Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Bila Kereta Gantung di Danau Dendam

Seorang nelayan sedang mencari ikan di Danau Dendam Tak SudahBENGKULU, PB - Meski memiliki pemandangan yang cantik dan menarik, namun Danau Dendam Tak Sudah belum menjadi target destinasi wisata oleh wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu.

Baca juga: Tahun Baru, Kota Bengkulu Dibanjiri Wisatawan

Salah satu warga yang memiliki kepudulian mengembangkan wisata Danau Dendam adalah Junaidi Sandistio, warga RT 5 Kelurahan Kebun Tebeng Kota Bengkulu. Ia mengaku pernah mengajukan proposal untuk membenahi penataan Danau Dendam Tak Sudah. Saat itu, ia menargetkan Danau Dendam Tak Sudah sebagai pusat hiburan akhir pekan dan objek wisata kuliner.

"Tapi pengubahan yang kita lakukan tanpa menganggu habitat hewan yang hidup di danau itu. Justru retribusi yang kita dapatkan digunakan untuk melestarikan semua habitat yang ada. Kebutuhan dananya kisaran Rp 20 miliar. Semua warung-warungnya kita susun seragam 20 meter dari badan jalan," ungkap Junaidi.

Dalam rancangan yang ia susun, truk dan angkutan berat tidak diperkenankan untuk melewati Danau Dendam Tak Sudah. Bahkan, ia juga telah melakukan survei pemasangan kereta gantung agar danau tempat tumbuhnya anggrek pensil satu-satunya di dunia ini dapat disaksikan dari ketinggian.

Bila program kereta gantung ini dilaksanakan maka pesona Danau Dendam yang indah terbentang sepanjang mata. Bengkulu akan menjadi daya tarik wisata baru. Kita dapat merawat ekosistem cagar alam dan sekaligus membangun sektor pariwisata yang lebih baik.

"Dananya tidak harus dari pemerintah daerah. Saya sudah pernah mendatangi pihak kementerian. Mereka bersedia mengucurkan dana asal jelas asas manfaatnya untuk warga masyarakat. Truk-truk itu juga sebenarnya sejak dulu tidak boleh lewat danau. Karena pemanfaatannya belum jelas makanya aparat juga enggan untuk bertindak tegas," bebernya.

Potensi Danau Dendam yang masih terpedam ini diakui oleh berbagai wisatawan. Salah satunya disampaikan Ramdani Mukhlis Nasution, wisatawan asal Bandung, Jawa Barat.

"Saya sudah berkali-kali ke Bengkulu tapi saya belum pernah mengunjungi Danau Dendam Tak Sudah. Justru saya malah baru tahu. Selama saya di Bengkulu, saya belum pernah diajak ke kawasan tersebut," katanya saat diwawancarai Pedoman Bengkulu, Minggu (17/1/2016).

Berbeda dengan Ramdani, wisatawan asal Jakarta, Muhtar Sadili Syihabuddin, mengaku takjub dan kagum dengan keindahan Danau Dendam Tak Sudah. Namun menurut dia, sebagai salah satu objek yang layak dijadikan sebagai destinasi wisata, banyak hal yang harus diperbaiki dari danau yang menyimpan banyak legenda tersebut.

"Subhanallah. Pemandangannya indah sekali. Tapi kalau banyak truk-truk besar yang lewat ini wisawatan juga takut ke sini. Lagian kalau datang  ke sini parkir mobilnya dimana. Bisa tidak menikmati pemandangannya dari hutan atau dari tempat ketinggian. Kalau memang mau dijadikan objek wisata, masih banyak yang harus dibenahi," kata salah satu jurnalis di Majalah Rakyat Merdeka ini.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Bengkulu, Tony Elfian, mengatakan, pihaknya belum memiliki konsep untuk melakukan penataan di kawasan Danau Dendam Tak Sudah. Sebab, saat ini pihaknya masih berkonsentrasi untuk merumuskan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota Bengkulu.

"Kita belum ada rencana melakukan penataan. Tahun ini kita semarakkan pariwisata kita dengan konsentrasi pada event saja dulu. Fungsinya agar wisatawan tahu dulu tentang Bengkulu. Ada tiga event besar yang akan kita adakan tahun ini. Diantaranya Festival Bengkulu Tempo Doeloe, Tabot dan Karnaval Batik Nusantara," demikian Tony.

Danau Dendam Tak Sudah memiliki luas 37,50 hektar. Terletak enam kilometer dari pusat Kota Bengkulu, danau ini dikelilingi bukit-bukit hijau. Banyak habitat flora dan fauna langka disini. Diantaranya anggrek pensil, anggrek matahari, nipah, plawi, pulai, bakung, gelam, terentang, sikeduduk, brosong, ambacang rawa dan pakis. Sementara fauna yang langkah diantaranya yang berasal dari famili Anabantidae, Bagridae dan Cyprinidae.

Beberapa fauna lainnya juga ada. Seperti lutung atau kera ekor panjang, burung kutilang, babi hutan, siamang dan ular phyton. Makanya tak heran, sejak zaman Belanda masih berkuasa, kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam berdasarkan Besluit Tuan Besar Gubernur Jenderal Belanda No. 36 stb 1936 No. 325. [RN]