Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Sejuknya Pilgub Bengkulu 2020

Walikota H Helmi Hasan menyerahkan tongkat kesayangannya kepada Gubernur Bengkulu H Rohidin Mersyah saat peringatan ulang tahun mantan Wakil Bupati Bengkulu Selatan itu ke-50 di Masjid Agung At-Taqwa, Jumat (10/1/2020).

Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bengkulu 2020 telah memasuki hitungan bulan. Sejumlah calon kandidat yang bakal tampil, bersama tim suksesnya, mulai masif menjejali ruang-ruang publik dengan atribut masing-masing, di jalanan, media massa, maupun media sosial.

Di media sosial, suara-suara dukungan dan kritik mengenai jejak rekam masing-masing calon kandidat riuh rendah ikut mewarnai perjalanan mereka memasuki masa seleksi di partai-partai politik yang memiliki kursi di parlemen.

Di antara hiruk pikuk suara itu yang nampak menonjol adalah Ketua DPW PAN Provinsi Bengkulu H Helmi Hasan dan Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bengkulu H Rohidin Mersyah.

Oleh karena itu, ketika mereka tampilnya secara bersamaan dalam perayaan ulang tahun Gubernur Bengkulu H Rohidin Mersyah yang ke 50, Jumat (10/1/2020) di Masjid At-Taqwa yang digagas oleh Walikota Bengkulu H Helmi Hasan, menjadi penawar betapa Pilgub Bengkulu tampaknya akan jauh dari nuansa persaingan yang keras.

Nuansa bersahabat tersebut semakin sejuk ketika Helmi Hasan memberikan hadiah tongkat kesayangannya bersama do’a dan harapan agar Rohidin Mersyah dapat menjadi pemimpin yang sukses, diberi hidayah serta kekuatan dalam mengajak umat untuk memakmurkan masjid sehingga Bengkulu menjadi provinsi yang diberkahi dan diridai Allah subhanahu wa ta’ala.

Kita tentu berharap kemesraan antar elit politik tersebut diteladani oleh elit politik lainnya dan dapat bertahan hingga seluruh proses Pilgub Bengkulu usai.

Jadi Pilgub Bengkulu tak menjadi seperti Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 kemarin yang diwarnai saling olok antar pendukung dengan istilah-istilah binatang seperti cebong dan kampret, dua istilah yang justru merendahkan derajat kemanusiaan para tim sukses masing-masing kandidat itu sendiri.

Kalaupun diperlukan debat, maka seyogianya debat itu dibatasi ruangnya pada adu gagasan, visi dan misi, bukan persoalan pribadi-pribadi.

Sebab, saat ini Bengkulu sangat membutuhkan sebuah persatuan yang kokoh untuk menyelesaikan masalah besar yang hingga kini belum terselesaikan seperti tingginya angka kemiskinan, pengangguran, keterbatasan infrastruktur, minimnya pendapatan daerah untuk pembangunan, dan lain sebagainya yang ditimbulkan akibat kebijakan-kebijakan neoliberalisme secara nasional.

Sampai di sini mari kita nyalakan optimisme, setiap calon kandidat yang muncul saat ini pasti memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, mampu mengarahkan timnya masing-masing untuk beragumentasi secara santun, berkomunikasi dengan sopan dan melakukan aktifitas kampanye yang kreatif, penuh kesejukan, tanpa harus menjatuhkan calon kandidat lainnya.

Pilpres 2019 telah memberikan pelajar berharga betapa dalam politik, mereka yang kemarin berseberangan hari ini bisa bergandengan tangan, apalagi untuk melakukan usaha yang sama, mengeluarkan Bengkulu dari julukan provinsi timur di barat Sumatera dan mengakhiri kebijakan neoliberalisme di Indonesia.