Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Impian Memodernisasikan Kopi Bengkulu

AKHIR-akhir ini, gaung kopi Bengkulu kembali menggema. Tak tanggung-tanggung, gema itu bergaung langsung di jantung perekonomian Indonesia di Jakarta.

Adalah Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Gubernur DKI Anies Baswedan yang meluangkan waktu mereka untuk hadir dalam Festival Semarak Kopi Bengkulu di area Car Free Day, Bundaran HI, Minggu (27/11/2017). Pada intinya keduanya sepakat untuk mengangkat agar kopi Bengkulu bisa mengindonesia, bahkan mendunia.

Gaung kopi Bengkulu akan kembali digemakan pada pembukaan karnaval batik internasional yang bakal digelar tanggal 4 Desember 2017 di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Pada acara yang diinisiasi oleh Walikota Bengkulu Helmi Hasan ini akan dihidangkan 1000 gelas kopi secara gratis.

Kopi Bengkulu merupakan kopi yang istimewa. Memiliki aroma yang beragam seperti lemon, cokelat dan herba yang khas, kopi Bengkulu dibudidayakan oleh masyarakat secara organik.

Bengkulu sendiri merupakan produksinya terbesar ketiga di Indonesia yang meski didominasi oleh varian kopi Robusta, namun kopi Arabika juga berpotensi untuk dikembangkan.

Aneka Kopi kemasan dari Bengkulu

Tak cukup sampai disitu, kopi Bengkulu juga dinilai sebagai varian unggulan Indonesia. Kopi Robusta Bengkulu yang berasal dari Kabupaten Kepahiang bahkan berhasil masuk dalam jajaran kopi terbaik pada Kontes Speciality Indonesia (KSI) atau Indonesia Cupping Competition tahun 2016.

Namun, seperti yang diakui oleh Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah, saat ini produksi kopi Bengkulu masih terkendala dengan angka produksi kopi yang belum maksimal. Angka produksinya sendiri baru mencapai 80.000 ton per tahun, belum memadai untuk menopang permintaan yang kian membesar.

Selain kapasitas produksi yang rendah, bibit kopi Bengkulu juga belum terstandarisasi, dikelola dengan sistem budidaya tradisional, pengolahan pasca panen yang seadanya, dan miskin promosi.

Coba bayangkan, hingga awal tahun 2017 ini, sebuah desa penghasil kopi terbesar di Kepahiang masih terisolir. Desa itu adalah Desa Langgar Jaya Kecamatan Bermani Ilir. Satu-satunya akses jalan menuju desa yang berbatasan dengan Kabupaten Empat Lawang Provinsi Sumatera Selatan itu penuh kubangan lumpur yang dalam.

Setahun yang lalu, seorang penjemur kopi di sepanjang jalan AK Gani Kecamatan Curup Utara ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Rejang Lebong. Betapa masih tradisionalnya kopi Bengkulu diolah.

Di Kepahiang terdapat 24.386 hektar lahan kopi Robusta dan seluruhnya merupakan kebun rakyat. Untuk Arabica bisa mencapai 650 hektar. Tapi produksinya hanya 500 kilogram per hektar atau 75 persen tidak produktif. Bupati Kepahiang, Hidayatullah Sjahid, telah menargetkan produksi 5 juta batang (sistem stek) kopi dalam satu hingga dua tahun mendatang. Sebuah upaya yang patut diapresiasi.

Kopi Robusta

Upaya lainnya yang juga patut diapresiasi adalah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong. Disini, kopi yang dihasilkan oleh petani setempat masih dikelola oleh pihak luar daerah Provinsi Bengkulu. Ini tak terlepas dari pengolahan pasca panen kopi yang masih dikelola secara tradisional tadi. Karena Pemerintah Kabupaten telah merencanakan untuk melakukan pembinaan kepada petani kopi dengan cara melakukan modernisasi pengolahan.

Menurut Owner PT Indo Arabica Mangkuraja, Moenarji Soedargo, upaya untuk memodernisasikan kopi Bengkulu harus ada kerjasama atau sinergisitas yang baik dari semua pihak. Sehingga, kopi asal Bengkulu tidak kembali dibranding oleh daerah lain.

Namun, impian itu tampaknya masih lama terwujud bila melihat ketersediaan infrastruktur yang masih minim, listrik yang masih sering padam dan komitmen pemerintah untuk melakukan industrialisasi masih rendah.

Impian itu akan semakin jauh bila melihat kemampuan para petani perkebunan kopi dalam mengolah pertaniannya, hingga sampai ke barista, sang peracik kopi. Sebab, seperti dikatakan, Coffe Antusiasm Tri Yuli Kurniasih, menyajikan kopi sampai dimeja merupakan sebuah proses panjang dari kebun, memilih varietas, pengolahan, pengemasan, hingga berakhir di barista. Bila satu proses saja tidak tepat, maka penyajian kopi yang enak tidak akan berhasil.

Untuk itu, bila Pemerintah Daerah tidak main-main dengan wacana menjadikan kopi Bengkulu sebagai raja kopi di Indonesia, maka upaya melakukan modernisasi ini harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Mungkin tidak bisa dilakukan secara sekaligus, namun bertahap. Pemerintah membutuhkan rencana kerja kongkrit yang tahap-tahapannya dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.

Salah satu bentuk langkah kongkrit adalah dengan mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMD inilah yang kelak akan bertugas untuk menggenjot produktifitas petani kopi. BUMD ini bisa secara terus menerus melakukan edukasi kepada petani, baik mengenai pola tanam hingga panen. BUMD ini juga yang akan membeli kopi-kopi petani dengan harga yang akan membuat pertanian kopi menjadi bergairah.

Kopi buah merah, kualitas unggul

Sebuah BUMD yang akan mampu mengikuti jejak perusahaan nasional seperti Santos Jaya Abadi (Kapal Api) dan Grup Mayora (Torabika) yang mampu memproduksi dan memasarkan merek kopinya dengan baik hingga menembus pasar domestik, maupun pasar internasional.

BUMD itu pula yang secara masif akan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kopi serta mengintegrasikan produksi kopi dari pangkal perkebunan hingga ujung ke pemasaran. BUMD ini pula yang akan membuka kedai-kedai kopi modern layaknya Starbucks.

Mungkin pertanyaan besarnya, modalnya dari mana? Ada begitu banyak sumber pendanaan bila komitmen modernisisasi kopi ini memang dianggap sebagai program penting yang mampu mensejahterakan warga Bengkulu.

Misalnya saja, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah penghasil kopi membangun komitmen bersama dalam hal pembiayaan. Komitmen bersama bahkan bisa dibangun pada tingkat Pemerintah Desa yang memiliki anggaran cukup besar dari Dana Desa.

Upaya untuk mensejahterakan rakyat Bengkulu secara kongkrit melalui BUMD Kopi bukan impian kosong. Saat ini, Indonesia masuk 10 besar jenis kopi spesial tingkat dunia.

Indonesia telah mengekspor kopi ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, China, dan sejumlah negara di Benua Eropa. Apalagi saat ini, permintaan kopi dunia meningkat 5 hingga 6 persen, namun pasokannya hanya naik 1 persen.

Bila Bengkulu memiliki BUMD yang kuat dan berdaya saing tinggi, melalui modernisasi dan promosi besar-besaran, kopi Bengkulu dapat masuk dan laris di pasar nasional hingga internasional. Sehingga hasil-hasilnya akan mampu mensejahterakan seluruh rakyatnya dan menjadikan Bengkulu sebagai provinsi terkemuka di Indonesia.