Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Penanganan Bayi Tanpa Dinding Perut Terkendala KIS


PedomanBengkulu.com, Rejang Lebong - Bayi F anak pasangan Arzon dan Heppy Warga Desa Air Pikat Kecamatan Bermani Ulu yang terlahir tanpa didinding Perut ( Gastroschisis) harus menjalani oprasi khusus untuk menutup kulit perut yang terbuka. Disampaikan Kabid Pelayanan RSUD Dua Jalur Curup, dr. M. Galih, Sp.OG tindakan oprasi tersebut saat ini belum bisa dilakukan di Rumahsakit di Provinsi Bengkulu.

"Bayi tandapa dinding perut ini atau nama medisnya Gastroschisis, memerlukan penanganan khusus dan di  provinsi bengkulu sepengetahuan saya belum ada. Bayi ini haur di rujuk ke RSU di Palembang" kata dr.Galih.

Disampaikan dr Galih, untuk pelayanan di RSUD Curup, bayi tersebut telah dilakukan penaganan pertolongan pertama dengan menempatkan di ruang khusus dan oragan yang berada diluar perut telah di tangangani dengan diberipembalut khusus.

"Kondisi bayi sehat, cuma memang dalam hal kasus Gastroschisis ini rentangan sekali terhadap infeksi karena memang tidak mempunyai lapisan perut untuk melindungi dari bakteri. Harapan saya pasien bisa segera di rujuk. Di RSUD kita sudah memberikan tindakan pertolongan pertama, kita rawat diruangan anak dan diberikan kantong khusu yang steril walaupun belum ideal. Tapi memang butuh segera dirujuk ke dr sepeseialis anak dan ini adanya di palembang," kata dr Galih.       

dr Galih juga menyampaikan kendala untuk merujuk pasien ke palembang masih terkendala adiministrasi karena keluarga pasin belum memiliki kartu BPJS atau Kartu Indonesi Sehat (KIS).

"Untuk penaganan pasien dengan kasus Gastroschisis membutuhkan biaya cukup mahal sedangkan Keluarga Pasien belum memiliki KIS, ini bukan kewenangan kita. Untuk pelayanan di RSUD Curup mapun jika dirujuk ke M Yunus kita sudah membantu dengan menerbitkan Jamkesda namun Jamkesda ini tidak berlaku jika pasien dirujuk ke Palembang. Mudah mudahan pihak lain bisa cepat membantu dalam menerbitkan KIS pasien ini," kata dr Galih.

Untuk penanganan oprasi kasus Gastroschisis ini disampaikan dr galih membutuhkan biaya sekitar Rp 40 juta diluar biaya hidup keluaga pasien selama perawatan.

"Kalau KIS pasien sudah ada maka biaya ini bisa tertanggulangi dan tinggal biaya kebutuhan hidup selam pasien menjalani perawatan," kata dr Galih.

Terpisah Disampaikan Arzon ayah pasein penderita Gastroschisis , anak ketiganya tersebut lahir dengan persalinan normal dengan penanganan dari Bidan di rumah mereka di desa Air Pikat. Namun kondisinya memang pada saat dilahirkan tidak memiliki dinding perut dibagian kiri sehingga ususnya terburai. 

"Anak kami ini lahih sekita pukul 09:30 di tangani bidan, namun pada saat lahir, dinding perutnya tidak ada sehingga tadi langsung di bawa ke Rumah Sakit. Saya belum tau apakah anak kami ini bisa ditangani disini saja atau harus dirujuk ke tempat lain," ujar Arzon yang berprofesi sebagai buruh tani.

Ditambahkan Arzon, saat ini ia dibantu perangkat desa Air pikat tengah mengurus Kartu BPJS untuk mendapatkan layanan kesehatan bagi bayinya. 

"Selama ini kami belum memiliki BPJS dan baru hari ini diurus, mudah-mudahan bisa cepat selesai. Kalau untuk biaya, kami terkendala karena sehari hari saya hanya bekerja sebagai buruh tani. Saya juga menyampaikan terima kasi kepada semua pihak yang telah datang dan membantu kami. Bantuan ini sangat bermanfaat bagi kami dalam menghadapi cobaan ini," kata Arzon. (Julkifli Sembiring)