Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Jejak Dakwah dan Tradisi para Ulama dan Tokoh Islam di Benkoelen


 Oleh: Olly Bengkoelen

Rekam jejak para Ulama dan Tokoh di Bengkulu _(Bencoolen,Benkolen)_ telah dimulai sejak abad ke 14, corak penyebaran Agama Islam dan pendalaman ajarannya menggunakan beragam cara dan tradisi yang mewarnai kiat dakwah sesuai kekhasan masing-masing para Ulama dan Tokoh pada masa tersebut sehingga memiliki daya sugesti yang kental sesuai dengan ranah dan tren masyarakat Bengkulu pada masa itu.


Ulama atau tokoh agama Islam mulai dari abad 14 sampai abad 20 yang menyebarkan Agama Islam melalu berbagai corak dan kekhasannya di Bengkulu, yaitu :


1. Imam Maulana Ichsad (tahun 1336) Beliau ulama keturunan Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib. Datang di Bandar Sungai Serut Bengkulu pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1336 M/18 Jumadil Awwal 736 H. Ia sebagai pelopor pelaksana upacara *_Tabut di Bengkulu_*.


Beliau berdakwah di Bengkulu walaupun akhirnya ia kembali ke Makkah Arab Saudi.


2. Syekh Abdurrahman/Ampar Batu (w. 1336 M)* Merupakan salah satu ulama yang ikut rombongan dari Imam Maulana Ichsad dan berdakwah di Bengkulu. Wafat hari Kamis tanggal 12 April 1336 M/ 21 Sya’ban 736 H yang makamnya terdapat di _Karbela Bengkulu_.


3. Syahbedan/Syahbudin Abdullah (Sabedan)* Tokoh agama yang melakukan dakwah di Bengkulu dan pelanjut _tradisi tabut_ dari _Maulana Ichsad, Bakar dan Imam Sobari._ Dimakamkan di Karbela Kota Bengkulu.


4. Syekh Burhanudin Imam Senggolo

Sebagai tokoh agama yang berikutnya mempertahankan dan melanjutkan tradisi Tabut di Bengkulu, hingga masa sekarang perayaan tradisi Tabut tetap berlangsung dan terus dilestarikan kepada para keturunan, anak cucu beliau. Dimakamkan di Karbela Kota Bengkulu.


5. Syech Mutla

Beliau berdakwah di Mukomuko.

Makamnya berada di Desa Sungai Gading Kec Selagan Raya Kab Muko-Muko.

Makam tersebut ditandai dengan dua nisan batu berbentuk silindris dan jirat makam dari susunan batu andesit tanpa spesi. Makam ini sudah diberi cungkup sehingga dapat menimalisir pengaruh perubahan cuaca.


Nisan bagian utara dengan tinggi 34 cm dan bagian selatan dengan ketinggian 27 cm. Dibagian dalam kedua nisan tersebut diletakan kerang. Jarak antar nisan 6 meter.


6. Tengku Malim Muhidin (1417)

Seorang da’i dari Aceh yang datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu.

Beliau berhasil mendalamkan Islam kepada Ratu Agung, penguasa Kerajaan Sungai Serut saat itu.


7. Imam Padang

Imam Padang berdakwah di Mukomuko. Makamnya berjarak 200 meter dari Sungai Selagan. Ukuran jirat yaitu panjang 490cm, lebar 200 cm dan tebal 39 cm. Kedua nisan terbuat dari monolit dengan orientasi utara-selatan.


8. Syech Muhammad Alim

Beliau berdakwah di Bengkulu Tengah. Makamnya berada di kompleks raja-raja Sungai Lemau. Lokasinya dekat dengan Balai Buntar, berjarak 75 meter. Dahulunya kompleks pemakaman ini nisan-nisannya terbuat dari batu-batu karang, yang disebut “ _Batu Aceh_ ”. Terdapat juga _makam Raja Aria, makam Baginda Maharaja Sakti, makam Putri Gading Cempaka, makam Pangeran Maksah, makam Haris Fadilla,_ dan makam-makam lainnya.


