MANTAN gitaris band metal Betrayer, Derry Sulaiman, memenuhi waktunya di Bengkulu dengan berdakwah. Dalam berdakwah, pria yang khas dengan gamis dan sorbannya ini memiliki prinsip yang tergolong unik.
"Maksiat itu nikmat. Tapi lebih nikmat lagi taat," kata Derry Sulaiman di sela-sela peluncuran album 'Suara Langit' yang diciptakan oleh Walikota Bengkulu, Helmi Hasan, belum lama ini.
Ungkapan Derry itu menunjukkan metode dakwah yang ia miliki. Ia tidak serta merta menghakimi para pelaku maksiat dengan mengatakan bahwa maksiat itu tidak nikmat. Sebab, menurut dia, maksiat itu memang nikmat.
Namun Derry selalu memberikan pencerahan kepada para pelaku maksiat bahwa ketaatan kepada Allah jauh lebih nikmat ketimbang maksiat. Sebagaimana yang juga terdapat dalam lagunya "Taat Itu Nikmat", disebutkan, maksiat itu nikmat, tapi apabila dibandingkan dengan nikmatnya taat, maka nikmat maksiat bagaikan satu tetes air berbanding dengan samudra yang luas.
Derry menjelaskan, sebagaimana kebahagiaan ikan dalam air, kebahagiaan manusia terletak dalam ketaatan. Dengan lagu-lagunya ia ingin setiap orang bisa dapat memahami bahwa begitu banyak kenikmatan dalam shalat, bershalawat, berdzikir dan semua aktifitas ibadah dalam Islam.
Ia ingin setiap orang mampu merasakan sendiri bahwa shalat dengan penuh penghayatan itu menyehatkan jiwa dan raga manusia, hingga ke sanubari. Berdzikir itu mampu membuat manusia selalu tetap tenang dalam menjalani hidup. Dan sebagainya.
Derry pun ketika memutuskan banting setir dari pelaku maksiat menjadi pria yang taat bukan karena kritik, menyalah-nyalahkan atau mengganggu kesenangan orang lain.
Kisahnya begini. Sekira tahun 2000, Derry yang masih metal datang ke masjid. Dia tanya dengan pengurus masjid apakah boleh anak metal ke masjid? Waktu itu dia mendapatkan jawaban yang mengejutkan. Anak metal ke masjid itu, ya hebat. Yang aneh itu tidak metal, tapi tidak ke masjid.
Derry senang mendengar jawaban tersebut. Karena metode dakwah seperti itu dia pikir menyejukkan. Tidak mengganggu kesenangannya waktu itu. Akhirnya dia memutuskan untuk taat secara penuh.
"Tidak ada satu orang manusia pun yang akan mau meninggalkan manisnya maksiat, sebelum mereka merasakan manisnya taat," tegas Deri Guswan Pramona, nama aslinya.
Metode lain yang digunakan Derry dalam dakwahnya adalah penggunaan kata-kata perbandingan dalam hidup dan betapa semua itu hanya sementara hingga kelak manusia mati dan kembali kepada Allah.
Sedih, bahagia, sakit, sehat, miskin, kaya, dunia, semua sementara. Hanya akhirat yang berlaku selama-lamanya. Demikian juga orang kaya, orang miskin, raja-raja, rakyat biasa, pasti mati. Semua pada akhirnya akan pergi kehadapan ilahi.
Dari situ Derry mengajak, senikmat apapun maksiat, sekuat apapun manusia memuaskan berahinya, sekaya apapun manusia dalam hidupnya, semua hanya sementara, semua akan sirna sekejap saja. Karenanya dengan ketaatan, ia mengajak setiap orang untuk tidak menghabiskan waktunya di dunia dengan sia-sia. [AR]