Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Jamur Sawit, Penyambung Hidup Para Ibu Nanjungan

12735891_1042096742522513_1439558367_n 12714299_1042099459188908_1217418471_n 12736096_1042098402522347_1849946161_n

BANYAK yang tidak menduga ternyata penghasilan penjual jamur sawit ini cukup mencengangkan. Betapa tidak, jika dibandingkan dengan gaji seorang karyawan perusahaan swasta, bisa jadi penghasilan ibu-ibu pemburuh jamur sawit itu lebih besar.

APDIAN UTAMA, Bengkulu Selatan

Bila rata-rata perusahaan di Bengkulu menetapkan penggajian berdasarkan Upah Minimum Provinsi (UMP), yang mana pada tahun 2016 pemerintah menetapkan UMP sebesar Rp 1,6 juta. Sedangkan hasil dari ibu-ibu mencari jamur sawit perbulannya mecapai Rp 1,7 juta.

Ibu-ibu penjual jamur sawit itu bisa kita temui di pinggir jalan di Desa Nanjungan Kecamatan Pino Raya, Bengkulu Selatan, tepatnya dekat pabrik CPO milik PT Sinar Bengkulu Selatan (PT SBS).

Salah seorang diantaranya adalah Muk (35) warga Desa Nanjungan Kecamatan Pino Raya. Diungkapnkannya, pendapatannya dari hasil mencari jamur sawit bekas ampas pabrik PT SBS berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 120 ribu per hari. Jamur sawit yang sudah dikemas dalam kantong plastik itu dijualnya Rp 5 ribu/kantong. Setiap hari rata-rata bisa mengumpulkan 25 kantong.

"Kadang-kadang dek. Kalau lagi musim lebih banyak lagi dapatnya. Begitu pula dengan hasil dari jualannya juga bervariasi. Hari Minggu lalu (14/2/2016) alhamdulillah dapat Rp 100 ribu lebih, tapi kemarin Senin (25/2/2016) cuma dapat Rp 55 ribu. Gak tentu hasilnya dek," tutur Muk didamipingi rekan seprofesinya Satmawati (52) yang juga Warga Desa Nanjungan Kecamatan Pino Raya.

Lanjut Muk, hampir setiap hari dirinya mencari jamur sawit di tempat pembuangan ampas janjang sawit di sekitar lokasi pabrik CPO milik PT SBS. Sekira dari jam 06.00 WIB sampai jam 09.30 WIB adalah waktu yang digunakannya untuk mengumpulkan jamur sawit. Tidak ada peralatan dan biaya khusus untuk mencari jamur sawit.

"Setelah mencari jamur, biasanya saya pulang ke rumah untuk sarapan, nyuci dan mandi. Setelah itu sekira pukul 10.00 WIB saya langsung jualan di sini. Kami jualan sampai sore, bahkan kadang sampai magrib lebih baru pulang. Kami jualan di sini hampir setiap hari, kecuali ada musibah orang meninggal atau ada acara pesta orang menikah di dusun," tandas Muk dan Sakmawati.

Sambungnya, kegiatan mencari jamur sawit itu sudah ditekuninya selama tiga tahun terakhir. Menurutnya, tidak lama sejak pabrik CPO itu berdiri, dirinya sudah mulai menjual jamur sawit. Bedanya dengan sekarang, pada masa awal dirinya berjualan jumlah sawit sangat banyak dan pembelinyapun berlimpah ruah.

"Kalau masih baru dulu, jamur masih banyak dan pembeli masih ramai. Kalau zaman dulu rata-rata perhari bisa mendekati Rp 100 ribu. Bahkan, saya ingat betul pernah juga saya dapat Rp 200 ribu sehari. Tapi itu dulu," tegas ibu empat anak ini.

Menurutnya, saat ini jumlah jamur sawit sudah berkurang karena janjang ampas pabrik itu sudah banyak dijual oleh pihak pabrik. Sedangkan dulu, seluruh janjang ampas pabrik itu dibuang dekat lokasi pabrik.

"Kalau kini udah dijual. Katanya untuk pupuk. Yang dibuang dekat sini hanya sisa yang tidak laku dijual saja. Makanya jumlah jamurnya sedikit," ujarnya diamini oleh Sakmawati.

Namun, menurutnya meskipun jumlah jamurnya berkurang, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap penghasilan mereka. Karena saat ini jumlah penjual jamur sawit di lokasi itu sudah berkurang.

"Kalau baru-baru dulu sangat banyak yang jualan di sini. Kalau sekarang paling tinggal lima orang lagi, saya, ibu Sakmawati ini, Hermi, dan ada dua orang lagi dari Selali," tukasnya.

Dari hasilnya mencari jamur itu digunakannya untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan dan biaya sekolah anak-anak. Suaminya berprofesi sebagai petani sawah dan pekebun kelapa sawit.

"Untuk bantu-bantu suami dan belanja anak jadilah. Anak saya ada empat orang dek. Yang pertama sekolah di SMKN ! Manna, yang kedua di SMP Kelutum, Yang ketiga di SD Nanjungan, dan yang paling bungsu belum sekolah," ceritanya.

Mungkin anda penasaran dengan jamur sawit? Silahkan ke TKP di Desa Nanjungan Kecamatan Pino Raya Kabupaten Bengkulu Selatan, dekat Pabrik CPO PT SBS.