Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Muara Kedurang, Ketika Air Terjun Berpadu dengan Pantai

Rekreasi merupakan salah satu kebutuhan rohani. Setelah kebutuhan jasad terpenuhi maka rohani juga mempunyai haknya. Rekreasi adalah solusi terhadap kebosanan menghadapi rutinitas itu. Jay B. Nash, pendiri American Academy of Kinesiology and Physical Education menyebutkan bahwa rekreasi merupakan kebutuhan, pelengkap rutinitas kerja.

Secara harfiah, rekreasi adalah kegiatan ‘membuatulang’ guna menyegarkan kembali kondisi jasmani dan rohani. Kegiatan rekreasi tidak berkaitan dengan kegiatan membuang-buang waktu seperti selama ini dilakukan banyak orang, tapi rekreasi adalah usaha revitalisasi tubuh dan jiwa. Tempat terbaik untuk melakukan penyegaran ini adalah alam terbuka.

Pantai Muara Kedurang yang terletak di hilir sungai Kedurang, merupakan pantai yang unik. Jika biasanya pantai di dominasi oleh gambaran panasnya terik mentari dan asinnya air laut yang lengket di tubuh serta terpaan angin yang kencang. Maka pantai Muara Kedurang bukan sekedar pantai, bukan sekedar air asin dan angin kencang, bukan gambaran seperti itu yang terdapat di Muara Kedurang.

Muara Kedurang menyuguhkan yang lebih dari itu.

Yah, jika anda belum pernah melihat air terjun yang berhanyutan berpadu dengan pantai. Maka di sinilah tempatnya anda dapat menemukan hal yang langkah itu. Terutama di provinsi Bengkulu, satu-satunya air terjun yang mengalir dingin dan deras berpadu dengan pantai hanya ada di Muara Kedurang. Anda bisa menikmati keduanya secara bersamaan.

Pantai ini berada tepat di jalur Simpang Tiga antara Kota Manna, jalur lintas Barat Sumatra dan wilayah Kedurang. Tepatnya jika dari arah Kota Manna posisi sebelum jembatan Kedurang di Desa Tanjung Aur Kecamatan Bunga Mas, jika setelah jembatan maka berada di desa Lubuk Ladung Kecamatan Kedurang Ilir.



Masing-masing mempunyai jalur untuk menuju pantai. Maka tak aneh jika dua jalan masuk menuju pantai dijaga oleh dua suku yang berbeda. Jika di lokasi Desa Tanjung Aur anda akan mendengar bahasa Serawai yang lebut dengan “au...au-nya”. Jika dari Desa Lubuk Ladung anda akan akrab dengan bahasa Pasemahnya yang ramah dengan “e...e-nya”.

Air terjun di atas sungai Kedurang berasal dari aliran sungai Sebiris (Sebighis dalam bahas lokal) yang berbelok mengitari bukit kecil kemudian melewati kaki bukit kecil lalu meleleh ke sungai Kedurang di jalur besarnya. Berjumpalah lagi air yang sempat terpisah ini di aliran deras dan luasnya Muara Kedurang.

Air Kedurang merupakan air yang mengalir dari Bukit Barisan dan bermuara di Pantai Kedurang. Sebelum tiba di laut air sungai ini membentuk bagaikan kolam renang alami, hijau dan deras penuh bebatuan. Ada bagian-bagian yang hijau dan tenang, yaitu di dekat air terjun. Di sini cocok untuk para perenang dewasa yang sudah mahir berenang. Para pengunjung banyak yang berloncatan dari air terjun menuju dasar sungai yang bening kehijauan. Kemudian dibagian hilir terdapat air yang mengalir deras, cocok untuk anak-anak remaja. Bisa berenang dengan ban yang disewakan warga. Sungai bagaikan beralas batu putih bersih bercampur pasir yang lembut jika dipijak tidak menyebabkan keruhnya air.

