Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Tekan Potensi Stunting, BKKBN Bengkulu Intervensi 97 Ribu Keluarga

PedomanBengkulu.com, Bengkulu - Pekerjaan rumah besar Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu dalam penurunan stunting tahun ini (2024) yaitu mengintervensi keluarga-keluarga yang berisiko stunting alias gagal tumbuh kembang pada anak yang dapat disebabkan faktor kesehatan dan lingkungan yang tidak bersih.

Berdasarkan hasil pemutakhiran pendataan keluarga (PPK-2023) terdapat sebanyak 97.327 keluarga berisiko stunting di Provinsi Bengkulu dengan berbagai tingkat kesejahteraan. Terdapat di sejumlah daerah kabupaten dan kota, Kabupaten Bengkulu Selatan sebanyak 8.664 keluarga, Rejang Lebong 13.561 keluarga, Kabupaten Bengkulu Utara mencapai 13.780 keluarga dan Kabupaten Kaur sebanyak 6.907 keluarga. 

Sementara di Kabupaten Seluma 10.419, Kabupaten Mukomuko mencapai 9.151 keluarga, Kabupaten Lebong terdapat 7.651 keluarga, Kepahiang sebanyak 7.021, Kabupaten Bengkulu Tengah 5.590 keluarga dan Kota Bengkulu mencapai 14.583 keluarga berpotensi stunting.

Memperhatikan potret tersebut, BKKBN perlu meningkatkan kolaborasi lintas sektor dalam mengintervensi program percepatan penurunan stunting secara terkoordinir, terpadu, dan bersama-sama menyasar kelompok sasaran prioritas yaitu keluarga berisiko stunting yang didasari atas Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting.

"BKKBN bersama mitra kerja melalui peran intervensi sensitif dapat menekan potensi tumbuh kembangnya kasus tubuh kerdil pada anak. Intervensi sensitif merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penyebab tidak langsung stunting yang umumnya berada di luar persoalan kesehatan, tentunya dalam mengintervensinya perlu konvergensi lintas sektor," kata Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga dan Percepatan Pencegahan Stunting Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu Weldi Suisno, Selasa (13/2).

Dikatakan Weldi, intervensi keluarga berpotensi tubuh kerdil alias stunting, pihaknya bersama Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) memberikan bantuan makanan agar gizi terpenuhi bagi keluarga berisiko tinggi stunting. Pencegahan stunting menyasar berbagai penyebab langsung dan tidak langsung yang memerlukan kerjasama dan koordinasi lintas sektor di seluruh tingkatan pemerintah, swasta dan dunia usaha serta masyarakat.

Selain itu, intervensi sensitif melalui sosialisasi kesehatan cegah anemia bagi remaja, sosialisasi PUP yang menyasar remaja dalam pendewasaan usia perkawinan pertama pada remaja perempuan 21 tahun. Dan, mengatasi stunting pada anak yang paling efektif adalah sebelum usia anak 2 tahun atau masih dalam masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan  (HPK). Untuk itu, ibu hamil sudah harus menjaga asupan gizi sejak awal kehamilan," ujar Weldi.[AM]