Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Tito Karnavian; Dari Tommy Soeharto Hingga Nurdin M Top

Tito KarnavianNAMA Komjen Pol. Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D mencuat. Pria berdarah Palembang ini digadangkan akan memimpin Kepolisian Republik Indonesia (Polri) setelah menjadi satu-satunya calon yang diusulkan oleh Presiden Joko Widodo.


(Baca juga: Jadi Calon Tunggal, Tito Diminta Tingkatkan Profesionalisme Polri)


Banyak yang bertanya apa latar belakang Tito Karnavian sehingga bisa dilirik oleh Jokowi untuk diajukan menjadi Kapolri. Dilansir dari berbagai sumber, pria kelahiran 26 Oktober 1964 ini merupakan perwira yang getol dalam aksi pemberantasan terorisme di Indonesia.


Bahkan, Tito ikut bergabung dengan tim yang berhasil membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin Moch Top. Karena itu pula, Kombespol Tito Karnavian akhirnya naik pangkat menjadi Brigjen Pol. dan naik jabatan menjadi Kepala Densus 88 Antiteror Mabes Polri.


Per 14 Maret 2016 lalu, mantan Kapolda Metro Jaya itu juga ditunjuk menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menggantikan Komjen. Pol. Saud Usman Nasution yang memasuki masa pensiun. Atas prestasi itu, dia pun menjadi Angkatan AKABRI 1987 pertama yang telah mampu menembus pangkat jenderal bintang tiga.


Wikipedia merilis, Tito termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Bareskrim, yang melumpuhkan teroris Dr Azahari dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005 lalu. Ia mendapat penghargaan dari Kapolri Jenderal Sutanto saat itu bersama dengan para kompatriotnya, Idham Azis, Petrus Reinhard Golose, serta Rycko Amelza Dahniel, dkk.


Prestasi-prestasi inilah yang membuat Presiden Joko Widodo pada 15 Juni 2016 mengirim surat kepada DPR. Jokowi menunjuk Tito sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Badroidin Haiti yang akan segera pensiun.


Penunjukkan ini mematahkan tradisi senioritas di tubuh Polri karena Tito lebih dipilih ketimbang para seniornya yang bepangkat tiga bintang.


Pendidikan
Tito Karnavian mengawali masa pendidikan di SD dan SMP Xaverius Palembang. Kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 2 Palembang. Lulus dari SMA, ia ikut empat tes, mulai dari Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Kedokteran Universitas Sriwijaya, Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.


Luar biasanya, keempat tes itu berhasil ia tembus. Tapi Tito muda akhirnya memilih Akabri atau Akademi Kepolisian dan lulus pada 1987. Disini, studinya mulus sekaligus menerima bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan Akpol terbaik di angkatannya.


Kemudian, ia kembali mengenyam pendidikan di Universitas Exeter di Inggris dan lulus tahun 1993. Disana, ia meraih gelar MA dalam bidang Police Studies. Di tahun 1996, ia juga menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jakarta dan meraih Strata 1 dalam bidang Police Studies.


Lagi-lagi, ia mendapatkan Bintang Wiyata Cendekia sebagai lulusan terbaik.


Tak sampai disitu, Tito Karnavian juga menyelesaikan pendidikan di Massey University Auckland di Selandia Baru tahun 1998 dalam bidang Strategic Studies. Dia juga mengikuti pendidikan di Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapura, tahun 2008 sebagai kandidat PhD dalam bidang Strategic Studies.


Bukan Tito kalau tidak berprestasi. Pada Maret 2013 ia menyelesaikan PhD-nya disana dengan nilai excellent.


Penangkapan Tommy Soeharto
Karier Tito dalam kepolisian cepat melesat berkat prestasi yang dicapainya. Tahun 2001, Tito yang memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra Presiden Soeharto dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiudin.


Berkat sukses menangkap Tommy ini, Tito kian diperhatikan dan mendapat beragam ujian. Akibat lainnya, ia menjadi polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa.


Densus 88
Tahun 2004, ketika Densus 88 Antiteror Polda Metro Jaya dibentuk untuk membongkar jaringan terorisme di Indonesia, Tito yang saat itu menjabat Ajun Komisaris Besar (AKBP) memimpin tim yang terdiri dari 75 personel. Unit antiteror ini dibentuk oleh Kapolda Metro Jaya (waktu itu) Irjen Firman Gani.


Penangkapan Azahari Husin
Tito juga termasuk polisi yang mendapat kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Densus 88 Antiteror, yang melumpuhkan teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Ia turut mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Kombes Pol.


