Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Hadapi MEA, Ekonomi Kreatif Perlu Berbenah

Kartini Gedung Daerah (13)BENGKULU, PB - Tahun depan diperkiraan wilayah Bengkulu akan menjadi sasaran investasi masyarakat internasional setelah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) resmi diberlakukan per 1 Januari 2016 lalu. Menghadapi hal itu, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti kembali mengingatkan perlunya dukungan membangun ekonomi kreatif. Potensi ekonomi kreatif merupakan salah satu peluang yang cukup besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi ditengah-tengah kelesuan perkonomian dunia.

Baca juga: MEA, Dewi Motik Minta Mahasiswa Buat Usaha

"Perlunya tukar-menukar informasi tentang resep dan menu makanan yang enak misalnya. Karena dengan saling memberi kabar dan berbagi cerita tentang dunia ekonomi, khususnya ekonomi kreatif akan berkembang," kata Ridwan saat memberi sambutan memperingati hari Kartini ke 137 di Gedung Daerah Provinsi Bengkulu, baru-baru ini.

Ekonomi kreatif yang di topang dengan keuangan mikro finance diharapkan mampu untuk mendongkrak ekonomi masyarakat di tengah kreativitas ibu-ibu untuk menumbuhkan usaha produktif guna menghadapi persaingan ekonomi luar.

"Guna menghadapi MEA, penetrasi ekonomi dari asing akan masuk hingga ke desa-desa. Hal ini harus diantisipasi, jangan sampai Lontong Tunjang makanan khas Bengkulu yang hari ini di buat orang Bengkulu, kedepannya kalah saing dengan orang Thailand yang menjual Lontong Tunjang di Kota Bengkulu, begitu juga Pendap," jelas Ridwan.

Ia mengkhawatirkan makanan khas Bengkulu yang enak bisa diganti oleh karya masakan Filipina dengan pendap yang lebih enak produksinya dan bahkan lebih murah. Makanan lainnya seperti Keripik Pisang dan sebagainya inipun akan mendapat penetrasi dari negara-negara Vietnam, sambungnya, mereka akan mampu menjual keripik pisang lebih murah dari apa yang kita hasilkan.

"Hari ini sudah terlibat bahwa produksi pangan kita memiliki biaya produksi yang mahal. Sementara negara-negara penghasil komoditas pangan mampu menjual sepertiga dari harga kita. Contoh saja kedelai, kacang kedelai produksi Indonesia di produksi dengan cara yang sederhana. Akibatnya harga jual menjadi mahal," ungkapnya.

Dicontohkannya, harga jual kedelai kita yang capai Rp 10.000, sementara kedelai asal Amerika Serikat (AS) dijual dengan harga Rp 3.000 saja. Bahkan kualitasnya keelainnya pun besar-besar, warnanya bersih-bersih dan ini tentunya menjadi ancaman bagi pertanian kita ke depan.

Yang paling penting, sambungnya, kita terus berupaya membaangun makanan-makanan tradisional, menggairahkan pakan-pakan tradisional, dan pakan-pakan tradisional inilah yang diharapkan mampu menghadapi persaingan dan perkembangan usaha dan serbuan MEA.

"Galakan makanan-makanan tradisional untuk mengalahkan makanan global yang dapat menjebak kita di negeri sendiri. Kita saksikan pizza, roti keju dan spageti adalah makanan enak, makanan global dari Eropa. Soto ramen adalah makanan enak dari masyarakat Jepang. Kita harus melawan makanan asing tersebut dengan gemar memakan lontong tunjang produk asli Bengkulu. Gambaran langsung dapat kita lihat di Palembang, di sana Pizza, MC Donnald bangkrut disana  Sukiyati bangkrut juga di sana. alasanannya sederhana, karena orang Palembang makan pempek. Bengkulu juga dapat menghadapi serbuan tersebut dengan cara demikian. Pagi kita makan lontong tunjang," tutupnya. [Zefpron]