Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Usaha Sepeda Sontang di Pantai Panjang

[caption id="attachment_13522" align="alignleft" width="300"]20160206_132201 Usaha Sepeda Sontang yang sedang lesu.[/caption]

BENGKULU, PB - Bagi para penggemar sepeda, jenis onthel sudah tak asing lagi tentunya. Usaha Sepeda Sontang yang berlokasi di Area Sport Center Pantai Panjang, Kota Bengkulu ini menyewakan sepeda ontel dan sepeda hias bagi pengunjung Pantai Panjang.

Penyewaan sepeda yang telah memiliki ratusan koleksi ini dikelola keluarga Enggar (24). "Awalnya merintis tahun 2011 bersama keluarga, mulai dari modal 2 sepeda dan kini memiliki 12 karyawan. Biaya membeli sepeda itu berasal dari hasil menjual sepeda motor. Total sepeda ontel sekarang 100 unit dan 12 unit sepeda hias," kata Enggar saat ditemui di Bengkel Sontang milik keluarganya, Sabtu (6/2/2016).

Enggar bercerita awal-awal buka usaha sempat ramai, tapi sekarang sudah lesu. Dulu ada terdapat lima komunitas yang saling bersaing tetapi sekarang sudah sedikit yang mampu bertahan hingga sekarang. Untuk biaya sewa tergantung jenis dan merek sepeda. Soal pajak retribusi ke Pemkot, dia mengatakan tiap bulan ia rutin membayarnya.

"Tarif sewa tergantung jenis sepedanya, kalau sepeda tunggal biaya sewanya Rp 15 ribu. Sedangkan yang gandengan Rp 25 ribu. Kalau sepeda hias biaya sewanya Rp 40 ribu. Pajak retribusi saya rutin membayarnya ke Dispora, Dinas Pariwisata, dan Dinas Perhubungan setiap bulanya," ungkap Enggar.

Untuk omset, Enggar menjelaskan bahwa dihari-hari biasa pengunjung sepi dan bila di rata-rata hanya 3 sampai 4 sepeda yang laku disewa. Sedangkan bila hari weekend omset bisa dapat untung berlipat-lipat.

"Jadi dalam hari-hari biasa hanya mendapatkan untung Rp 50 sampai Rp 60 ribu. Tapi kalau hari libur (weekend) bisa mendapat omset kisaran Rp 500 sampai Rp 600 ribu," ucapnya.

Ditambahkan Enggar, terkait biaya operasionalnya dalam sehari bila sepeda tidak mampu menutupi biaya operasionalnya maka hasil omset becak untuk menutupinya. "Biaya operasional yang sering membengkak yaitu mengganti baru spare part, aki, letter S, rem, oli, lampu, televisi, dan lain-lain. Maka saya tutup dengan omset becak," tutupnya.

Ditanya tentang suka dukanya dalam menjalani usaha ini, dia menjelaskan awal-awal didirikan sering mendapat cemohan orang lain sampai ramai pengunjung hingga sekarang memiliki ratusan sepeda. Apalagi ini sudah pilihan usaha dan harus siap menghadapi segala resiko. [Theo Jati Kesumo]