Konflik Poso
Densus 88 Antiteror juga berhasil menangkap puluhan tersangka yang masuk dalam DPO di Kecamatan Poso Kota, 2 Januari 2007. Tito dan sejumlah perwira Polri lainnya juga sukses membongkar konflik Poso dan meringkus orang-orang yang terlibat di balik konflik tersebut.


Penangkapan Noordin Mohammad Top
Tito termasuk perwira yang bergabung dalam tim penumpasan jaringan terorisme pimpinan Noordin Mohammad Top tahun 2009.


Kapolda Papua
Pada 3 September 2012, Tito akhirnya ditunjuk menjadi Kapolda Papua. Komisioner Kompolnas Hamidah mengatakan selama Irjen Pol Tito Karnavian menjabat sebagai Kapolda Papua, sejumlah penembakan misterius masih terus terjadi. Bahkan kontak tembak antar pasukan dan kelompok separatis juga marak. Namun jumlah penembakan tersebut bisa ditekan.


Selain prestasi, Tito juga disebut-sebut terlibat dalam pemufakatan jahat Mantan Ketua DPR terhadap PT Freeport. Dia disebut terlibat. Namun, secara tegas, Tito membantah dan mengatakan bila pembicaraan Freeport kepada Menteri ESDM Sudirman Said dalam kapasitas memberi saran pengamanan Freeport.


Kapolda Metro Jaya
Jabatan Kapolda Metro Jaya diemban oleh Irjen Pol Tito Karnavian berdasarkan Surat Telegram Kapolri Nomor ST/1242/VI/2015 yang dipublikasikan 5 Juni 2015. Disini, namanya kembali mencuat. Lagi-lagi dalam kasus terorisme yang terjadi di pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016.


Dengan pengalamannya yang mendalam soal terorisme, tak kurang dari 5 jam Ibukota sudah kembali dikuasai dan kondusif dan 7 tersangka sudah tertangkap. Menurut Beliau kasus ini merupakan tanggung jawab ISIS serta merupakan perebutan kekuasaan ISIS di Asia Tenggara melalui eks Narapidana Bahrun Naim.


Beberapa kasus lainnya yang banyak menyedot perhatian publik yaitu: Dua kali ancaman teroris di Mall Alam Sutera, Kota Tangerang, kontroversi penetapan status siaga satu Jakarta saat Final Piala Presiden 2015, penggusuran kawasan prostitusi Kalijodo, penggusuran perumahan bantaran sungai Kampung Pulo, serta kasus pembunuhan Wayan Mirna menggunakan kopi bercampur zat sianida. [GP]


Kasus Menonjol yang Ditangani:




  • Korupsi Buloggate (1999)

  • Bom Kedubes Filipina, Jakarta (2000)

  • Bom Bursa Efek Jakarta, Jakarta (2001)

  • Bom Malam Natal Jakarta (2001)

  • Bom Plaza Atrium – Senen –Jakarta Pusat (2001)

  • Pembunuhan Hakim Agung Safiudin Kartasasmita, Jakarta (2001)

  • Bom Makassar, Sulawesi Selatan (2002)

  • Bom di gedung MPR/DPR – Jakarta (2003)

  • Bom bandara internasional Sukarno Hatta Jakarta (2003)

  • Bom J.W. Mariott, Jakarta (2003)

  • Pembunuhan direktur PT. ASABA oleh kelompok Gunawan Santosa (2004)

  • Bom Cimanggis Depok (2004)

  • Bom Kedubes Australia Jakarta (2004)

  • Bom Bali II (2005)

  • Mutilasi 3 siswi di Poso, Sulawesi Tengah (2006)

  • Bom Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah (2005)

  • Mutilasi Kepala Desa Pinedapa, Poso, Sulawesi Tengah (2006)

  • Penanganan Konflik Demo Mahasiswa USU dengan DPRD Sumut (2008)

  • Bom Hotel Ritz Carlton dan JW Marriott, Jakarta (2009)

  • Operasi pengungkapan latihan paramiliter teroris di Aceh (2010)

  • Operasi pengungkapan perampokan bersenjata CIMB bank Medan (2010)

  • Operasi pengungkapan Bom Bunuh Diri di Polres Cirebon Kota (2011)

  • Operasi Pengungkapan Bom Buku dan Parsel di Jakarta (2011)

  • Operasi Pengungkapan Terorisme Penembakan dan Bom di Aceh (2012)

  • Penanganan berbagai konflik separatis di Papua (2012-2014)

  • Rekening gendut Aiptu Labora Sitorus (2013-2014)

  • Bom Bunuh Diri di Sarinah Building, Thamrin, Jakarta Pusat (2016)