Dimana tempat yang aman untuk anak-anak usia dini ketika mandi di sini? Tentu ada dan sangat langkah dan unik. Setiap habis hujan deras air sungai ini membentuk siring-siring kecil yang airnya sebatas lutut orang dewasa tapi airnya jernih dan mengalir lembut. Aman dan nyaman untuk anak usia dini. Tempatnya di pinggir sungai.

Anugerah yang tak kalah indahnya adalah sungai ini berada di antara dua desa, yaitu desa Tanjung Aur dan Desa Lubuk Ladung. Pada hari-hari liburan besar seperti lebaran dan tahun baru saja, dua jalur masuk ke Muara kedurang dijaga oleh masyarakat. Jika lewat bagian bawah atau arah selatan maka akan bertemu dengan masyarakat Tanjung Aur Kecamatan Bunga Mas. Jika ke atas arah utara maka akan bertemu dengan masyarakat Lubuk Ladung Kecamata Kedurang Ilir. Masyarakat di sini hidup berdampingan dan sangat rukun. Perbedaan bahasa adalah hal yang sangat mencolok di sini tapi justru menjadi nuansa yang unik tersendiri dan menjadi hiburan juga di telinga. Masayarakat bercengkerama dalam dua bahasa menambah nikmatnya wisata.

Daerah ini sangat aman dan masyarakatnya juga bersahabat. Kendaraan anda aman terpakir di tanah warga, di selah-selah pohon sawit. Hanya bermodalkan Rp 5 ribuan, anda bebas aman di lokasi Muara Kedurang dengan waktu yang tak dibatasi. Parkir ini adalah atas dasar inisiatif warga karena memang tempat wiasat ini belum dikelola pemerintah. Tapi kebutuhan masyarakat akan tempat wisata sudah menjadi kebutuhan. Dapat berwisata alami memanjakan mata.

Mandi laut yang asin kemudian dapat berbilas dengan air sungai Kedurang yang sejuk dan alami serta dingin. Air yang mengalir deras. Setiap air yang dipegang tidak akan dipegang terulang. Pemandangan air terjun, sungai dan pantai, bukan hanya pengobat mata tapi ini bisa langsung disentuh, benar-benar dirasakan. Bebatuan berbaris rapi dan padat.

Banjir bandang adalah hal yang ditunggu oleh warga sekitar yang bermatapencaharian sebagai pengumpul batukali air Kedurang, batu sebesar ukuran kepala orang dewasa akan dikumpulkan bersusun berbentu petak ukuran semeter kubik. Jika habis banjir maka akan banyak kiriman batu dari hulu. Batu-batu ini akan diangkut sebagai material pembangunan rumah masyarakat Bengkulu Selatan. Ada juga sebagian batu yang dipecahkan dengan tangan-tangan perkasa lewat alu para Bapak dan Ibu pencari nafkah. Hal ini menjadi pemandangan tersendiri bagi pengunjung wiasta Muara Kedurang.

Penambangan batu yang alami tidak mengancam keselamatan. Masyarakat pengumpul batu akan sangat ramah menyapa pengunjung dengan kata “kemanau?” Dilanjutkan dengan cengkerama yang lain yang pasti akan menambah kebanggan warga Muara Kedurang jika ternyata pengunjung memiliki hubungan kekerabatan dengan mereka atau mengenali daerah asal pengunjung.

Jika sudah menikmati keindahan dari arah hulu sungai yang terdapat air terjunnya, berikutnya mandi di mulut muara adalah hal yang sangat mengasikkan dapat merasakan dinginnya air sungai Kedurang dan merasakan dahsyatnya disiram air asin air laut. Fantastis. Tidak pernah ada duanya. Air di muara ini cukup dangkal dan air yang mengalir santai kadang belum sampai ke laut, air dari sungai tapi sudah ditendang lagi ke sungai. Sementara ombak menjauh maka kesempatan bagi air sungai untuk menyatu dengan air laut. Indah sekali menikmati hal ini apalagi airnya dapat langsung di sentuh saat mandi di mulut Muara Kedurang.

Batu pantai ini berjejer didominasi warna putih bersih. Batu berkelompok sesuai ukurannya mulai dari batu besar dan yang kecil-kecil. Bagi pengunjung yang mandi di sungai jangan kaget jika mendapat kiriman air akibat hentakan ombak yang dikirim dari laut.

