PedomanBengkulu.com - Kemendagri menegur Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Bobby Nasution karena inflasi di daerahnya menjadi yang tertinggi se-Indonesia, yakni 5,32 persen secara tahunan.
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menegur Gubernur Sumatra Utara (Sumut) Bobby Nasution karena inflasi di daerahnya menjadi yang tertinggi se-Indonesia, yakni 5,32 persen secara tahunan.
Teguran itu dilayangkan Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah. Bukan hanya menegur Bobby, Kemendagri juga meminta 9 gubernur lainnya mengatasi fenomena tersebut.
"Bapak-ibu sekalian, inflasi 5,32 (persen) dalam suatu provinsi (Sumatra Utara) itu sudah terasa perubahan harganya bagi masyarakat. Kami mohon menjadi perhatian para gubernur, khususnya 10 provinsi tertinggi," tegur Tomsi dalam Rakor yang ditayangkan di YouTube Kemendagri, Senin (6/10/2025).
"Teman-teman kepala daerah dan pemerintah daerah harus bekerja keras, daerah yang merah-merah ini. Kenapa? Karena yang lain bisa, gitu loh, yang lain bisa (menekan inflasi)," desaknya.
Tomsi bahkan membandingkan Sumatra Utara dengan Papua Pegunungan. Ia paham kondisi medan di Papua Pegunungan turut menghambat distribusi. Namun, provinsi itu ternyata masih sanggup mencatatkan angka inflasi sebesar 3,55 persen.
Ia heran dengan provinsi-provinsi lain yang memiliki jalur distribusi barang dan jasa mudah, tapi tetap mengalami inflasi tinggi. Anak buah Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian itu mendesak para kepala daerah segera bertindak.
"Bapak ibu sekalian kami mohon cek kembali ini, cek kembali, perhatikan, berusaha sekeras-kerasnya! Dari daftar-daftar itu masih terlihat ada kabupaten kota yang berharap anugerah Tuhan yang Maha Esa saja, usahanya tidak maksimal," sindir Tomsi.
"Bagi kepala daerah, kalau umpamanya dinas-dinasnya tidak bergerak, mungkin selayaknya untuk dievaluasi. Kita bekerja di sini setiap minggu meluangkan waktu 3 jam untuk mengabdikan diri kepada masyarakat. Berbuat yang terbaik supaya barang-barang, terutama yang kita konsumsi sehari-hari itu terjangkau dan tidak mengalami kenaikan yang tinggi," tegasnya.
Data yang diungkapkan Tomsi sama dengan catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan inflasi pada September 2025 mencapai 2,65 persen secara year on year (yoy).
Rinciannya, 37 provinsi mengalami inflasi dan hanya 1 provinsi terjadi deflasi. Amalia menyebut Sumatra Utara menjadi provinsi teratas dengan inflasi tertinggi secara tahunan.
"Yang mengalami inflasi tertinggi adalah Sumatra Utara, year on year. Jadi, kalau secara year on year Sumatra Utara mengalami (inflasi) 5,32 persen, Riau 5,08 persen, Aceh mengalami 4,45 persen," jelas wanita yang akrab disapa Winny itu.
Ia mengatakan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi terbesar, yakni 9,59 persen yoy. Disusul makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 5,01 persen secara tahunan.
"Inflasi 2,65 persen yoy itu disumbang oleh perawatan pribadi dan jasa lainnya, yang dalam hal ini adalah karena didorong oleh kenaikan harga emas," tandasnya.
* Inflasi Bengkulu Aman
Terpisah, Badan Pusat Statistik menyebutkan inflasi Provinsi Bengkulu masih terkendali berada dalam rentang target nasional meski angka pada September 2025 mengalami kenaikan, terutama karena lonjakan harga sejumlah produk pangan.
"Pada September 2025, inflasi Provinsi Bengkulu sebesar 2,57 persen, pada Agustus dicatat 1,3 persen, tapi kondisinya masih dalam rentang target 2,5 plus minus 1 persen (yoy)," kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu Win Rizal di Bengkulu baru-baru ini.
Menurut dia, kenaikan pada September 2025 dipicu beberapa komoditas yakni cabai merah, daging ayam ras, tarif angkutan udara dan emas perhiasan.
"Beberapa komoditas pangan ini mesti bisa kita, daerah antisipasi dengan pemenuhan kecukupan stok pangan. Namun kalau emas perhiasan ini karena harga emas dunia memang mengalami kenaikan," kata dia.
Secara spesifik, kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 7,07 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,25 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,64 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,29 persen.
Kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 0,67 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,05 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,51 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,57 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,03 persen.
Win Rizal menyatakan meski angka inflasi Bengkulu masih berada dalam rentang target nasional, namun kenaikan tersebut juga harus menjadi peringatan bagi daerah untuk tetap berhati-hati hingga akhir 2025.
"Menjadi catatan penting tentang faktor cuaca, penurunan produksi, berkurangnya pasokan, serta kenaikan harga pupuk dan pembasmi hama mendorong kenaikan komoditas hortikultura, terutama cabai merah," kata dia.
Kemudian, perkembangan harga daging ayam ras kenaikan harga disebabkan berkurangnya stok dan pasokan daging ayam ras dari dalam dan luar wilayah Bengkulu serta meningkatnya permintaan pasar, selain itu juga dipicu oleh adanya kenaikan harga pakan ternak juga perlu kebijakan mengatasinya. (Tok)
* Berikut daftar 10 provinsi dengan inflasi tertinggi per September 2025:
1. Sumatra Utara: 5,32 persen
2. Riau: 5,08 persen
3. Aceh: 4,45 persen
4. Sumatra Barat: 4,22 persen
5. Sulawesi Tengah: 3,88 persen
6. Jambi: 3,77 persen
7. Sulawesi Tenggara: 3,68 persen
8. Papua Pegunungan: 3,55 persen
9. Sumatra Selatan: 3,44 persen
10. Papua Selatan: 3,42 persen
