Delapan puluh tahun sudah Indonesia menghirup udara kemerdekaan. Namun, pertanyaan besar terus menggantung di langit negeri ini: apakah kita benar-benar merdeka? Apakah kita telah menjadi bangsa yang mulia, disegani, dan memimpin dunia?
Jawaban yang jujur, sekaligus pahit: belum. Karena kita, sebagai bangsa, terus mencari kejayaan di lorong-lorong yang Allah tidak pernah janjikan. Kita sibuk membangun pertanian, perindustrian, ekonomi, teknologi, dan berbagai sektor duniawi. Semuanya penting, tetapi tidak ada jaminan dari Allah bahwa kemajuan ada di sana.
Janji dan jaminan Allah itu hanya ada di satu jalan: jalan dakwah nubuwwah — jalan yang dilalui oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ditempuh oleh para sahabat radiallahu ‘anhum, dan diwariskan oleh generasi yang setia setelah mereka. Jalan yang mengajak manusia kembali kepada Allah, menghidupkan rumah-rumah ibadah, dan menegakkan amalan agama di setiap rumah.
Terbukti dengan jalan tersebut, hanya dalam tempo 36 tahun, bangsa Arab yang tadinya miskin dan terbelakang, bangkit menjadi penguasa dunia yang adil dan beradab.
Jika Presiden Prabowo Subianto dan seluruh kepala daerah di Indonesia sungguh-sungguh ingin negeri ini bangkit dan menguasai dunia, maka kembalilah ke jalan ini. Bukan sekadar program, tetapi gerakan nasional yang menghidupkan dakwah Rasulullah di tengah masyarakat.
Momen Kemerdekaan yang ke-80 harus menjadi titik balik. Kita butuh Indonesia yang masjidnya makmur, rumahnya dipenuhi amalan-amalan agama, jalannya ramai dengan seruan kebaikan. Hanya ketika ini pasti keberkahan Allah akan turunkan dari langit dan keluarkan dari bumi.
Komitmen ini tepat sekali bila Presiden Prabowo Subianto dan para kepala daerah di Indonesia memulainya dari Tablig Akbar Indonesia Berdoa di Kota Baru, Lampung, 28–30 November 2025. Dari sini doa, dzikir, dan dakwah bakal memancar, menembus hati setiap anak bangsa, hingga negeri ini benar-benar merdeka — merdeka dari maksiat, merdeka dari kelalaian, merdeka dari penghambaan kepada selain Allah.
Inilah kemerdekaan sejati. Inilah jalan kejayaan. Dan jalan itu hanya satu: dakwah nubuwwah.
