah Jumat di masjid kebanggaan masyarakat Bengkulu itu disampaikan sepenuhnya dalam bahasa Arab. Sebuah langkah yang tidak hanya bernilai simbolis, tetapi juga mengakar kuat pada tradisi dan tuntunan mazhab Syafi’iyah yang dianut mayoritas umat Islam di Indonesia.
Dalam pandangan Mazhab Syafi’i, khutbah Jumat memang diwajibkan menggunakan bahasa Arab, setidaknya pada rukun-rukun khutbahnya. Maka, inisiatif MRBI ini adalah upaya meluruskan kembali praktik ibadah agar sesuai dengan tuntunan fikih yang sahih. Lebih dari itu, khutbah berbahasa Arab juga akan memperkaya khazanah keilmuan umat, sekaligus mendorong jamaah untuk lebih giat menuntut ilmu agama agar dapat memahami makna yang terkandung dalam khutbah.
Kita patut memberi apresiasi kepada pengurus MRBI yang berani mengambil langkah maju ini. Tidak mudah memperkenalkan tradisi baru yang sejatinya adalah warisan lama, apalagi di tengah kebiasaan masyarakat yang telah terbiasa dengan khutbah berbahasa Indonesia. Namun, MRBI hadir dengan solusi: naskah khutbah berbahasa Arab disertai terjemahan dalam bahasa Indonesia, sehingga jamaah tidak kehilangan substansi pesan yang disampaikan.
Langkah bersejarah ini hendaknya tidak berhenti di Masjid Raya Baitul Izzah semata. Masjid-masjid lain di Provinsi Bengkulu seharusnya turut mendukung dan mencontoh. Dengan jadwal yang teratur—misalnya sebulan sekali atau pada momentum tertentu—khutbah Jumat berbahasa Arab bisa menjadi gerakan bersama. Hal ini akan melahirkan tradisi ilmiah, meningkatkan literasi agama, serta menguatkan identitas Islam Bengkulu sebagai bagian dari khazanah Islam Ahlussunnah wal Jamaah Syafi’iyah.
Sudah saatnya kita kembali mendekatkan diri pada ajaran yang diwariskan para ulama, bukan sekadar menjalankan rutinitas ibadah tanpa makna yang mendalam. Melalui khutbah berbahasa Arab, jamaah didorong untuk tholabul ilmi, belajar memahami bahasa Al-Qur’an, bahasa hadis, dan bahasa para ulama. Dari sinilah akan lahir umat yang lebih berilmu, beradab, dan bertaqwa.
Oleh karena itu, kita menyerukan agar Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bengkulu, pemerintah daerah, serta seluruh pengurus masjid mendukung penuh langkah ini. Bengkulu bisa menjadi pelopor di Sumatra dalam menegakkan kembali khutbah Jumat sesuai tuntunan mazhab Syafi’i.
Khutbah Jumat berbahasa Arab bukan hanya soal bahasa, melainkan komitmen untuk menjaga kemurnian ibadah, memperkuat tradisi keilmuan Islam, dan membangun generasi muslim Bengkulu yang lebih dekat dengan Al-Qur’an dan sunnah.
