Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Redam Depresi Anda dengan Terapi Musik

Musik 2JAKARTA, PB - Sebagian besar orang mengetahui bahwa musik adalah susunan suara yang terdiri dari perpaduan keharmonisan antara lagu dan irama yang dihasilkan dari berbagai jenis alat. Sebagian besar yang lain menganggapnya hanya sebatas hiburan.

Tapi bagi Saphira Hertha, musik lebih dari sekedar susunan suara dan pelipur lara. Terapis musik dari Ikatan Terapi Musik Indonesia ini mengatakan, musik bisa dijadikan terapi untuk penderita depresi bahkan untuk orang berkebutuhan khusus. Namun di Indonesia terapi musik ini memang belum mendapatkan perhatian lebih.

"Di Amerika terapi musik lumayan berkembang, kalau di Indonesia saya melihat masih sebatas mendengarkan musik saja," kata Saphira, Jumat (6/11), sebagaimana dilansir dari CNN Indonesia.

Menurutnya, dalam terapi musik, ada beberapa hal yang bisa dilakukan. Mulai dari mendengarkan musik, analisa lirik, bermain musik, bernyanyi, berimajinasi, sampai menggelar pertunjukkan musik. Seperti kebanyakan terapi lainnya, terapi musik itu tidak dilakukan sekali atau dua kali saja. Terapi musik harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

Banyaknya, tergantung kebutuhan orang yang melakukan terapi. Musik yang digunakan pun beragam. Tak melulu musik klasik yang katanya bisa menenangkan pikiran atau meningkatkan kerja otak. Musik jazz maupun rock pun bisa digunakan untuk terapi.

"Coba bayangin kalau orang suka musik jazz tapi disuruh dengar musik klasik, apa itu efektif. Tergantung klien sukanya apa, alat musik seperti apa," kata Saphira.

Kalau kliennya menyukai musik rock, itu pun tak masalah. Saphira mengatakan, menurut penelitian, permasalahan musik rock bukan pada musiknya, tapi lebih kepada liriknya yang mengandung kekerasan, tentang penggunaan obat-obatan, atau pembunuhan.

Perempuan yang menempuh pendidikan di bidang terapi musik itu mengatakan pada dasarnya semua musik itu baik. Namun, musik tertentu memang membawa efek tertentu.  Seperti halnya, musik rock akan membawa efek jantung berdebar, sedangkan musik dengan nada yang mengalun tenang memberikan efek irama jantung yang lebih tenang dan pernapasan pun juga akan lebih santai.

Selain mendengarkan lagu, terapi juga bisa dilakukan dengan cara menganalisa lirik. Dengan cara ini, terapis bisa mengetahui posisi orang tersebut dan kondisinya saat itu. Hal ini bisa terlihat dari pemilihan lirik yang dianggap menarik oleh orang yang sedang melakukan terapi itu. Dari situ, terapis berusaha mendalami kondisi mereka.

"Misalnya lagu Fireworks Katy Perry, ada yang memilih lirik lagu pertama yang 'do you ever feel like plastic bag'. Itu menunjukkan kondisi dia dan pasti ada alasan dia memilih itu," kata Saphira.

Tak hanya itu, terapi musik juga bisa digunakan untuk meluapkan emosi dalam diri. Misalnya untuk orang-orang yang tantrum. Mereka sulit untuk meluapkan emosi dengan berbicara.  Akhirnya, terapis menyalurkannya dengan meminta orang tersebut bermain musik instrumen, seperti perkusi untuk menyalurkan emosi yang terperangkap dalam diri.

Dari segi efektivitas terapi, Saphira menilai terapi musik cukup efektif untuk mengobati depresi atau membantu orang-orang berkebutuhan khusus dibandingkan dengan terapi tradisional lainnya. Sebab, musik dinilai lebih menyenangkan.

Misalnya saja pada penderita kerusakan otak di bagian motorik. Seringkali mereka melakukan terapi dengan cara mengangkat pipa untuk kesembuhannya.  Dengan terapi musik, pipa itu diganti dengan stik yang bisa mengeluarkan bebunyian seperti gemericik air hujan dan hasilnya lebih memuaskan.

"Dia jauh lebih lama tahannya dan melihat itu sebagai sesuatu yang menyenangkan. Dari unsur itu sangat menolong sekali," ujar Saphira. (les/les)