Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Pengorbanan Chut Ayu Okpariani, Dirikan Taman Baca Secara Mandiri

BERBUAT mulai dari diri sendiri, dari hal kecil yang penting bermanfaat dan memberi manfaat. Begitulah yang dilakukan Chut Ayu Okpariani.

Rasa suka terhadap membaca, mengoleksi buku, dengan menabung dari uang jajan yang tak seberapa pun berubah wujud menjadi buku. Buku-buku yang tersusun rapi di lemari sederhana.

Ratusan buku yang ada di rak sudah dia baca semua. Dan keinginan menularkan virus hobi membaca teramat kuat. Apa lagi di sekitar rumahnya banyak anak-anak yang berkumpul.

Maka dengan tekad yang kuat. Sebuah ruangan di samping rumahnya ia sulap menjadi taman bacaan. Seluruh koleksi buku yang ada ditata. Anak-anak sekitar ia undang untuk datang, membaca. Ya membaca buku. Bebas, siapapun boleh datang, membaca di lokasi ataupun meminjam buku-buku yang ada.

Di sebuah pemukiman, yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Karena memang daerah itu adalah daerah pesisir. Tak jauh dari Pelabuhan Samudera Pulau Baai. Tak begitu jauh dari lokasi Tempat Pelelangan Ikan.

Di sebuah gang, Desa Sumber Jaya, Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu. Open Book Library Bengkulu (OBLB) atau Taman Bacaan Masyarakat berdiri. Dengan mandiri.

Setelah mendapat pembianaan dari Elvi Ansori, seorang penggiat literasi di Bengkulu dan juga sebagai ketua Komunitas Ayo Menulis Bengkulu, TBM OBLB mengembangkan dan memperluas kegiatannya agar lebih terasa manfaatnya bagi masyarakat sekitar.

Karena anak-anak, remaja atau orang tua tak begitu mudahnya diajak membaca. Maka TBM OBLB menambah beberapa kegiatan. Seperti tempat Bimbingan Belajar, bimbingan tugas pekerjaan rumah (PR) bagi siswa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, sekaligus tempat pembinaan mengaji atau Taman Pendidikan Al-Quran kecil-kecilan.

Dan kebetulan sekali, kakak ipar pemilik TBM OBLB punya usaha pengumpul barang bekas. Maka dari barang bekas yang disortir dibuatlah berbagai macam kerajinan.

Kerajinan yang bernilai ekonomis. Karena hasil kerajinan itu cukup diminati masyarakat. Kegiatan kerajinan dari barang bekas atau limbah ini cukup di minati kaum ibu dan remaja di sekitar TBM OBLB. Maka semakin semaraklah kegiatan TBM OBLB. Selain menjadi tempat baca, TBM OBLB pun menjadi wadah pembinaan ekonomi kreatif.

Bahkan TBM OBLB menjadi rumah singgah. Anak-anak yang ditinggal ayahnya melaut untuk beberapa hari, sedangkan di rumah taka da siapa-siapa, karena sang ayah adalah orang tua tunggal, maka ada beberapa anak yang dititipkan di TBM OBLB.

Ada juga yang ditinggal ibunya kerja seharian sedangkan mereka tak punya ayah. Maka anak-anak itu menjadi binaan TBM OBLB dan tinggal di rumah sang pemilik TBM OBLB. Sudah pasti anak-anak itu menjadi tanggungjawab TBM, dan diberi pembinaan serta keterampilan. Yang pasti akan tertular virus membaca.

Selain membaca remaja atau anak-anak sekitar lingkungan OBLB dibina dalam keterampilan menulis oleh ketua Komunitas Ayo Menulis Bengkulu, Elvi Ansori.

Dalam hal ini, sinergi antar komunitas sangat diperlukan dalam menunjang kegiatan. Agar aktivitas rumah baca tak monoton. Dan timbulah suasana yang menyenangkan dan memberi manfaat.

Namun jumlah buku yang minim menjadi kendala. Buku-buku itu awalnya adalah koleksi pribadi yang dibeli dengan uang jajan. Bahkan sampai sekarang sang Pemilik OBLB ikut arisan buku dari Mizan. Itu semua karena kecintaannya pada buku.

Bahkan gajinya, hasil kerja di sebuah dealer kendaraan roda dua, empat puluh persennya habis untuk buku. Dengan Bantuan pembinanya, Elvi Ansori, OBLB akhirnya mendapat tambahan buku dari berbagai pihak seperti dari Kampung Literasi Rangkas Bitung yang dikelola oleh DC. Aryadi dan teman-teman.

Dari hal yang sederhana. Dari niat hanya untuk menularkan virus membaca pada anak-anak disekitar lingkungan perumahan. Mencoba untuk lebih berguna bagi masyarakat, membina dengan kemampuan dan keahlian yang ada. TBM OBLB tak akan surut dengan semua kendala. [**]