Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Jelajah Eksotisme Wisata Kuliner Khas Pesisir Bengkulu

lema-tongkolMinggu pagi yang sejuk dengan mentari yang bersinar cerah telah membangkitkan semangat diri untuk segera bersiap-siap mengerjakan rencana yang telah sekian lama di rancang. Ya akhir pekan ini Saya akan menjelajah khasanah kuliner gizi pesisir pantai Bengkulu. Saya pun  telah mempersiapkan bekal yang cukup untuk perjalanan kali ini, dan yang tidak boleh ketinggalan tentunya adalah kamera.

Perjalanan menuju tempat tujuan di lakukan dengan menggunakan motor. Jarak tempuh kurang lebih satu setengah jam dari rumah di Kepahiang. Perjalanan di mulai dengan menembus daerah pegunungan dan kawasan hutan Bukit Daun yang terkenal dengan julukan “The Jungle of Raflesia”. Raflesia sendiri adalah bunga langka dan bunga terbesar di dunia serta menjadi endemik di hutan ini. Bunga ini pun menjadi ikon Provinsi Bengkulu.  Selepas melalui kawasan hutan, saya pun melalui daerah administratif Bengkulu Tengah, sebuah kabupaten baru.  Dan sejam kemudian Saya telah tiba di pesisir Bengkulu. Perbedaan cuaca begitu terasa, tadinya suasana begitu dingin dan sejuk, tetapi sekarang suasana menjadi panas dengan sesekali tiupan angin pantai datang menyerpa menyegarkan badan.

Pesisir pantai Bengkulu terkenal dengan keindahan pantai berpasir putihnya, sehingga tidak jarang di beberapa titik pantai di dekat pusat kota di jadikan sebagai objek wisata sebut saya objek wisata Pantai Panjang dan Pantai Jakat yang memiliki pantai berpasir putih dan terlihat memanjang sejauh mata memandang. Pantai-pantai ini telah mulai di kelola dengan baik dan mulai go internasional. Sebagian besar mata pencarian penduduk di pesisir pantai Bengkulu di dominasi oleh nelayan dan pedagang. Tanpa membuang waktu, Saya pun segera mencari tempat para nelayan biasanya menambatkan perahu mereka.

Saya pun menuju kawasan Tapak Paderi, yang lokasinya tidak jauh dari Benteng Marlborough, benteng peninggalan Inggris terbesar kedua di Asia. Di sini saya menemui beberapa perahu nelayan sedang tertambat di pantai. Mereka belum pergi melaut, karena umumnya nelayan di sini melaut pada sore hari. Tetapi beruntung di tempat lain, Saya menjumpai para nelayan yang baru saja pulang melaut. Pak Sukri dan teman-temannya, tetapi sayang hasil tangkapan mereka hari itu sedikit sekali, hanya beberapa ekor udang, ikan pari dan ikan-ikan laut lainnya. Ada guratan kecewa terlihat dari wajah mereka. “Belum rezeki” ujarnya pelan.

Selepas bertemu dengan Pak Sukri dan teman-temannya, Saya pun segera menuju ke perkampungan nelayan di kawasan Pelabuhan Pulau Baai, setengah jam dari lokasi Saya sekarang. Di dalam perjalanan, saya menjumpai menu cemilan makanan laut yang di jajakan oleh pedagang sekitar pantai seperti seafood goreng yang rasanya gurih mirip rempeyek ikan dan beberapa penjual ikan asin, yang umumnya di jadikan oleh-oleh oleh wisatawan domestik.

Di pelabuhan pulau Baai, saya menjumpai Pasar Bahari, pasar yang menjual berbagai kebutuhan pokok sehari-hari, dengan arstitektur gerbang di lengkapi dengan meriam kuno dan jangkar, membuat kesan pasar bahari ini bernilai historis. Tidak jauh dari Pasar Bahari terdapat tempat pelelangan ikan, dimana biasanya paranelayan menjajakan ikan hasil melaut di tempat ini.

Tidak butuh waktu lama, Saya pun tiba di perkampungan nelayan. Terlihat indah dari kejauhan tapi sayang kesan kumuh dengan sanitasi air yang buruk menjadi pemandangan yang tidak menarik ketika memasuki perkampungan ini. Kesan ini juga hampir sama ketika saya melewati perkampungan nelayan di sekitar kawasan Tapak Paderi. Mungkin perlu edukasi yang lebih dari para stakeholder untuk membenahi derajat kesehatan masyarakat pesisir.

Setelah berbincang-bincang singkat dengan beberapa warga di pesisir Bengkulu, saya pun mengetahui banyak ragam kuliner khas yang di olah oleh masyarakat pesisir seperti tempuyak ikan, ikan pais (pendap), dan lema. Tetapi saya belum beruntung untuk menemukan jenis makanan ini di berbagai warung makan di sekitar pelabuhan. Beruntung ada warga yang memberikan resep masakan ini untuk di coba di rumah. Saya pun memilih mengolah salah satu masakan saja yaitu masakan lema ikan laut. Karena waktu telah menunjukkan sore hari menjelang malam, maka saya pun segera bergegas pulang. Tidak lupa sebelum kembali ke rumah saya mampir di tempat pelelangan ikan untuk membeli beberapa ekor ikan tongkol segar sebagai bahan utama masakan.

Esok harinya, saya di temani istri bersegera menuju pasar pagi tidak jauh dari rumah untuk membeli bahan-bahan masakan membuat lema ikan laut sesuai intruksi dalam resep. Lema sendiri adalah makanan yang terbuat dari fermentasi rebung (bambu muda) yang di cincang halus dalam bentuk kotak segi empat kecil. Dalam fermentasinya, Lema biasanya di tambah dengan potongan ikan mentah air tawar. Di karenakan Saya menggunakan ikan tongkol, maka nama masakan ini di sebut dengan “Lema Ikan Tongkol”.

Bahan masakan seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah dan cabe rawit harus di haluskan terlebih dahulu sedangkan daun bawang di iris kecil-kecil. Cara pembuatan Lema Ikan Tongkol dan hasil masakannya adalah sebagai berikut:

Cita rasa masakan Lema Ikan Tongkol ini punya rasa gurih, sedikit pedas dan ada rasa asam-asam kecut dari Lema-nya. Masakan ini termasuk masakan yang dapat menambah nafsu makan. Orang Bengkulu memberikan nilai untuk masukan ini dengan nilai Camkoha (Kualitas Jempol).

Kandungan gizi dalam masakan Lema Ikan Tongkol ini sangat kaya dengan protein, vitamin dan mineral yang baik untuk kesehatan. Seperti kandungan gizi pada Lema yang mengandung protein, karbohidrat, antioksidan dan kaya serat. Sedangkan ikan tongkol mengandung energi, protein, dan lemak. Belum lagi di tambah dengan bahan-bahan lain yang tentunya kaya gizi. (sumber: evanputra.wordpress.com)