Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Metode Belajar Harus Selaras dengan Kemajuan Teknologi

BENGKULU, PB - Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi menghadapi era globalisasi, Universitas Dehasen Bengkulu mengadakan seminar nasional yang menghadirkan Staf Ahli Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof DR H Abdul Wahid Maktub sebagai pembicara.

Abdul Wahid mengajak para peserta seminar untuk memikirkan masa depan yang tidak dapat diprediksi, namun hanya ada dua perubahan yang akan terjadi, mengalami kemajuan atau terpuruk. Menurutnya, selain meningkatkan kompetensi mahasiswa juga harus membangun jaringan agar mempunyai akses dalam mendapatkan peluang yang ada.

“Untuk menghadapi persaingan, mutu dan kualitas seseorang sangat menentukan. Karena orang yang nilainya rendah akan ditinggalkan. Network juga sama pentingnya karena kamu akan memperoleh mudah informasi dan kesempatan jika banyak mengenal orang,” katanya.

Mahasiswa terbaik angkatan 1982 Universitas Gajah Mada ini juga memandang dunia pendidikan harus mengantisipasi kecepatan perkembangan zaman dan teknologi. Metode pengajaran, cara berfikir dan instrument pendukung harus selaras dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang saat ini, sehingga para lulusan tidak kaku menghadapi kompetisi.

Lebih lanjut dijelaskan mantan duta besar Qatar ini, kementerian lebih mendorong berkembangnya politeknik yang dalam pengajarannya lebih banyak melakukan praktek dibanding teori. Lulusan politeknik dapat langsung diserap dunia kerja karena mempunyai modal keterampilan, sedangkan zaman sekarang banyak orang yang mencari titel bukan keahlian.

Sementara itu, Ketua Yayasan Dehasen Bando Amin C Kader dalam kesempatan ini menyampaikan potensi, visi, misi dan prestasi yang telah diraih Universitas Dehasen. Dijelaskan Bando, Universitas Dehasen telah menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi baik nasional maupun luar negri. Salah satunya kerjasama dengan salah satu Universitas di Malaysia yang dilakukan beberapa waktu lalu.

Untuk memotivasi para peserta seminar, mantan Bupati Kabupaten Kepahiang ini juga memamerkan salah satu kerajinan alat musik gitar dari bambu yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan bahan bakunya mudah diperoleh di Provinsi Bengkulu.

“Alam Indonesia ini jika diolah dengan kerja keras dan kecerdasan maka kita tidak akan miskin lagi. Satu batang bambu ini bisa dibuat 3 gitar. Satu gitar laku dijual seharga tujuh juta,” ujar Bando.

Diki Yanuardi, mahasiswa S1 Keperawatan Dehasen mengaku termotivasi dan bersemangat setelah mengikuti Seminar Nasional yang bertema membangun kualitas pendidikan tinggi dalam menghadapi era global. Bahkan Diki menganggap waktu yang disediakan terlalu sedikit mengingat banyak pertanyaan yang tidak sempat disampaikan dalam seminar. [Ms]