9. Syech Abdur Rahman

Dakwahnya di Bengkulu Utara dan makamnya disebut juga dengan nama Keramat Pantai dekat dengan Muara Sungai Hitam.

Beliau berdakwah di Bengkulu.


10. Syekh Muhammad Amin

Syech Muhammad Amin berasal dari pulau Nias Sumatra Utara. Ia berdakwah dari Padang, Palembang, Kota Bengkulu hingga di Manna. Beliau memiliki tujuh orang istri dan mendirikan _Masjid al-Manar Manna_. Wafatnya tahun 1920 di makamkan di Kel Pasar Bawah Kec Pasar Manna.


11. Haji Fikir Daud


Beliau ketua _gerakan Muhammadiyah di Bintuhan_. Rumahnya masih ada sampai sekarang di Jl. K.H. Fikir Daud Kel Bandar Kec. Kaur Selatan. Ia mendirikan sebuah surau yang sekarang _Masjid Tua Bandar tahun 1920- an_.

Ia lahir pada tahun 1900 dan wafat pada tahun 1982 adalah alumni pendidikan agama islam di Thawalib Parabek Sumatra Barat.


12. Sentot Alibasyah


Pada tanggal 24 Oktober 1829, saat upacara militer di keraton, Pangeran Sentot Alibasya ditangkap oleh kolonial Belanda.

Kemudian dibawa ke Sumatera Barat dan dipaksa melawan pasukan Paderi yang saat itu dipimpin oleh Imam Bonjol.


Saat menjadi tawanan, dengan kecerdasannya ia berhasil menghubungi salah satu anak buah Imam Bonjol untuk bergabung dengan pasukan Paderi. Pangeran Sentot Alibasyah dan pasukan Paderi mengadakan kerjasama untuk mengusir pasukan kolonial Belanda dari pulau Sumatera. Namun siasat ini diketahui oleh Belanda. Akhirnya Pangeran Sentot Alibasya dibawa kembali ke Batavia untuk diadili.


Pimpinan kolonial Belanda memutuskan untuk membuangnya sebagai tawanan pengasingan di Bengkulu pada tahun 1833. Akhirnya Panglima muda kebanggaan Diponogoro ini meninggal di pengasingan pada tahun 1855.


Di makamkan di kelurahan Bajak Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu.

Beliau mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat.


13. Said Ibrahim (1719)


Pengikut Said Ibrahim terlibat dalam melawan pemerintah Inggris pada malam tanggal 23 Maret 1719 bersama pasukan suku Lembak di bawah pimpinan putra Pangeran Nata Diraja dengan menyerang benteng Fort Marlborough.


14. Ulama Sidi (1835)


Tokoh agama yang menjadi penggerak peristiwa Tabat Mono tahun 1835 dalam melawan kolonial Belanda di Bengkulu. Tabat mono sekarang dikenal dengan nama _Tebat Monok_ adalah nama dusun di Bengkulu.


15. Haji Merdayan (1873)

Tokoh agama yang menjadi penggerak peristiwa Tanjung Terdana tahun 1873 dalam melawan kolonial Belanda di Bengkulu. Tanjung Terdana adalah salah satu dusun dibawah _Afdeling Sungai Itam._


16. Haji Meradoen (1873)

Haji Meradoen bersama _Ketip Payung_ adalah tokoh agama yang menjadi penggerak peristiwa Bintunan tahun 1873 dalam melawan kolonial Belanda di Bengkulu. _Bintunan salah satu distrik di bawah Afdeling Lais masa Belanda_.


17. Abdul Syukur (1527)

Beliau kerabat Asuanda/Kasunda berasal dari Dusun Taba Pingin Palembang dan berdakwah di wilayah Sungai Hitam hingga ke Lembak Delapan.


