Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Shalat dan Kepribadian yang Terbelah

DSC09717 DSC09713 

BENGKULU, PB - Dalam masyarakat modern yang disebut Alfin Toffler merupakan masyarakat yang bergantung pada kemajuan teknologi/pengetahuan (sains). Segela kehidupan manusia diukur dan dipengaruhi oleh perkembangan rasionalitas (akal). Pengetahuan rasio menjadi begitu diagungkan sehingga pemujaan manusia kepada akal dan teknologi semata membuat manusia kehilangan identitas dirinya.

Manusia modern seperti yang disampaikan Mufti besar dari Iran, Ali Syariati, memuja ciptannya sendiri. Manusia lebih takut kehilangan pekerjaannya ketimbang kehilangan imannya, lebih taat pada pekerjaannya ketimbang perintah Tuhannya, secara umum manusia mengalami kepribadian yang terbelah (split personality), disatu sisi manusia puas dengan kemampuannya tetapi disisi lain kering secara spritual.

Kepercayaan manusia modern akan penciptaan manusia semakin surut seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut diungkapkan dalam khutbah Ustad Ahmad Sobari di Masjid Raya Baitul Izzah Padang Harapan Bengkulu, Jum'at (19/3/2016).

Banyak dari anak adam (manusia) setelah dilahirkan ke dunia, tidak lagi percaya ia telah bersumpah kepada Penciptanya. Sumpah tersebut diucapkan ketika kita masih berumur 4 bulan di dalam rahim sebagaimana Firman Allah SWT, Quran Surat Al-A'raf ayat 172:

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Tuhan mu? Mereka menjawab betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (perintah Tuhan)," terangnya.

Ketidak mampuan manusia memahami penciptaan dan peranannya di dunia tersebut, membuat manusia mengabaikan perintah Penciptanya. Manusia kehilangan identitasnya, akibatnya manusia yang kering secara spritualitas tersebut cenderung berbuat kejahatan. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak serta merta membuat kemaslahatan bagi manusia, sebaliknya peperangan dan kemungkaran terus terjadi.

Karena itulah, Sobari mengingatkan pentingnya kaum muslim untuk mendirikan shalat untuk mencegah penyakit sosial dan dampak dari modernisasi. Shalat bisa mencegah manusia dan kemungkaran. Sebagaimana Firman Allah SWT: إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ artinya, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar (QS. Al ‘Ankabut: 45).

Perbuatan fahisyah (keji) yang dimaksud adalah perbuatan jelek yang disukai oleh jiwa semacam zina, liwath (homoseks) dan semacamnya. Sedangkan yang namanya mungkar adalah perbuatan selain fahisyah yang diingkari oleh akal dan fitrah. Sambugnnya, hal tersebut dikuatkan dengan Hadist Riwayat Ahmad, "Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.

Ia menerangkan bila implementasi dari pelaksanaan shalat yang dilakukan dalam lima waktu tercermin dari kepribadian baik. Menurutnya, salah jika shalat namun akhlaknya tidak baik. Jika baik dan benar shalat seseorang, maka besar kemungkinan akan baik pula akhlak orang tersebut.

"Orang yang tidak menaati perintah Allah SWT tidak termasuk umat Muhammad SAW. Dalam kehidupan, sebaik-baiknya bekal adalah taqwa," kata Ustad Ahmad.

Untuk menunjukkan kepribadian yang baik maka ada 4 hal yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Pertama jujur dalam bicara. Kedua menjaga amanah. Ketiga baik dalam prilaku. Keempat tidak rakus kepada makanan.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu," tutupnya dengan membacakan Surah Al-Baqarah ayat 208. [Zefpron Saputra]