“Pengajian ini adalah bagian dari program 8 Tekad Bengkuluku Bengkulu Religius,” ujar Sekretaris Kota Bengkulu Marjon dalam sambutannya.
Dihadapan peserta pengajian yang dihadiri para pejabat kota, anggota MUI, dan Kepala Sekolah, Sekda menyampaikan bahwa usaha Pemerintah Kota Bengkulu untuk menggalakan Bengkulu Religius kerap menemui kendala di masyarakat.
Pemerintah pun terus mendorong inovasi adanya kegiatan keagamaan hingga kelompok-kelompok terkecil di tingkat kecamatan, bahkan kelurahan.
“Kita terus membangun suasana religius ini agar mendapatkan keberkahan dari Allah subhanahu wa
ta’alla,” bebernya.
Membuka tausyiahnya, ustadz Yahya mengingatkan kembali hakikat hadirnya manusia di dunia. Diciptakan dengan berbagai macam suku, agama dan ras.
Diberi kehidupan di dunia yang akan bermuara pada kematian. Selama di dunia diberikan kenikmatan dan kesulitan berbagai problem. Semua itu bentuk ujian dari Sang Maha Pencipta.
“Segala bentuk ujian itu untuk mengguggah kesadaran diri terhadap Tuhanmu terhadap penciptamu,” paparnya.
Selama ini mayoritas umat muslim terlena dengan “jaminan” dari Allah bahwa orang-orang yang
beriman (Islam) ditempatkan di surga.
“Lalu dimana pertanggungjawaban sisa umur yang dipergunakan selama hidup apa yang akan dijawab dihadapan Allah dipintu akhirat nanti?” tanyanya.
Masih banyak kaum muslimin yang memahami Islam hanya sebatas teori. Sedangkan yang dituntut dalam Islam adalah totalitas penyerahan diri kepada Allah Azzawajalla.
“Hal inilah yang menuntut kita sebagi umat Islam untuk melaksanakan perintah agama secara penuh kesadaran,” tuturnya.
Ustadz yang sebelumnya sempat memeluk agama nasrani ini mengingatkan bahwa amalan utama dalam Islam adalah sholat. Sholat mempunayi nilai dedikasi, tanggung jawab dan disiplin.
“Semua makhluk ini didalam genggaman Allah dan tidak ada satupun makhluk yang bisa bersembunyi dalam pengawasan Allah,” pungkasnya. [Media Centre Kominfo Kota Bengkulu]