18. Said Hadi al-Jafri

Beliau berdakwah di Desa Sukaraja Kaur sekitar tahun 1930 dan meninggal tahun 1972. Dimakamkan di samping masjid Nurul Ikhsan Sukaraja.


19. Kyai Haji Abdul Hamid Merogan

Beliau berasal dari Palembang yang menyebarkan Islam di Rejang Lebong dan hidup antara tahun 1825-1890.32


20. Haji Abdurrahman Delamat

Beliau berasal dari Muara Ogan yang meneruskan dakwah _Haji Abdul Hamid Merogan di Rejang Lebong_. Tempat dakwah beliau di Kepala Curup, Tebat Monok, Kesambe, Daspetah, Keban Agung dan Ujan Mas.


21. KH. Husein

Beliau Murid _Syekh Muhammad Amin_ dan meneruskan dakwah di Marga Saung dengan mendirikan masjid, berdakwah, mengajar ngaji, membaca _kitab al-barzanji_ dll. Berdakwah dari tahun 1937-1951 di Muara Sahung.


22. KH. Yusuf Azis


Beliau ulama dari medan dan penggagas berdirinya Ponpes Darussalam Kota Bengkulu tahun 1975. Wakaf tanah untuk ponpes diberikan oleh sahabatnya _KH Abu Bakar._


23. Syeikh Radhi Dikenal

dengan nama _Syeikh Embacang Batu_ yang mendirikan “langgar tarbiyah” di Bintuhan yang berfungsi sebagai tempat olah ruksyah bersama-sama muridnya, termasuk diantaranya Pangeran Sebrani Puyang Kaur.


24. Sayid Ahmad

Sayid Ahmad berasal dari Hadramaut Yaman berdakwah di Kaur tahun 1816-1821.


25. Haji Wahid

Beliau berdakwah di Bengkulu bersama _Haji Ali, Haji Yanjang, Haji Isa_.


26. Syech Serunting


Kesenian Sarafal Anam_ kebudayaan yang bernuansa Islam dan pertama kali diperkenalkan oleh penyebar Islam bernama Syech Serunting biasa dipanggil masyarakat Lembak sekitar abad ke-17.

Kesenian Sarafal Anam masuk beriringan dengan masuknya Islam ke Bengkulu.


27. Habib Alwi

Beliau anak dari Sayid Ahmad pernikahannya dengan Aliyah yang melanjutkan proses islamisasi ayahnya di Kaur.


28. Syech Ali

Berasal dari Hadramaut Arab yang berdakwah di Kaur dan mempelopori pembangunan masjid Asy-Syakirin Bintuhan tahun 1925-1928.


29. Haji Mohamad

Berdakwah di Bengkulu dan menjadi Pimpinan Syarikat Islam di Bengkulu tahun 1915.


30. Haji Muhammad Yunus

Haji Muhammad Yunus dari _Pasar Melintang_ sebagai salah satu anggota komisi pengawasan penasehat hukum Islam yang disebut _“hoofd penghulu landraad”_ di Bengkulu masa Belanda tahun 1914.


31. KH. Abd Rauf

Anggota majelis Islam daerah Bengkulu masa kependudukan Jepang yang berasal dari Bengkulu Selatan.


32. KH. Ismail

Anggota majelis Islam daerah Bengkulu masa kependudukan Jepang yang berasal dari Curup.


33. Syech Abdullah Kyai

Situs Makam Syech Abdullah Kyai, terletak di Desa Lubuk Bangko, Kecamatan Selagan Raya. Keadaan makam telah dipugar, identifikasi dari nisan makam yang merupakan batu monolit.


34. Prof. Ibrahim Hosen

Beliau dilahirkan di Tanjung Agung Bengkulu tahun 1920 dari keluarga Haji Mohd Hosen. Pendidikannya dimulai dari madrasah Jamiatul Chair Jakarta dan tahun 1936 mengajar di Jamiatul Chair Bengkulu. Pendidikannya dilanjut kan di al-Azhar Kairo Mesir tahun 1956.


