Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Menyalakan Seribu Jogokariyan: Warisan Peradaban KH. Muhammad Jazir ASP

Jogyakarta - Suara azan Subuh Senin, 22 Desember 2025 di Yogyakarta terasa sedikit lebih sunyi. Seorang bintang yang telah menuntun jalan pemberdayaan masjid untuk puluhan tahun, KH. Muhammad Jazir ASP—Ketua Dewan Syuro dan arsitek utama kemakmuran Masjid Jogokariyan—telah berpulang ke Rahmatullah di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dini hari itu. Komplikasi ginjal yang diperjuangkannya bertahun-tahun, akibat diabetes dan hipertensi yang menyertai, telah mengakhiri perjuangan fisiknya. Namun, seperti nyala lilin yang tidak padam meskipun api utamanya hilang, warisan pemikirannya terus menyala di hati jutaan orang. 

Dari Nol Menuju "Saldo Nol": Filsafat Kemandirian yang Menghidupkan

Pak Jazir—demikian beliau akrab disapa—bukan hanya pengurus masjid. Beliau adalah visioner yang melihat masjid bukan sekadar tempat shalat, melainkan rumah peradaban dan pelita kesejahteraan umat. Di bawah bimbingannya, Masjid Jogokariyan yang dulunya biasa saja bertransformasi menjadi cahaya pandang nasional.

Inovasinya begitu revolusioner dan membumi. Konsep "Saldo Masjid Nol"—setiap dana yang masuk harus dikeluarkan untuk program pemberdayaan, tidak boleh mengendap—menjadi mahakaryanya yang menggerakkan semangat kreativitas. Setiap rupiah bergulir dengan cepat, memberi manfaat langsung. Dari sana lahir program-program yang menyentuh hati, seperti ATM Beras yang memungkinkan warga kurang mampu mengambil beras dengan martabat, tanpa rasa malu yang menyakitkan. Tidak berhenti di situ: Baitul Maal yang profesional, katering, laundry, dan puluhan unit usaha lainnya membuat masjid mandiri secara finansial, sambil menjadi penyangga ekonomi warga sekitar yang setia. 

Perjuangan di Balik Senyum: Sakit Tak Pernah Meredupkan Semangat 

Di balik kesibukannya mengurus ribuan umat, Pak Jazir menjalani perjuangan pribadi yang berat. Nyeri dan kelelahan akibat penyakitnya seringkali menyertai, namun tak pernah sekali pun menyurutkan senyumnya atau membuatnya melalaikan tugas. Kebahagiaannya sesungguhnya terletak pada saat melihat masjid ramai: anak-anak yang antusias belajar mengaji, ibu-ibu yang senang mengikuti pelatihan, bapak-bapak yang berdiskusi dengan penuh semangat, dan para dhuafa yang menerima bantuan dengan wajah yang lega. Bagi beliau, kemakmuran masjid adalah obat terbaik yang tak ternilai harganya. 

Pesan Terakhir dan Warisan yang Hidup Selamanya 

Selalu terngiang di bibirnya: "Lanjutkan perjuangan membangun peradaban melalui masjid." “Urusan masjid bukan hanya soal bangunan bata dan semen,” ujar beliau dengan tegas, “tapi tentang membangun manusia dan masyarakat yang sejahtera.” Cita-citanya sederhana namun besar: agar setiap masjid memiliki wakaf produktif yang menjadi jantung kesejahteraan umat di sekitarnya, menjadikannya rumah bersama yang mandiri dan penuh kasih.

Pada hari yang sama kepergiannya, suasana haru dan syahdu meliputi Makam Karangkajen, Yogyakarta. Setelah shalat Zuhur, almarhum dimakamkan dengan penuh hormat. Kepergiannya yang tenang meninggalkan jutaan kenangan, dan sebuah model masjid yang telah terbukti mengubah hidup banyak orang.

Menginspirasi #GemaSajid: Menyalakan Seribu Jogokariyan Lainnya 

Keteladanan Pak Jazir adalah nyala api yang menyulut semangat Gerakan Memakmurkan Satu Juta Masjid (#GemaSajid). Dari beliau kita pelajari: 

1. Kemandirian adalah Kunci—masjid harus berdaya, bukan hanya menunggu sumbangan. "Saldo Nol" dan wakaf produktif adalah panduan yang nyata.

2. Masjid adalah Pusat Solusi—seperti Jogokariyan, masjid harus menjawab masalah nyata: ekonomi, pangan, pendidikan, dan sosial, dengan inovasi yang menyentuh hati seperti ATM Beras.

3. Keteladanan Bergerak—perubahan dimulai dari satu orang yang istiqamah di satu masjid, lalu inspirasi itu menyebar ke mana-mana.

4. Warisan itu Abadi—wafatnya seorang pejuang tidak menghentikan perjuangan, melainkan menyalakan semangat lebih banyak pejuang baru. #GemaSajid adalah estafet penerusnya, bertekad menyalakan seribu, bahkan sejuta "Jogokariyan" di seluruh Indonesia.

Selamat jalan, Guru. Jasadmu mungkin telah kembali ke Tuhan, tetapi Jazir-mu—semangatmu, gagasanmu, dan keteladananmu—akan terus hidup dalam setiap shaf yang rapat, dalam setiap kantong beras yang sampai ke tangan yang membutuhkan, dan dalam setiap masjid yang bangkit memberdayakan. Perjuanganmu kini menjadi tugas kami. Bismillah, kami lanjutkan. 

Abdul Halim Said 

Ketua Yayasan Masjid Makmur Indonesia & Gerakan Memakmurkan Satu Juta Masjid di Indonesia (Gemasajid)