Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Indonesia, Surga Kopi Dunia

Selain kaya rempah-rempah, Indonesia juga kaya dengan beragam jenis kopi, yang bahkan beberapa di antaranya sudah mendunia

Indonesia selama ini dikenal sebagai negeri rempah-rempah. Kayu manis, jahe, pala, merica, cengkeh dan kunyit adalah beberapa jenis rempah-rempah yang sangat dikenal dan paling dicari di Indonesia. Tetapi tahukah Anda jika Indonesia kaya dengan beragam jenis kopi, yang bahkan beberapa di antaranya sudah mendunia?.

Inilah yang ditampilkan dalam “Specialty Coffee Association of America” yang berlangsung di Seattle dan Washington DC baru-baru ini.

Pemutaran film “Biji Kopi Indonesia” arahan sutradara Budi Kurniawan, yang judulnya diterjemahkan menjadi “Aroma of Heaven” dilakukan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Washington DC baru-baru ini, dihadiri oleh para penggemar kopi warga AS dan warga Indonesia lainnya.

Film berdurasi 68 menit yang digarap selama lima tahun ini menunjukkan kekayaan alam Indonesia, khususnya keanekaragaman kopi. Film ini mendapat sambutan hangat ketika diputar dalam pameran “Specialty Coffee Association of America” di Seattle, serta road-show festival kopi Indonesia di Los Angeles, Chicago, New York dan Washington DC.

Pemutaran film 'Aroma of Heaven' atau 'Biji Kopi Indonesia' arahan sutradara Budi Kurniawan bertempat di KBRI Washington DC (VOA/Eva).

“Film ini bercerita tentang keragaman varitas kopi Indonesia yang merefleksikan keragaman budaya kita, dari Sabang – Merauke, dari Gayo – Papua… film ini menunjukkan pluralisme di Indonesia yang disatukan oleh kopi. Ada komunitas masyarakat Muslim di Gayo dan masyarakat Kristen di Papua, yang disatukan oleh kopi. Kopi ini menghubungkan semua entitas tersebut…… saya menemukan fenomena bahwa kopi ini merepresentasikan karakter daerah masing-masing. Di Sumatera misalnya, aroma kopinya keras dan saya kira persis dengan orang-orangnya yang keras, ‘straight to the point’. Di Jawa, aroma kopinya lebih lembut, sementara di Bali lebih manis,” ujar Budi Kurniawan.

Harrison Suarez dan Michael Haft – dua pemilik café kopi “Compass Coffee” di Washington DC – yang membangun bisnis mereka karena sama-sama jatuh cinta pada kopi, mengakui keragaman kopi Indonesia. Saat ini hampir 30 persen pasokan kopi di café mereka berasal dari Indonesia.

“Kami adalah penggemar kopi yang juga pebisnis. Kami bersahabat sejak berdinas di marinir Amerika karena kopi, dan kemudian kegemaran kami akan kopi menjadi obsesi dan bisnis. Jika Anda lihat di atas meja ini, ada begitu banyak kopi dari berbagai tempat di Indonesia, ada yang yang Jawa, Sumatera, Bali dan daerah-daerah lain. (Bukankah ini luar biasa?) Ya! Orang-orang yang datang ini belum pernah berkesempatan mencoba beragam kopi secara langsung di satu tempat saja. Jadi ini menyenangkan sekali. (Apakah Anda berencana memperluas bisnis kopi ini dengan Indonesia?). Indonesia adalah salah satu pemasok kopi terbesar bagi café kami. Sekitar 25-30 persen kopi di café kami berasal dari Indonesia dan kami selalu ingin meningkatkan hal ini," katanya.

Warga AS dengan antusias mencoba berbagai jenis kopi Indonesia (VOA/Eva).

Meskipun nilai ekspor kopi Indonesia ke Amerika masih rendah, tetapi menurut Atase Perdagangan Kedutaan Besar Indonesia di Amerika Made Marthini, telah terjadi peningkatan.

“Untuk ekspor dari angka memang terlihat rendah, kita bukan nomor satu tapi nomor enam. Tapi tetap terjadi peningkatan dari tahun 2013 ke 2014 yaitu sekitar 11 persen dengan nilai mencapai US$350 juta. Memang tidak tinggi dibanding ekspor barang lain seperti perikanan – atau udang misalnya – yang mencapai US$1,4 milyar,” kata Made Marthini.

Selain melakukan promosi lewat pameran, pemutaran film dan acara “coffee cupping” atau mencicipi beragam jenis kopi, KBRI Indonesia juga mendekati petani kopi, pemilik usaha kopi dan pebisnis café kopi.

Tahun lalu Duta Besar Indonesia Untuk Amerika Budi Bowoleksono dan Atase Perdagangan KBRI Made Marthini sempat menemui langsung Wakil Presiden Starbucks untuk Pengembangan Strategi & Bisnis di China dan Asia – Chuck Little – dan meminta pihak Starbucks untuk tidak sekedar menggunakan nama-nama propinsi atau daerah di kemasan kopi yang dijual dan dipromosikannya, tetapi juga menambahkan nama “Indonesia”.

Starbucks memenuhi janji itu dengan tidak saja menambahkan nama “Indonesia” tetapi juga sekelumit cerita tentang daerah di mana kopi itu berasal. Misalnya informasi tentang Pulau Sumatera di kemasan kopi “Starbucks – Sumatera, Indonesia” dan sebagainya. Lewat hal ini diyakini nilai ekspor kopi Indonesia di Amerika tahun 2017 akan mencapai 500 juta dolar. (sumber: voaindonesia.com)