Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Trigana Air Paling Sering Delay

pilot-dan-kopilot-trigana-air-dievakuasi-ke-jayapuraJAKARTA, PB Kementerian Perhubungan telah mengevaluasi ketepatan waktu atau On Time Performance (OTP) Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri periode Juli - Desember 2015. Evaluasi tersebut dilakukan terhadap 15 maskapai berjadwal dalam negeri.

“Berdasarkan hasil evaluasi terhadap 15 maskapai tersebut, terdapat 356.621 penerbangan pada periode tersebut. Persentase penerbangan tepat waktu/OTP pada periode tersebut yaitu 77,16% atau sebanyak 275.172 penerbangan,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik, JA Barata, dalam siaran persnya, Senin (1/2/2016).

Dia melanjutkan untuk persentase penerbangan yang mengalami keterlambatan (delay) sebesar 20,74% atau 73.950 penerbangan, dan sisanya, persentase penerbangan yang mengalami pembatalan (cancel) yaitu sebesar 2,15% atau sebanyak 7.668 penerbangan.

Lebih lanjut, ia mencatat, 3 maskapai dengan persentase OTP tertinggi pada periode tersebut yaitu: pertama, Batik Air dengan presentase OTP sebesar 91,21%, dengan jumlah penerbangan tepat waktu/OTP sebanyak 23.366 penerbangan dari total 25.617 penerbangan. Kedua, Nam Air dengan OTP 90,61%, atau penerbangan tepat waktu sebanyak 8.248 penerbangan, dari total 9.103 penerbangan. Ketiga, yaitu Garuda Indonesia dengan OTP  85,82%, dengan  penerbangan tepat waktu sebanyak 77.955 penerbangan dari total 90.832 penerbangan.

“Sementara, 3 maskapai dengan persentase keterlambatan (delay) tertinggi yaitu: pertama, Trigana Air dengan persentase 45,74% atau sebanyak 2.384 penerbangan mengalami delay, dari total 5.212 penerbangan. Kedua, Susi Air dengan persentase 34,96% atau sebanyak7.271 penerbangan delay dari total 20.801 penerbangan. Ketiga, Travel Express dengan persentase 33,28% atau sebanyak 1.717penerbangan delay dari total 5.159 penerbangan,” jelasnya.

Dari evaluasi tersebut, jelas Barata, ditemukan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan penerbangan antara lain: Pertama, faktor teknis operasional yaitu faktor keterlambatan yang disebabkan faktor kondisi bandara (di luar manajemen maskapai)seperti: bandara tidak dapat digunakan, keretakan landasan pacu, keterlambatan pengisian bahan bakar, dan terjadinya antrian pesawat yang akan take off maupun landing di bandara. Faktor tersebut menyumbang 32,75% atau sebanyak 24.216 penerbangan dari total keterlambatan penerbangan ke-15 maskapai pada periode tersebut.

Kedua, faktor non teknis operasional yaitu faktor keterlambatan penerbangan yang disebabkan karena manajemen maskapai seperti: keterlambatan kru pesawat, keterlambatan catering, keterlambatan karena menunggu penumpang yang akan check in, ketidaksiapan pesawat dan keterlambatanan penanganan di darat. Faktor tersebut menyumbang 49,63% atau sebanyak 36.702 penerbangan.

Ketiga, faktor cuaca dengan persentase 15,84% atau sebanyak 11.713 penerbangan, dan keempat, faktor lain-lain yaitu faktor keterlambatan penerbangan yang disebabkan di luar manajemen maskapai, teknis operasional, dan cuaca seperti: adanya kerusuhan atau demonstrasi di wilayah bandara.  Faktor tersebut menyumbang 2,57% atau sebanyak 1902 penerbangan.

Sementara faktor yang menyebabkan terjadinya pembatalan penerbangan (cancel) antara lain: Pertama, faktor teknis operasional dengan persentase 0,50% atau sebanyak 370 penerbangan. Kedua, faktor non teknis operasional 2% atau sebanyak 1.481 penerbangan.

“Ketiga, faktor cuaca 7,74% atau sebanyak 5.726 penerbangan, dan keempat, faktor lain-lain 0,13% atau sebanyak 94 penerbangan,” tutupnya. [GP]

 

Berikut hasil evaluasi terkait jumlah penerbangan, OTP, Keterlambatan dan Pembatalan Penerbangan 15 Maskapai berjadwal dalam negeri selama 6 bulan, periode Juli s.d Desember 2015 :










































































































































No.MaskapaiJumlah PenerbanganTepat Waktu (OTP)Keterlambatan (Delay)Pembatalan (Cancel)
1.Batik Air25.61723.366 (91,21%)1.871 (7,30%)380 (1,48%)
2.Nam Air91038.248 (90,61%)743 (8,16%)49 (0,54%)
3.Garuda Indonesia90.83277.955 (85,82%)10.919 (12,02%)1.958 (2,16%)
4.Sriwijaya Air27.20022.536 (82,85%)4.558 (16,76%)106 (0,39%)
5.Indonesia Air Asia Extra1.8351.512 (82,40%)323 (17,60%)0 (0%)
6.Citilink30.59824.560 (80,27%)5.709 (18,66%)329 (1,08%)
7.Indonesia Air Asia6.6775.054 (75,69%)1.577 (23,62%)159 (2,39%)
8.Kalstar Aviation12.2519.181 (74,89%)1.937 (15,81%)1.133 (9,25%)
9.Transnusa2.9292.257 (77,06%)622 (21,24%)50 (1,71%)
10.Wings Air32.08522.531 (70,22%)8.859 (27,61%)695 (2,17%)
11.Lion Air86.04360.280 (70,06%)25.403 (29,52%)360 (0,42%)
12.Susi Air20.80111.985 (57,62%)7.271 (34,96%)1.664 (8,00%)
13.Travel Express5.1592.975 (57,67%)1.717 (33,28%)467 (9,05%)
14.Trigana Air5.2122.510 (48,16%)2.384 (45,74%)318 (6,10%)
15.Aviastar Mandiri279222 (79,57%)57 (20,43%)0 (0%)
Total356.621275.172 (77,16%)73.950 (20,74%)7.668 (2,15%)

 (Sumber : Direktorat Jenderal Perhubungan Udara)