Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Pak Jokowi, Mampir ke Cuba Dong!

Happy Nur Widiamoko*Happy Nur Widiamoko

MUMPUNG lagi di Amerika Serikat Pak Jokowi, sempatkan mampir di Cuba Pak. Negara Miskin di Karibia itu hanya 150 Km dari Amerika Serikat, dekat kok pak. Disana Fidel Castro masih yang masih hidup, bahkan berita terakhir mengatakan dia juga masih bisa mengingat betul apa yang terjadi 57 tahun yang lalu.

Ya benar pak, Fidel Castro yang temannya Bung Karno itu, yang ucapannya sering anda nukil bahkan dengan bangga Tri Saktinya anda jadikan program kampanye Pilpres yang lalu. Meskipun miskin, disana ada Resort kecil Cayo Largo namanya disitulah pantai Playa Paraiso berada dengan pasir putih sepanjang 25 KM yang tahun 2015 dinobatkan sebagai 10 pantai terbaik didunia, anda dan ibu iriana sejenak bisa melepas jenuh setelah hari-hari yang pasti padat di negeri Uncle Sam sebelumnya, menginaplah sejenak di Melia penginapan mewah berkelas internasional itu nikmatilah muda-mudi yang sedang bernyanyi dan berdansa ceria itu agar esoknya bisa Fresh untuk melihat-lihat capaian dan keberhasilan negeri penghasil Cerutu terbaik itu.

Pak, Negeri yang telah memenangkan Revolusi dari cengkraman Diktator Fulgencio Batista itu mencatatkan prestasi gemilang dibidang-bidang kebutuhan penting manusia. yaitu Kesehatan dan pertanian. Seperti catatan terakhir 2015 kemarin, Cuba berhasil memutus mata rantai penularan HIV dan sipilis dari Ibu hamil ke Janin didalam kandungan, ditahun 2015 juga tim pekerja kesehatan sukses besar melawan Virus Ebola di Afrika barat sebagaimana pengakuan dan pujian dunia internasional.

Di negeri kita sebenarnya juga ada pak, DR. Warsito namanya, yang berhasil membuat alat terapi pengobatan Kanker. Sayang pemerintahan anda lebih suka menutup kliniknya dari pada mengembangkan Potensinya, meski jajaran Menterimu sekarang kelabakan karena DR. Warsito memilih pergi ke Polandia untuk mengembangkan temuannya itu. Dalam bidang pertanian Salah satu kisah suksesnya adalah pertanian kota (urban agriculture) yang disebut “organoponicos”.

Pertanian kota telah membuat Kuba tak bergantung lagi pada import. Sayang sekali lagi sayang, negeri kita lebih hobi mengimpor pak karena tak perlu susah-susah menanam dan merawat, meski tak kurang ribuan sarjana pertanian lulus tiap tahunnya. Bahkan saking kurangnya dukungan dari pemerintah, mereka banyak yang menjadi Bankir. Ironis!

Pak Jokowi, seperti apa yang anda sampaikan beberapa lalu, bahwa impor pangan kita untuk 8 komoditas pangan seperti Gula, garam, jagung, beras, kedelai, terigu, gula tebu dan gandum mencapai US$ 3,5 Milyar atau sekitar 51 Trilyun, itu artinya Indonesia adalah salah satu pengimpor pangan terbesar didunia. Nyesek sekali kan pak?

Sebagai Negara yang mendapatkan predikat Agraris. Ancaman krisis pangan semakin mengintai kedepan pak. Monopoli lahapan, alih fungsi lahan yang terus terjadi serta tehnologi pertanian yang tidak update menjadikan ancaman itu tampak semakin nyata. Apalagi ada warga negaramu yang membangun praktek ketahanan pangan malah diusir dengan alasan yang terlalu berlebihan, dengar-dengar mayoritas dari mereka sekarang menjadi pengangguran pak. Entahlah sebenarnya apa yang ada difikiran anda dan orang-orang itu. Jika krisis pangan terjadi Haqqul yakin bukan Facebook dan Google yang akan memberi solusi.

Pak Jokowi, Cuba Juga pernah diterpa krisis pangan. Saat Uni Soviet Runtuh dalam setahun Cuba kehilangan neraca perdagangannya 80%. Tidak hanya itu embargo Amerika Serikat membuat Cuba sangat kesulitan mendapatkan mitra dagang. Dan akibatnya, ekonomi Cuba diambang porak-poranda. akan tetapi, manusia yang terdidik revolusi tak patah akal, rakyat Cuba mulai mengambil inisiatif menanam sayuran dirumah-rumah mereka (berdikari online). Coba bayangkan bila itu terjadi di Indonesia, sudah dibayangkan, pak?

Kalau belum ini bayangan saya, mereka yang bersorak gembira atas kunjungan anda ke Google dan Facebook hari ini akan jadi segerombolan manusia paling nggilani saat krisis. Yang punya uang akan lari mencari selamat keluar negeri seperti cerita para pengkhianat, sedang yang cuma bisa ngehek akan “nyampah” di social media sambil mengutuki kaum tani yang dituduhnya tak becus menanam. Itulah pak, membangun karakter manusianya menjadi “super penting” di Indonesia, manusia terdidik adalah modal kemajuan sebuah bangsa.

Dan ini tidak akan dilakukan di Facebook atau Google karena korporasi hanya baik disaat masih untung jika buntung hanya membuat kita semakin merana. Dan saya harus katakan di Havana lah tempatnya. Karena revolusi Cuba telah mendidik orang-orang untuk bersolidaritas antar sesama manusia bukan menjadikan ‘exploitation de I’homme par I’homme’. Pak Jokowi bisa belajar disana, termasuk juga belajar bagaimana cara menyatukan fikiran, ucapan dan tindakan! karena didalam negeri semakin susah saja menemukan Manusia seperti itu.

Tapi sayang, Pak Jokowi lebih suka mampir di Honolulu. Duh!

*Penggiat Sosial, tinggal di Madiun