Peringatan Hari Ulang Tahun ke-57 Provinsi Bengkulu yang digelar di Gedung DPRD bukan hanya seremoni tahunan. Ia seharusnya menjadi cermin besar bagi seluruh pemangku kebijakan, mulai dari pemerintah daerah hingga para pemimpin formal dan nonformal untuk kembali merenungi ke mana arah pembangunan provinsi ini hendak dibawa.
Di tengah gegap gempita perayaan, pakaian adat, tabuhan dhol, dan tarian silat yang menyambut para pejabat, terselip satu pertanyaan mendasar: apakah Bengkulu telah berjalan menuju keberkahan, atau justru ke arah yang berorientasi duniawi yang tidak berujung?
Generasi Sahabat radhiyallahu ‘anhum adalah teladan terbaik sepanjang masa. Mereka bukan generasi yang kaya teknologi, bukan pula generasi yang bergelimang sumber daya. Namun mereka memiliki satu orientasi yang teguh: akhirat adalah tujuan utama.
Dengan orientasi tersebut, Allah menundukkan dunia kepada mereka. Keberkahan hadir, kemajuan mengikuti, dan kejayaan terwujud tanpa harus mengejar dunia secara membabi buta. Mereka bekerja keras, berstrategi, dan memimpin dengan bijak, tetapi semua berangkat dari hati yang terikat kepada Allah, bukan kepada dunia.
Berbeda dengan banyak manusia masa kini. Pemerintahan di berbagai daerah, termasuk pusat, sering kali terjebak dalam paradigma pembangunan yang semata-mata materialistik. Keberhasilan hanya diukur dari angka-angka dunia: grafik ekonomi, laporan proyek, atau capaian-capaian fisik.
Padahal, ketika dunia menjadi tujuan, yang datang justru kekeringan keberkahan. Program tidak berjalan optimal, musibah datang silih berganti, kemajuan sulit diraih meski usaha terus dilakukan. Ini bukan karena kurang kerja keras, tetapi karena arah niat telah keliru sejak awal.
Lima puluh tujuh tahun sebuah provinsi bukanlah usia muda. Namun umur panjang tidak otomatis menghadirkan kebaikan bila arah tidak dibenahi. Karena itu, HUT ke-57 ini semestinya menjadi refleksi besar, sudahkah pemerintah menjadikan Allah sebagai orientasi utama? Sudahkah pembangunan diarahkan agar menumbuhkan ketakwaan, bukan hanya angka ekonomi? Sudahkah kebijakan dibuat dengan kejujuran, amanah, dan kesadaran bahwa setiap keputusan akan dipertanggungjawabkan di akhirat?
Bengkulu tidak akan maju hanya dengan rencana besar. Ia akan maju bila keberkahan turun. Dan keberkahan hanya turun kepada mereka yang menata niat, memperbaiki akhlak, dan menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.
Momentum ulang tahun provinsi ini adalah kesempatan emas untuk mengoreksi arah pembangunan. Pemerintah mesti menyadari bahwa mengejar dunia tidak akan pernah membawa kepada ketenteraman. Justru, jika orientasi akhirat ditegakkan berupa ketakwaan, keadilan, amanah, dan kejujuran, maka dunia akan mengikuti dengan sendirinya.
Ketika akhirat dikejar, dunia akan datang. Ketika dunia dikejar, akhirat lenyap dan dunia pun jauh dari genggaman.
Semoga Bengkulu pada usia ke-57 ini kembali menata langkah, sehingga keberkahan Allah turunkan, dan kemajuan yang hakiki dapat terwujud.
