Pedomanbengkulu.com, Gubernur Provinsi Bengkulu Helmi Hasan, telah menyampaikan sebuah motto yang menggugah hati untuk provinsi yang dipimpinnya, yakni: Bengkulu Religius, Sejahtera, dan Bahagia. Sebuah cita-cita kolektif yang bukan hanya ingin membangun wilayah dari segi fisik dan ekonomi, tetapi juga menyentuh aspek paling dalam dari manusia: ruhani dan kebahagiaan.
1. Religius: Pondasi Kehidupan yang Hakiki
Religius bukan hanya soal ritual, tapi tentang sejauh mana manusia menghadirkan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya. Religius menciptakan hati yang tenang, perilaku yang jujur, masyarakat yang peduli, dan pemimpin yang amanah.
Masyarakat yang religius:
1. Akan menjauhi korupsi dan segala bentuk kemungkaran.
2. Akan menghormati sesama dan menjaga persaudaraan.
3. Menjadikan rumah-rumah ibadah sebagai pusat peradaban, bukan sekadar tempat seremonial.
Kebahagiaan yang hakiki lahir dari religiusitas. Sebab hubungan seorang hamba dengan Tuhannya adalah sumber utama ketenangan jiwa. Orang yang dekat dengan Tuhan bisa bahagia meskipun hidupnya tidak sejahtera dan penuh keterbatasan. Sebaliknya, tanpa hubungan yang baik dengan Sang Pencipta, kekayaan dan kemewahan justru sering menjerumuskan ke dalam kekosongan batin dan rasa menderita.
2. Sejahtera: Hasil dari Kerja Keras, Jujur, dan Kolaboratif
Kesejahteraan adalah kebutuhan dasar setiap manusia. Pendidikan yang layak, layanan kesehatan yang memadai, lapangan kerja yang luas, serta infrastruktur yang merata adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan rakyat.
Pemerintah Provinsi Bengkulu telah menunjukkan komitmen dalam:
1. Meningkatkan akses pendidikan dan keterampilan.2. Mendorong UMKM dan potensi lokal seperti pertanian, perikanan, dan pariwisata.
3. Membangun infrastruktur hingga ke pelosok desa.
Namun semua itu tidak akan berhasil tanpa partisipasi aktif dari masyarakat. Warga Bengkulu perlu:
1. Bekerja dengan jujur dan semangat gotong-royong.
2. Memanfaatkan peluang usaha dan pelatihan yang ada.
3. Menjaga alam dan potensi daerah dengan penuh tanggung jawab.
3. Bahagia: Tujuan Tertinggi yang Sering Terlupa.
Menariknya, seseorang bisa saja sejahtera tapi belum tentu bahagia. Banyak orang hidup berkecukupan tapi hatinya resah, gelisah, pikirannya susah. Sebaliknya, ada pula yang hidup sederhana tapi bisa tersenyum tulus dan tidur nyenyak meskipun hanya beralas tikar.
Kebahagiaan bersumber dari hati yang bersyukur, ikhlas, dan dekat dengan Allah.
Inilah mengapa motto Bengkulu begitu relevan. Ia tidak hanya mendorong kemajuan fisik, tetapi juga mengarahkan pada kemuliaan ruhani. Bahagia bukan hanya milik mereka yang kaya, tapi milik mereka yang memiliki keimanan, kesabaran, dan ketulusan.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mewujudkannya?
Peran Pemerintah:
1. Mengutamakan nilai-nilai agama dan moral dalam setiap kebijakan. Misalnya mendorong memakmurkan masjid dan rumah ibadah lainnya.
2. Menyediakan akses pendidikan agama sejak dini di sekolah dan madrasah, bahkan dimulai dari rumah.
3. Mendorong terciptanya desa-desa religius dan ramah keluarga.
4. Membangun ekosistem ekonomi rakyat yang adil dan berkelanjutan.
Peran Masyarakat:
1. Memperkuat kegiatan keagamaan di lingkungan masing-masing.
2. Menanamkan akhlak mulia dalam keluarga dan komunitas, misalnya menjalankan taklim harian di rumah dan taklim mingguan di lingkungan.
3. Aktif dalam pembangunan daerah, baik sebagai pekerja, wirausahawan, maupun relawan sosial.4. Menjaga kebersihan, keindahan, dan keamanan lingkungan sebagai wujud iman.
Kesimpulan
Motto Bengkulu Religius, Sejahtera, dan Bahagia bukan sekadar kalimat. Ia adalah panggilan hidup bagi seluruh warga Bengkulu. Ia menantang kita untuk tidak hanya membangun jalan dan jembatan, tapi juga membangun hati dan jiwa.
Ketika warga Bengkulu hidup religius, mereka akan menciptakan kesejahteraan bersama. Dan di atas kesejahteraan itu, tumbuhlah kebahagiaan yang tak lapuk dihujan tak lekang dipanas. Barulah akan terasa nikmatnya hidup di atas bumi merah putih yang memiliki nilai sejarah yang sakral.
Bengkulu bukan hanya ingin maju. Bengkulu ingin bermartabat.
Saeed Kamyabi