Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Harga Karet Anjlok, Riri Sambangi Petani

DSC_0070BENGKULU, PB - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Provinsi Bengkulu, Riri Damayanti John Latief kembali menunjukkan kepeduliannya pada petani yang ada di Bengkulu. Senator termuda tersebut menyambangi petani karet yang ada di Bengkulu Utara untuk bersilaturahmi sekaligus menyerap aspirasi mereka.

Baca juga: Harga Komoditi Turun, Pemda Diminta Siapkan Dana Penyangga Komoditi dan 9 Faktor Penyebab Perlambatan Ekonomi Bengkulu

Disampaikan Riri, mayoritas petani mengeluhkan harga karet yang terus anjlok. Pasalnya, harga karet ini memang bergantung dengan harga mekanisme pasar. Sebagai komoditi ekspor, harga getah tanaman ini juga selalu berfluktuasi mengikuti permintaan internasional. Wajar saja, bila harga yang diterima petani juga ikut bergelombang.

"Terkadang Rp15 ribu dan kadang cuman Rp 3 ribu, sedangkan harga kebutuhan pokok terus naik," ujar Riri, kepada Pedoman Bengkulu, usai bertemu petani di Desa Kali, Kecamatan Arma Jaya, Kabupaten Bengkulu utara, Minggu (31/1/2016).

Tak hanya itu, Riri menyampaikan, para petani juga mengeluhkan banyaknya penyakit yang akhirnya membuat pohon karet mereka rusak atau bahkan mati. Karena itu, menurutnya, peran dinas terkait dalam memberantas hama dan jamur di tanaman karet tersebut sangat penting dilakukan.

"Petani karet butuh bantuan pemerintah atau dinas terkait untuk membantu membasmi penyakit tanaman tersebut," kata Riri.

Untuk diketahui, sejak tiga tahun terakhir harga komoditas perkebunan karet terus anjlok dan hingga kini masih bertahan rata-rata berkisar Rp 4.000/kg. Kondisi itu membuat masyarakat petani karet di dalam negeri tertekan.

Para petani berharap Pemerintah bisa segera mencari solusi terkait anjloknya harga karet tersebut serta melakukan pengawasan terhadap agen penampung agar tidak melakukan monopoli dan permainan harga.

Dari informasi terhimpun, anjloknya harga karet lebih disebabkan jatuhnya harga minyak dunia, serta melimpahnya pasokan karet mentah. Saat ini Kamboja, Myanmar, dan Laos misalnya, melakukan pendekatan comparative advantage dengan memperluas ribuan hektar perkebunan karetnya. [IC]

DSC_0011 DSC_0009