Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Perkuat Pemolisian Masyarakat, Respon Kekerasan yang Meningkat


PedomanBengkulu.com, Bengkulu
 – Dalam sepekan terakhir Bengkulu dihebohkan dengan kasus kekerasan setelah adanya pelajar yang tewas dalam tawuran antar siswa serta ditusuknya salah seorang pemilik toko secara membabi buta.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Riri Damayanti John Latief menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini.

“Melihat berbagai kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini, menurut saya kebijakan pemolisian masyarakat yang pernah dikeluarkan Presiden Jokowi menjadi relavan,” kata Hj Riri Damayanti John Latief kepada pers, Rabu (13/10/2021).

Wakil Bendahara III Ikatan Keluarga Seluma, Manna, Kaur (SEMAKU) ini menekankan, masyarakat mesti diajak menjadi mitra polisi agar mampu mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) di lingkungannya masing-masing serta menemukan pemecahan masalahnya.

“Upaya pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan jangan hanya yang mengarah pada terorisme, tapi ke semua kekerasan yang bisa menghilangkan nyawa manusia. Jangan sampai masyarakat bersikap pasif ketika kekerasan terjadi di sekitar mereka. Harus ada edukasi yang baik mengenai apa yang mesti dilakukan ketika melihat terjadinya kekerasan di depan mata mereka,” tegas Hj Riri Damayanti John Latief.

Alumni Psikologi Universitas Indonesia ini juga menekankan pentingnya mengikis bahaya penyakit mental berupa toxic masculinity atau perilaku sempit terkait peran gender dan sifat laki-laki.

“Di sekolah-sekolah bahaya toxic masculinity ini harus banyak dijelaskan agar generasi belia paham bahwa menjadi laki-laki itu tidak identik dengan kekerasan dan agresifitas. Toxic masculinity ini adalah racun yang bisa membuat seorang lelaki penyabar menjadi monster yang menakutkan,” ungkap Hj Riri Damayanti John Latief.

Alumni Magister Manajemen Universitas Bengkulu ini meyakini bahwa dunia pendidikan sangat memungkinkan untuk membudayakan pemecahan konflik yang dapat mencegah perilaku kekerasan, bukannya justru memproduksi para pelaku kekerasan.

“Dan aneh sekali kalau kekerasan itu justru pelakunya adalah para pelajar. Saya minta pihak terkait melakukan evaluasi menyeluruh mulai dari proses belajar mengajar, mental pelajar, sampai kurikulum di sekolah,” demikian Hj Riri Damayanti John Latief. [Muhammad Qolbi]