Dalam kehidupan umat, ada dua golongan penting yang Allah anugerahkan peran besar: pengusaha iman dan pengusaha saman (bisnis). Keduanya sama-sama dapat berniat untuk berjuang di jalan Allah, meskipun dengan cara yang berbeda.
Pengusaha iman adalah mereka yang keluar (khuruj) di jalan Allah dengan diri dan hartanya, meninggalkan kenyamanan dunia demi menegakkan agama. Sedangkan pengusaha saman adalah mereka yang tetap berada di pekerjaan dan usaha mereka, menjaga nafkah keluarga serta menopang pergerakan dakwah dengan harta dan doa.
Keduanya bukanlah golongan yang harus dipertentangkan. Justru keduanya saling melengkapi, karena dakwah hanya akan kokoh jika ada yang keluar di jalan Allah, dan juga ada yang menopang pergerakan itu dengan harta dan perbekalan.
Kemuliaan Khuruj di Jalan Allah
Allah Ta’ala menjanjikan kemuliaan yang luar biasa bagi mereka yang khuruj fii sabilillah. Firman-Nya:
> “Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. At-Taubah: 111)
Rasulullah ï·º juga bersabda bahwa satu langkah keluar di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Mereka yang mengorbankan diri dan harta untuk dakwah mendapat derajat mulia yang tidak tertandingi, sebab mereka melaksanakan perintah Allah secara langsung dengan meninggalkan kampung halaman, pekerjaan, dan keluarga.
Mereka yang Tidak Bisa Meninggalkan Pekerjaan
Namun, tidak semua orang mampu meninggalkan pekerjaannya. Ada sebagian yang Allah beri amanah besar untuk menjaga keluarga, mengelola usaha, atau menunaikan kewajiban tertentu yang bila ditinggalkan justru menimbulkan kerusakan.
Contohnya:
1. Orang tua tunggal yang nafkah keluarganya hanya bergantung pada dirinya.
2. Pengelola wilayah luas atau usaha besar yang menanggung nafkah banyak karyawan.
3. Orang yang sakit atau memiliki keluarga dengan kebutuhan khusus.
Bukan berarti mereka mahrum dari pahala khuruj. Justru ketika mereka berniat sungguh-sungguh, lalu terbatas oleh uzur syar’i, Allah tetap menuliskan pahala penuh. Rasulullah ï·º bersabda tentang orang yang tertahan oleh uzur:
> “Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang setiap kali kalian menempuh perjalanan atau menyeberangi lembah, mereka bersama kalian. Mereka tertahan oleh uzur.” (HR. Bukhari).
Teladan dari Para Sahabat
Dalam sejarah sahabat, kita dapati contoh:
Utsman bin Affan r.a. – tidak selalu ikut setiap peperangan, namun beliau menginfakkan harta dalam jumlah luar biasa. Pada Perang Tabuk, beliau menyumbang 100 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya, bahkan ribuan dirham, sehingga Nabi ï·º bersabda:
“Tidak ada yang membahayakan Utsman setelah apa yang ia lakukan hari ini.”
Abdurrahman bin ‘Auf r.a. – sering menginfakkan hartanya dalam jumlah besar untuk dakwah dan perjuangan Islam, meski tidak selalu berada di garis depan.
Nabi ï·º tidak pernah merendahkan mereka. Para sahabat pun tidak memandang rendah peran orang yang berinfak dibandingkan dengan mereka yang turun langsung. Karena keduanya sama-sama berjuang dengan kapasitas masing-masing, dan Allah memberi penghargaan setimpal.
Pahala Nusroh bagi Keluarga yang Ditinggalkan
Orang yang berangkat khuruj meninggalkan keluarga dengan segala kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini, Nabi ï·º bersabda:
> “Barang siapa yang meninggalkan (keluarga) untuk berjihad di jalan Allah, maka aku yang akan menanggungnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka keluarga yang ditinggalkan dijamin Allah. Orang-orang yang menolong, menafkahi, dan membantu keluarga yang ditinggalkan para da’i, juga mendapat pahala yang sama dengan yang berangkat. Seperti disebut dalam hadits:
> “Barang siapa yang mempersiapkan seorang mujahid di jalan Allah, maka dia telah turut berjihad.” (HR. Bukhari).
Ketika Ada yang Siap Berangkat Tapi Tidak Punya Bekal
Di sisi lain, ada saudara-saudara kita yang memiliki semangat tinggi untuk khuruj, namun tidak memiliki bekal. Bahkan bekal untuk keluarganya pun tidak ada.
Inilah fungsi penting musyawarah dalam muhalla, halaqah, zona/kabupaten, hingga tingkat provinsi. Musyawarah berfungsi sebagai wadah untuk:
1. Mengatasi kekurangan bekal orang yang ingin berangkat.
2. Mengatur sinergi antara yang mampu secara finansial dengan yang mampu secara fisik.
3. Menjaga agar tidak ada yang tertinggal hanya karena keterbatasan harta.
Yang terbalik memang berangkat dengan diri dan harta sendiri, perbekalan yang cukup untuk keluarga, tapi keadaan seperti ini tidak selalu terjadi. Ada saja orang yang punya waktu tapi tidak punya uang dan ada saja orang yang punya uang tapi tidak punya waktu.
Maka dengan adanya musyawarah keadaan ini bisa diatasi: ada yang keluar, ada yang mendukung. Ada yang mengorbankan tenaga, ada yang mengorbankan harta.
Membangun hubungan yang baik antara pengusaha iman dan pengusaha saman bukan sekadar strategi dakwah, melainkan bagian dari sunnatullah. Allah menciptakan manusia dengan peran yang berbeda-beda agar saling melengkapi.
Yang keluar di jalan Allah jangan meremehkan yang bekerja. Yang bekerja jangan meremehkan yang keluar. Jika keduanya berniat untuk berjalan mencari ridha Allah SWT. Wallahu a'lam.
Saeed Kamyabi
Tamansari Jakarta, 26 Agustus 2025

