Dalam Islam, nilai rahmat dan pengampunan selalu lebih tinggi daripada murka dan pembalasan.
Di saat banyak yang sibuk menjatuhkan hukuman, Gubernur Bengkulu Helmi Hasan justru mengambil langkah yang luhur: memohon pengampunan atas nama kemanusiaan bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tersandung sanksi netralitas Pilkada.
Sebagaimana diberitakan, Gubernur Helmi meminta Badan Kepegawaian Negara (BKN) untuk mempertimbangkan ulang sanksi berat terhadap 22 kepala dinas di lingkungan Pemprov Bengkulu. Sanksi tersebut, berupa pembekuan jabatan dan pemotongan hak tunjangan, telah menutup masa depan ASN yang mungkin telah menyesali kekeliruannya.
“Atas nama kemanusiaan, kami mohon BKN memberikan pengampunan,” demikian ungkap Gubernur Helmi Hasan.
Permohonan itu bukan bentuk pembelaan buta, melainkan seruan nurani seorang pemimpin yang memahami bahwa setiap insan pernah salah, dan setiap insan berhak atas kesempatan kedua.
Dalam Islam, Allah pun membuka pintu taubat selebar-lebarnya. Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Setiap anak Adam itu bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang bertaubat.”
Jika Allah Yang Maha Adil saja membuka ruang ampunan, bagaimana mungkin manusia menutupnya rapat-rapat?
Apa yang dilakukan Gubernur Helmi Hasan sejatinya adalah mencontoh nilai-nilai luhur Islam dalam kepemimpinan: memberi ruang perbaikan, menyambung harapan, dan menghidupkan kembali motivasi bekerja bagi para ASN yang ingin kembali pada jalan pengabdian.
Publik Bengkulu semestinya mendukung langkah mulia ini.
Apalagi, Kepala BKN Zudan Arif Fakrulloh telah menyatakan keterbukaan terhadap permintaan tersebut dengan syarat-syarat administratif yang dapat dipenuhi. Ini artinya, jalan ikhtiar telah terbuka, tinggal dilalui dengan niat tulus dan prosedur yang sah.
Jika aturan memberi hukuman, maka rasa kemanusiaan memberi harapan. Jika sistem negara menjatuhkan sanksi, maka pemimpin yang berjiwa besar mengupayakan pengampunan.
Apa yang dilakukan Gubernur Helmi Hasan adalah pelajaran bahwa kebijakan terbaik adalah yang seimbang antara hukum dan hati nurani.
Dan mengampuni yang bersalah — ketika mereka ingin berubah — bukan kelemahan, melainkan kemenangan moral dalam memimpin.
Bengkulu butuh ASN yang bersih. Tapi Bengkulu juga butuh pemimpin yang bijak, yang tak hanya menegakkan hukum, tapi juga menumbuhkan harapan.