Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Suara Nelayan Buat Pemerintah

Deri (45) (1)BENGKULU, PB - Ditengah kondisi cuaca yang buruk, kehidupan nelayan semakin terpuruk karena kapal ikan nelayan kecil tidak bisa berlayar ditengah gelombang Samudera Hindia yang mengamuk. Kondisi ini tentu berbeda dengan kebanyakan nelayan Pulau Jawa yang memiliki kapal besar.

Baca: Hujan Badai, Nelayan Takut Melaut dan Nelayan Desak Pemerintah Bangun Pabrik Olahan ‘Ikan Sampah’

Nelayan disepanjang Pantai Malabrough, Kota Bengkulu merasakan kesulitan berlayar. Para nelayan mesti nganggur ketika cuaca laut buruk.  Deri (48) adalah salah satu dari puluhan nelayan yang tak dapat berlayar. Ia berharap besar pemerintah dapat mendengarkan suara para nelayan di kampungnya.

"Untuk jaring, bahan bakar, perlengkapan kapal serta peralatan untuk menangkap ikan di laut semuanya mengandalkan modal pinjaman ke Bank. Berat memang, dari pada menunggu bantuan namun tidak dapat. Lebih baik begitu, karena keluarga dirumah juga membutuhkan makan. Jaring ini harganya hanya Rp 65 ribu. Namun uang yang digunakan untuk membelinya adalah dari pinjaman Bank," ungkapnya.

Pinjaman di Bank memiliki resiko dan cukup memberatkan para nelayan. Selain saratnya yang berat juga bunga pengembaliannya. Ia bersukur Pemerintah Kota Bengkulu telah menyediakan dana Samisake, dana bergulir yang diperuntukkan buat masyarakat itu menurutnya sangat dibutuhkan para nelayan. Sayangnya bantuan itu tak pernah menetes kepada nelayan kecil seperti dirinya.

"Kami disini tidak mendapatkan bantuan dana Samisake, mungkin Helmi (Wali Kota Bengkulu-red) tidak tahu itu, kalau nelayan sepanjang Malabrough belum mendapatkan bantuan Samisake," kata Deri dengan mata memerah, Sabtu (5/3/2016).

Deri bahkan menyebutkan jika selama ini bantuan Samisake tidak tepat sasaran. Ia berharap pemerintah turun tangan agar dapat melihat langsung kondisi nelayan dan dapat memberikan yang terbaik kepada masyarakat disini.

"Saya sudah sering mengajukan pinjaman ataupun bantuan tapi belum ada jawaban. Dari dinas itu saratnya berat, dan butuh waktu panjang," ungkap Bapak yang sudah berprofesi sebagai nelayan sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu.

Menurutnya, program yang bisa dirasakan langsung seperti Samisake bisa jadi harapan. Sayangnya program yang digalakan Pemerintahan Helmi Hasan-Patriana Sosialinda itu belum sampai ke tangan nelayan karena bantuan untuk masyarakat kelas bawah itu hanya dinikmati segelintir orang.

"Yang mendapatkan bantuan, orang-orangnya itu-itu saja. Serta yang mendapat bantuan di wilayah Malabrough ini hanya orang-orang yang sebenarnya tidak layak dibantu. Bahkan mereka yang dapat bantuan sering menjual kembali bantuannya karena mereka memang sudah mampu," ketusnya.

Ia berharap besar agar Pemerintah bisa melihat langsung mana saja masyarakat yang layak menerima bantuan tersebut.

"Saya sering di wawancara oleh wartawan. Seharusnya pemerintah memerintahkan tim, yang murni memang berniat untuk membantu. Jangan turunkan tim lapangan yang berstatus honorer karena mereka itu sering mengambil bagian ataupun meminta bagian," ungkapnya dengan berang.

Deri juga mengingatkan kepada pihak yang menerima bantuan untuk sadar dan berfikir. Oh, yo saya sudah terima, yang lain belum, tapi mereka hanya memikirkan "perutnya", jika ada informasi akan ada bantuan yang akan turun sambungnya, mereka sudah siap-siap lagi.

"Bantuan yang harusnya diterima oleh masyarakat kelas bawah sering dijadikan lahan bisnis bagi para pejabat," terangnya.

Jon (45) nelayan Malabrough juga mengeluhkan hal sama. "Bantuan sering turun disini sebenarnya, hanya saja dinikmati oleh pihak yang seharusnya bukan penerima ataupun orang-orang yang sudah menerima bantuan sebelumnya," sahutnya. [Zefpron Saputra]