PedomanBengkulu.com - Pemerintah Provinsi Bengkulu patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya atas langkah cepat dan tanggap dalam merespon musibah keracunan massal yang menimpa ratusan anak-anak di Kabupaten Lebong setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG).
Wakil Gubernur Mian bersama jajaran langsung turun ke lapangan, mengecek penanganan di RSUD Lebong, mengirimkan tambahan obat, hingga memastikan kebutuhan gizi korban tetap terpenuhi melalui kerja sama dengan Baznas. Inilah wujud nyata dari pemerintah yang hadir di tengah rakyat ketika dibutuhkan.
Namun, musibah di Lebong sesungguhnya bukanlah yang pertama. Peristiwa serupa juga telah terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Fakta ini memberi sinyal kuat bahwa ada sesuatu yang perlu dievaluasi serius dalam pelaksanaan program MBG, terutama terkait pengelolaan dapur dan standar kesehatan makanan yang disajikan kepada anak-anak.
Di titik inilah, Presiden Prabowo Subianto perlu turun tangan untuk mengevaluasi kebijakan ini secara menyeluruh. Program MBG sejatinya adalah niat baik untuk menyehatkan generasi bangsa, tetapi jika pelaksanaannya justru menimbulkan musibah, maka perbaikan sistem adalah sebuah keniscayaan.
Apabila program MBG tetap dijalankan, alangkah bijak jika pelaksanaannya dipindahkan ke rumah-rumah ibadah. Masjid, gereja, pura, vihara, maupun rumah ibadah lain selama ini terbukti memiliki tradisi dan kemampuan mengelola konsumsi massal dengan aman dan tertib.
Selain itu, menjadikan rumah ibadah sebagai pusat penyelenggaraan MBG akan memberi nilai tambah: mendekatkan anak-anak Indonesia kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, sembari menumbuhkan kesadaran spiritual sejak dini.
Kita semua tentu berharap musibah di Lebong menjadi peringatan terakhir. Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah harus menjadikan keselamatan anak-anak sebagai prioritas utama. Generasi muda yang sehat jasmani dan rohani adalah pondasi kokoh untuk masa depan Indonesia Emas.
