Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Puisi-puisi Pablo Neruda

983a4bb1-7328-4f78-a61e-41c662d8a89f_338Bersandar Pada Senja

Sewaktu bersandar pada senja, kutebarkan jala dukaku
ke lautan matamu.

Di sana, kesepianku membesar dan membakar dalam marak api maha tinggi
tangannya menggapai bagai orang lemas.

Kukirim isyarat merah ke arah matamu yang hampa
yang menampar lembut seperti laut di pantai rumah api.

Kau jaga hanya kegelapan, perempuanku yang jauh
pantai ketakutan kadang-kadang muncul dari renunganmu.

Sewaktu bersandar pada senja, kucampakkan jala dukaku
ke laut yang mengocak lautan matamu.

Burung-burung malam mematuk pada bintang-bintang pertama
yang mengerdip seperti kalbuku ketika menyintaimu.

Malam menunggang kuda bayangan
sambil menyelerakkan tangkai-tangkai gandum biru di padang-padang.




 

KAU HARUS DENGARKAN AKAbstrak_Figuratif_03546568U

Aku bernyanyi mengembara

diantara batang-batang anggur

 

Eropa

dan dalam angin,

angin Asia.

 

Yang terbaik dari sepanjang usia manusia

dan dari kehidupan,

dari kehalusan bumi,

dan damai sejati

kuhimpun dalma perantauan hidupku.

 

Yang terbaik dari bumi yang satu

dan dari bumi yang lain

kupakukan pada bibirku

dengan laguku:

kebebasan angin,

kedamaian ditaman anggur.

 

Kadang-kadang manusia seperti

bermusuh-musuhan

tetapi malam itu selubung

bagi semua

dan cahya raja

menggugah kita;

cahya dunia

 

Dan ketika sampai aku dirumah-rumah

duduk mereka sekitar meja

kembali mereka dari kerja

dengan tangis atau tawa.

 

Semua sama.

Sekalian mata mencari

jalan cahaya.

Sekalian mulut menyanyi

lagu musimsemi.

 

Semua.

Maka itu aku

diantara batang-batang anggur

dan dalam angin memilih

 

yang terbaik pada manusia.

Dan kau harus dengarkan aku.

 

 

images344558

 

SONETA II

Kasihku, berapa banyak jalan harus kutempuh untuk mendapatkan ciuman,
berapa kali aku tersesat kesepian sebelum menemukanmu!

Kereta kini melaju menembus hujan tanpa diriku.

Di Taltal musim semi belum kunjung tiba.

Tapi aku dan engkau, kasihku, kita bersama-sama,
bersama dari pakaian hingga tulang,
bersama di musim gugur, di air kita, di pinggul,
hingga akhirnya hanya e

 

ngkau, hanya daku, kita berdua.

Bayangkan betapa semua bebatuan itu diangkut sungai,
mengalir dari mulut sungai Boroa;
bayangkan, betapa bebatuan itu dipisahkan oleh kereta dan bangsa

Kita harus saling mencinta,
sementara yang lainnya semua kacau, laki-laki maupun perempuan,
dan bumi yang menghidupkan bunya anyelir.*

 

 

imagesfssf

TAWAMU

 

 

Ambil saja nafas ini dariku, jika kamu memohon,
ambil juga udara ini, ta

 

 

pi
jangann ambil dariku tawamu

jangan ambil mawar

Kembang tombak yang kau tusukkan lalu kau cerabut
hingga tiba-tiba air meluap-luap bahagia tanpa henti
gelombang tiban yang melahirkan perak dalam dirimu

perjuanganku sungguh kasar dan aku kembali
dengan mata lelah

Sejak mula melihat dunia yang tak berubah
tapi ketika tawamu lahir
tawa itu melontar ke angkasa dan segera mencariku
dan membuka seluruh pintu-pintu hidupku

Sayangku, dalam masa paling gelap
tawamu hadir, dan tiba-tiba
lihatlah darahku luntur mengotori batu-batu jalan
tertawa, karena tawamu digenggamanku
akan menjelma serupa pedang yang baru ditempa

di bahu laut musim gugur

Tawamu pasti menegakkan bebuih jeram
dan di musim semi, sayangku

Tawamu seperti bunga yang kutunggu-tunggu
bunga biru, mawar yang menggema di seantero penjuru

 

Tawa yang tersangkut di malam
pada hari, pada bulan,

tawa yang berpantul-pantul di jalan-jalan di pulau ini

tawa pada bocah ceroboh yang mencintaimu

tawa berkelebat saat aku memejam dan membuka mata

tawa ketika langkahku maju, ketika langkahku surut
mengingkari tarikan nafas, udara, sinar, semi, tapi
jangan pernah ambil tawamu
atau aku akan binasa*