Sehabis rawang semalam, keesokan harinya akan bermunculan kolam-kolam kecil yang membuat aman kanak-kanak untuk mandi, tidak perlu dipegangi oleh orang tua. Orang tua hanya bisa memandang dari daratan sedang anaknya asik mandi di atas batu dengan air yang selutut.

Membakar jangung di atas batu merupakan penambah nikmat berwisata di Muara Kedurang. Kayu ranting tak perlu repot di cari. Banyak kiriman ombak ranting-ranting dan bambu yang pas untuk perapian pembakaran jagung. Jika lupa korek api tinggal hentakkan batu berlawan batu maka akan berpijarlah api menyambar ranting pohon atau dedaunan kering yang telah disiapkan. Lengkap sudah pertualangan di Muara Kedurang. Nasi berbungkus daun pisang yang terbuat dari nasi santan dipadu ikan mungkus ikan asli muara Kedurang telah siap dijajahkan penduduk warga sekitar dengan harga yang tidak akan merobek kantong. Lima ribua-an, anda telah dapat menyantap nikmat nasi santan ikan mungkus dan sedikit tempe serta nasi santan manis ysng berasal dari kelapa di desa itu juga.

Hanya saja jalan menuju ke Muara Kedurang masih berbatuan yang sedikit kasar. Tempat berganti pakaian dan MCK sederhana baru disediakan swadaya oleh warga. Perlu diperhatikan juga adalah cuaca, jika cuaca mendung di hulu sungai maka saatnya anda untuk mengakhiri mandi di sungai karena biasanya banjir bandang akan mengirim bebatuan dan akan menyisakan kolam-kolam kecil untuk pengunjung esok hari.

Masih alami saja sudah banyak pengunjungnya apalagi mendapat sentuhan pemerintah. Muara Kedurang hanya berkisar 25 kilometer dari pusat kota Kabupaten Bengkulu Selatan. Sekitar 20 menit ditempuh dengan jalan kendaraan bermotor atau mobil.

Pulangnya anda akan lepas dari penat. Tidak perlu jalan menanjak dan berliku untuk menuju ke sana. Jika musim lebaran masyarakat penyedia rakit siap menyeberangkan anda. Jasa penyewaan banpun siap menunggu anda.

Melihat ke atas air terjun, terdapat bukit-bukit yang penuh pohon sawit. Dari pantai untuk menuju bukit bisa memanjat menggunakan tali. Biasanya anak kemping pramuka sanagat seru di sini. Berjalan menyusuri pantai, menyeberang sungai dan memanjat tebing. Dari atas bukit melihat birunya laut.

Potensi yang dimiliki oleh Pantai Muara Kedurang tentunya harus mendapatkan perhatian dari pemangku kepentigan. Area wisata yang tidak dikelola dengan benar akan mengakibatkan dampak negatif seperti kerusakan lingkungan, asimilasi budaya yang tidak tepat dan sebagainya.

Kepedulian dari pemerintah setempat juga harus dilakukan secara tepat, warisan budaya yang selama ini dimiliki tak boleh punah untuk kepentingan yang lebih komersil. Oleh karena itu, perlu melibatkan berbagai pihak; pemerintah, pemerhati lingkungan, masyarakat adat dan para ahli harus dapat duduk bersama demi keberlangsungan wisata alami Pantai Muara Kedurang ini. [Komunitas Ayo Menulis Bengkulu]

*Penulis merupakan putri asli Muara Kedurang yang lahir 28 Desember 1981 bernama Dessi Nilahartini, M.Pd. Berkerja sebagai guru PNS dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah di SMP Unsam Bengkulu Selatan beralamat di Kota Padang Kecamatan Manna. Alamat penulis di Jl. Swadaya RT 12 RW 4 Kel. Tanjung Mulia, Kec. Pasar Manna Bengkulu Selatan. Email: dessinilahartini@gmail.com. Akun fb: Dessi Firmawan.