Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Catatan Hati, Antologi Rohani Sang Dokter

12305962_1529508580704389_101697524_nBENGKULU, PB - Sebuah karya pikiran manusia merupakan "anak rohani" atau jiwa setiap manusia, tidak terkecuali puisi. Diana Gustinawati seorang dokter gigi melahirkan anak rohaninya dalam buku berjudul Catatan Hati.


Sebagai dokter tamatan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung, ia jatuh hati pada dunia sastra sejak kecil. Ia pun aktif ikut dalam berbagai kegiatan sastra dan teater semasa sekolah dan kuliah.


Minatnya menulis puisi telah terbit sejak tahun 2001. Beberapa karya puisinya pernah dimuat di koran Rakyat Bengkulu dan pernah di muat dalam majalah sastra online Cybersastra.net dan BumiManusia.or.id.


Namun mimpinya untuk melahirkan buku puisi baru dapat terwujud tahun ini. Hari ini, Jumat (27/11) Antologi Puisinya yang berisi kumpulan puisi dengan judul "Catatan Hati" resmi di launching di Gedung Teater Taman Budaya, Kota Bengkulu. [MS]


Berikut ini cuplikan diantara 42 karya puisi Diana Gustinawati:



Sebelum Pagi Usai


Aku melukis kenangan pada kertas yang tersusun rapi
dalam biliki jantung kiri dan kananku satu persatu kadang warna merah membuatku sumringah, kadang warna kuning membuatku cemburu
ah, malah terkadang warna biru membuatku tersipu malu, ohaaaiii....


Aku merenda kain perca realitas dari sudut-sudut kepekaan hati kaca
Tak apa. mesti kenangan semu pelangi kusemat eratsebagai pewarna
dibalik awan terkadang riuh rendah terdengar dibalik awan
tak mengapa karena wakru juga tidak mengeja jiwa sebagai dewa


Aku akan menyeduh kopi pada cangkir dari tangkup jari-jariku
kutambahkan gula dari tetasan manis ujung daun pintu
dan ku aduk dengan belaian lentik tanpa henti hingga satu "minumlah" itu dari jiwaku"


Bengkulu, 2013



Tarian Wanita Di Rumpun Ilalang


Pada pendar pagi dia menari sambil memetik satu persatu mawar berduri
Tak peduli lika mesti berdarah diujung kaki "Aku tau bahwa ada sekelompok buah cherry di rumpun pagi, maka mawar adalah wangi meski pedih perih"


Pada rumpun ilalang teriak lolong angin siang terbentang, dia menari dengan ketukan satu dua dan tiga, tiga dua kerling sebentuk mata diujung cahaya menatap tak kedip meski diam tak gentar
"Mawar itu membuaiku, tarianmu mempesona bukan hanya hingga senja"


Angin itu mengibas lekuk angguk ilalang
tariannya dan sebentuk mata di ujung cahaya
Tak pendar bertemu...


Bengkulu, Mei 2014


IMG20151127153823