Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Laporan Keuangan Kuartal III Tahun 2022, Laba Bersih Astra International Tembus Rp 23,33 T

PedomanBengkulu.com, Jakarta -  PT Astra International Tbk sukses membukukan laba bersih senilai Rp 23,33 triliun pada kinerja kuartal III 2022.

Adapun beberapa segmen yang berkontribusi pada pendapatan Astra, yaitu penjualan barang sebesar Rp 158,08 triliun, jasa dan sewa sebesar Rp 44,03 triliun, dan jasa keuangan sebesar Rp 19,23 triliun.

Berdasarkan segmen operasi, sektor alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi menyumbang pendapatan tertinggi sebesar Rp 91,53 triliun. Kemudian disusul oleh sektor otomotif yaitu Rp 87,73 triliun.

Sektor berikutnya adalah agribisnis sebesar Rp 16,51 triliun, infrastruktur dan logistik sebesar Rp 5,72 triliun, teknologi informasi sebesar Rp 2,04 triliun, dan properti sebesar Rp 808 triliun.

Melambungnya laba bersih sejalan dengan naiknya beban pokok pendapatan sebesar 29,68 persen, mencapai Rp 170,07 triliun. Adapun keuntungan nilai wajar atas investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk tercatat sebesar Rp 1,08 triliun.

“Laba per saham dasar dan dilusian yang dihitung dengan mengeluarkan keuntungan nilai wajar dari investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk untuk tahun 2022 sebesar Rp 550,” ungkap  Presiden Direktur Astra International, Djony Bunarto Tjondro dalam keterangan rilisnya yg diterima oleh media ini, Senin (31/10).

Sepanjang kuartal III 2022, total aset Astra International menembus Rp 412,01 triliun. Jumlah ekuitas tercatat sebesar Rp 237,86 triliun.

Perseroan mencatatkan total liabilitas sebesar Rp 174,15 triliun, terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp 126,49 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 47,85 triliun.

“Kinerja Grup sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2022 cukup baik, terutama didukung 

oleh pemulihan ekonomi dan harga komoditas yang lebih tinggi. Kinerja bisnis pada sisa tahun 

ini diperkirakan akan tetap baik. Namun, prospek bisnis ke depan dapat menghadapi 

tantangan yang disebabkan oleh tingkat inflasi yang lebih tinggi, meningkatnya suku bunga

dan tekanan ekonomi makro global,” tandasnya. [Rls]