Sering kali Bapak Helmi Hasan, Gubernur Bengkulu, menyampaikan konsep “mitigasi langit” — sebuah perspektif yang kerap berada di luar perhitungan teknis para ahli kebencanaan. Dengan ungkapan yang dalam, beliau mengingatkan: “Tolong yang di bumi, maka yang di langit akan menolongmu. Sayangi yang di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu.”
Fenomena bencana yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat belakangan ini tidak hanya menjadi ujian bagi keahlian teknis para pakar, tetapi juga menjadi peringatan dan kesempatan bagi kita semua.
Momentum ini mengajak kita untuk merefleksikan bahwa pencegahan bencana tidak cukup hanya dengan mitigasi fisik.
Dalam situasi penuh ketidakpastian seperti sekarang, penting bagi kita tidak hanya bersandar pada upaya manusiawi semata. Konsep "Mitigasi Langit" yang disampaikan Gubernur Bengkulu Helmi Hasan mengingatkan kita akan satu hal mendasar: keberlangsungan hidup kita bergantung pada dua relasi sekaligus – relasi vertikal dengan Sang Pencipta dan relasi horizontal dengan sesama serta alam sekitar.
Esensi Mitigasi Langit
Mitigasi Langit tidak berarti mengabaikan perencanaan teknis atau ilmu pengetahuan. Justru, konsep ini melengkapinya dengan fondasi moral dan spiritual. Ibarat sebuah bangunan, ilmu dan teknologi adalah struktur fisiknya, sementara iman, doa, dan kepedulian adalah pondasi yang membuatnya kokoh menghadapi goncangan.
Ketika bencana alam terjadi di berbagai wilayah, kita diajak untuk merenung: sudahkah kita menjadi manusia yang tidak hanya pintar mengelola risiko, tetapi juga bijak menjalani kehidupan?
Tiga Pilar Mitigasi Langit dalam Aksi
1. Pilar Iman: Membangun Ketahanan Batin
- Setiap pagi dan petang, luangkan waktu sejenak untuk mengingat Sang Maha Kuasa
- Jadikan sedekah sebagai rutinitas, bukan hanya saat ada musibah
- Pelihara sikap syukur dalam kondisi apapun
2. Pilar Sosial: Menguatkan Tali Persaudaraan
- Jaga komunikasi dengan tetangga dan kerabat
- Saling mengingatkan dalam kebaikan dengan cara yang santun
- Respons cepat ketika ada yang membutuhkan pertolongan
3. Pilar Lingkungan: Menjaga Amanah Bumi
- Perlakukan alam dengan penuh tanggung jawab
- Ambil secukupnya, jangan berlebihan
- Wariskan lingkungan yang sehat untuk generasi mendatang
Saat Ujian Datang: Tetap Berdiri Teguh
Bagi orang beriman, setiap musibah mengandung dua sisi: sebagai ujian kesabaran dan sebagai peringatan untuk introspeksi. Ketika banjir melanda beberapa wilayah saudara kita, sikap terbaik yang bisa kita ambil adalah:
- Berempati dan berusaha meringankan beban mereka
- Melihat ini sebagai cermin untuk mengevaluasi cara kita memperlakukan alam
- Tetap percaya bahwa setelah kesulitan pasti ada kemudahan
Gerakan Kepedulian Nyata
Merespons musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara, Pemerintah Provinsi Bengkulu menginisiasi pengumpulan bantuan dengan target Rp 3 miliar. Angka ini adalah simbol komitmen kita untuk saling membantu dalam kesulitan.
Bantuan yang kita berikan hari ini adalah investasi kemanusiaan yang nilainya tidak terukur dengan materi. Setiap rupiah yang terkumpul akan menjadi bukti bahwa di tengah perbedaan geografis, kita tetap satu dalam rasa kemanusiaan.
Cara Berkontribusi
Bagi yang ingin berpartisipasi dalam aksi kepedulian ini, bisa menyalurkan donasi melalui:
- Bank Bengkulu: 0010201473435 a.n BAZNAS Tanggap Bencana
- Platform online: Linkberkah.com
- Informasi lebih lanjut: wa. 0851 4234 3932
Mitigasi Langit pada hakikatnya mengajak kita menjadi manusia utuh – yang tidak hanya mengandalkan akal, tetapi juga menghidupkan hati; tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga peduli pada sekitar; tidak hanya menuntut hak dari alam, tetapi juga menjalankan kewajiban untuk menjaganya.
Dengan menjalankan prinsip-prinsip sederhana ini dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak hanya ikut mencegah terjadinya musibah, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih tangguh, berempati, dan penuh keberkahan. Wallahu a'lam.
Gading Cempaka Bengkulu, 2 Des 2025
Saeed Kamyabi
