Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Sepucuk Rindu

Sepenggal episode lama bernostalgia sempurna
Merobek hening dalam kesendirin yang terjaga
Kertas kusam, mulai terbaca dengan tetes pilu
Yang mengantarkan semua masa kepada sang pemilik jiwa
Mengingatkan, perjalanan ini bukan sekedar cerita
Lebih. Ini sebuah hasil dari luka yang tak terlupa

Dalam alunan ritme langkah benak mulai melepas rasa
Detik-detik membuka semua dengan pasti
Lewat raga kokoh penuh gores semua berkisah
Lewat tegas sikap dan teguh pendirian semua berkata
Ada sosok yang selalu percaya dan berkata bisa
Ada sosok yang dalam kerasnya dia berikan berjuta cinta
Dia senantiasa tertatih luka, bahkan derita hina pun ikut melangkah
Selalu menemani dan menjadi teman abadi dalam hidupnya

Andai bisa berlari dan mengejar bayangnya
Rapuh tak akan menunggu. Bila saja bisa memahami
Dalam kekawatirannya selalu terjaga dalam doa
Dalam ketegasannya selalu menyelimbuti penuh cinta
Tak banyak kata, selalu tindakan nyata yang menjelma
Bahkan terkadang selalu ada air mata yang bersuara karenanya
Air mata insan fana yang polos tak berdaya
Gadis kecil manja yang hanya tahu bahagia

Kembali, kembalilah waktu yang memudar
Pinta ini mungkin terlalu hina terucap
Namun kepada siapa lagi semua rasa berlabuh
Raga retak ini tak lagi punya empat menepi
Hanya bergulat dengan menit hingga jam berganti
Sampai masa mempertemukan kepada yang diharap
Rinduku abadi dalam cintaku yang baru tersadar
Ayah, ternyata dirimulah segalanya

Iman Darmatama. Bengkulu, 5 Agustus 2017

Karya puisi ini dibuat dalam tugas kelas Sekolah Junalistik Kerakyatan yang diselenggarakan oleh Pedoman Bengkulu bersama Komunitas Ayo Menulis Bengkulu dan Rafflesia Motion

Foto Istimewa/N Firmansyah