Setelah menyelesaikan pendidikan ia menjadi pegawai di Depag dan nantinya di angkat menjadi kepala kantor agama daerah Bengkulu lalu pindah tugas ke Palembang dan ke Jakarta.

Beliau juga salah satu penggagas berdirinya cabang fakultas IAIN Raden Fatah di Bengkulu dan bersama Yusuf Abdul Azis mendirikan Ponpes Darusalam di Kota Bengkulu.


35. KH. Abdul Muthalib


Beliau dilahirkan di Dusun Kerkap Bengkulu Utara tanggal 31 Agustus 1908. Menamatkan sekolah kelas II (Vorvolgschool) pada tahun 1921 dan setahun kemudian berangkat menunaikan ibadah haji. Tahun 1931 ia berangkat ke candung bukit tinggi melanjutkan pendidikannya di madrasah tarbiyah islamiyah di bawah pimpinan _Syekh Sulaiman al-Rasuli._ Setelah pulang ia mendirikan madrasah tarbiyah di Kerkap dan Aur Gading.


Masa kependudukan Jepang sebagai anggota chuo sangi kai dan majelis Islam Bengkulu. Masa revolusi fisik ikut perang gerilya. Selanjutnya ia di angkat menjadi kepala kantor urusan agama, anggota DPRD, anggota DPD dan menjadi Ketua Pengadilan Mahkamah Syariah Bengkulu.


36. *Buya Syekh Zainal Arifin*

Beliu berasal dari Ketahun Bengkulu Utara yang mendirikan rumah suluk di Bengkenang pada tahun 1994, di Desa Suka Datar Curup dan di Bajak Kota Bengkulu. Ia meninggal pada tahun 2003.


37. KH. Nawawi

Beliau belajar di Madrasah Darul Ulum al-Diniyyah Mekkah selama enam tahun (1939-1942), madrasah yang sangat dipengaruhi oleh tradisi mahzab syafi’i.

Beliau menjadi perintis madrasah tsanawiyah nurul huda yang menjadi cikal bakal MTsN 1 Kota Bengkulu dan menjadi kepala sekolah periode 1960-1967 dan 1968-1974.


Beliau juga memimpin pesantren Pancasila Bengkulu dari tahun 1975-1984.

Selain itu beliau sering mengisi ceramah dan membina masjid-masjid di Kota Bengkulu.


38. KH. Djalal Suyuthie


Beliau sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah Bengkulu mendapatkan pendidikan agama dari ayahnya yang pernah belajar di Mekkah dan di sekolah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya menjadi kepala sekolah PGA Mualimin Bengkulu tahun 1972-1975. Juga mengajar di STKIP Muhammadiyah dan Fakultas Syari’ah Yaswa Bengkulu.


39. KH. Djam’an Nur* Lokus keilmuan beliau beragam yakni pesantren, perguruan tinggi, masjid dan surau sufi. Pendidikan formalnya di MMT Candung, SP PTAIN dan PTAIN Yogyakarta. Dalam pengembangan islam terlibat dalam pendirian Fakultas Ushuluddin Curup, Fakultas Syariah, Tarbiyah Bengkulu dan MTS Kota Donok. Karirnya dimulai dari pembantu Dekan Fak Ushuluddin Curup, Dekan Fak Syariah Bengkulu dan Direktur Pesantren Depag tahun 1989-2006.

Selain itu ia aktif di organisasi NU.


40. KH. Badrul Munir Hamidy

Pendidikannya di mulai di PGA Palembang 1963. Menjadi dekan Fakultas Tarbiyah dan Ketua STAIN Bengkulu 1997-2002. Ia juga mendirikan Ponpes Roudotul Ulum di Seluma dan aktif di Nahdlatul Ulama.