Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Barak 33, Gerakan Literasi Kaum Miskin




Minat membaca di Indonesia termasuk yang paling rendah di dunia. Data UNESCO tahun 2012 menyebutkan, jumlah masyarakat yang memiliki minat baca hanya 1:1.000. Artinya, dari 1.000 penduduk Indonesia, hanya satu yang memiliki minat baca.

Padahal, di negeri ini, tidak sulit menemukan wejangan tentang perlunya membaca. Juga sebagai negara dengan mayoritas umat Islam, ayat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT adalah Iqra, yang berarti “bacalah”.

Baca juga : Membangun Kota 1000 Buku, Cerdaskan 1000 Generasi

Tetapi soal minat baca ini, persoalannya bukan hanya soal niat alias keinginan. Ada kaitannya juga dengan akses terhadap bacaan dan produksi bacaan. Tidak semua orang, terutama kaum miskin, bisa mengakses bacaan dengan mudah.

Melihat situasi itu, Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI), organisasi yang aktif memperjuangkan hak-hak rakyat miskin, merasa terpanggil untuk meningkatkan minat baca di kalangan rakyat. Bekerjasama dengan organisasi pemuda, Aksi Kaum Muda Indonesia (AKMI), SRMI mendirikan bacaan rakyat keliling. Gerakan ini diberi nama Bacaan Rakyat (Barak) 33.

Menurut salah penggagas gerakan ini, Herry Soenandar, ide awal mendirikan bacaan rakyat keliling berasal dari keprihatinan terhadap minimnya akses bacaan bagi rakyat miskin.

“Kami hidup di tengah perkampungan kaum miskin. Ada keluarga pemulung, anak jalanan, pekerja informal, dan lain-lain. Mereka sulit mengakses bacaan,” kata Herry kepada berdikarionline.com, Senin (20/3/2017).

Herry adalah Ketua SRMI DKI Jakarta. Tempat tinggalnya, di Krendang Selatan, Tambora, Jakarta Barat, berhimpitan dengan pemukiman kaum miskin.

Tak lama setelah ide bacaan rakyat keliling itu bergulir, Herry dan anak-anak muda AKMI langsung bergerak cepat. Mereka menghimpun buku-buku, baik swadaya sendiri maupun sumbangan berbagai pihak.

Setelah itu, lapak-lapak bacaan rakyat pun digelar. Biasanya di tempat-tempat umum, seperti stasiun, taman publik, terminal, pasar, dan lain-lain. Paling sering di Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA).

“Kami sering buka di RPTRA Kalijodo, RPTRA Krendang, RPTRA Kedoya Utara, RPTRA Kembangan selatan. Juga di depan Mall Season City,” ungkapnya.

Siapa sangka, bacaan rakyat keliling ini mendapat sambutan luas dari masyarakat. Tidak hanya orang dewasa dan pelajar, tetapi juga anak-anak. Sayang, jumlah buku yang dikoleksi bacaan rakyat keliling ini masih sangat terbatas.

“Kami berharap ada sokongan berbagai pihak, terutama untuk pengadaan buku. Buku-bukunya harus lebih variatif, sehingga bisa menarik masyarakat berbagai kalangan,” paparnya.

Herry juga berharap, gerakan bacaan rakyat keliling ini bisa menjadi pemicu bagi gerakan literasi yang lebih luas. Dengan begitu, cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, bisa segera terwujud. [Mahesa Danu/Berdikari Online]