Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Ibadah Haji Menegaskan Kesetaraan Umat Manusia

[caption id="attachment_34581" align="alignleft" width="300"]ilustrasi-ihram Ilustrasi[/caption]

BENGKULU, PB - Sistem ekonomi politik neokapitalisme, neoliberalisme maupun neoimprealisme telah membuat umat manusia terkotak-kotak dan terbelah antara si kaya dan si miskin, antara negara maju dan negara berkembang. Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang menegaskan bahwasanya umat manusia itu pada hakikatnya setara.

Dikatakan ustadz Syaiful Muchlis, kesetaraan umat manusia itu bisa dilihat dari pelaksanaan ihram dalam ibadah haji. Menurut dia, siapapun yang ikut melaksanakan ihram, apakah dia seorang presiden, rakyat biasa, bangsawan, rakyat jelata, berkulit hitam, berkulit putih, semua wajib menggunakan pakaian yang sama, warna yang sama dan cara memakainya pun sama, tidak ada pernak-pernik apapun, putih dan polos.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal," katanya mengutip Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 13 ketika berkhutbah di Masjid Al-Furqan Kelurahan Penurunan, Jum'at (16/9/2016).

Ia menjelaskan, pelaksanaan ihram telah mengajarkan kepada umat manusia untuk menyingkirkan keserakahan, egoisme, kesombongan dan ketamakan dalam diri masing-masing. Menurut dia, pakaian ihram mengandung makna agar manusia dapat melepaskan dirinya dari belenggu simbol-simbol material dan atribut-atribut sosial.

"Ketika dilaksanakan, dia merupakan bentuk deklarasi pembebasan manusia dari simbol-simbol kepalsuan dan kebohongan. Bahwa Allah tidak memandang manusia dari apa pangkat atau jabatannya, dari seberapa banyak harta dan gelar yang disandangnya, melainkan dari kadar ketakwaan mereka kepada Allah. Manusia diminta untuk senantiasa bersikap wajar, tidak mencintai dunia secara berlebihan," ujarnya.

Untuk mencapai derajat takwa tersebut, lanjutnya, ia menganjurkan kepada jamaah yang hadir untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, mengkaji ayat-ayat Allah, melaksanakan perintah-perintah Allah dan tak pernah lupa untuk bersedekah, menyisahkan sebagian harta yang dimiliki untuk tegaknya ketentuan-ketentuan Allah di dunia.

"Orang dengan derajat takwa yang tinggi akan senantiasa bergetar hatinya ketika disebutkan nama Allah. Getaran itu bisa diumpamakan dengan seorang laki-laki bodoh yang mencintai perempuan secara berlebihan, selalu menjaga perempuan itu, senantiasa memenuhi keinginannya dan menjaganya dengan segenap jiwa. Ketika nama perempuan itu disebut, hatinya bergemuruh. Padahal perempuan itu hanya makhluk dunia yang fana," tukasnya.

Ibadah haji, tambahnya, juga bermakna agar manusia senantiasa teguh dan konsisten untuk meraih kesuksesan hidup, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat. Ia mengisahkan tentang bagaimana perjuangan seorang ibu dalam menyelamatkan anaknya dari kehausan puluhan abad silam dengan berkeliling antara Bukit Shafa dan Marwah, tanpa mengenal lelah, tanpa berputus asa.

"Jangan pernah berputus asa terhadap rahmat Allah. Yakin bahwa Allah tidak akan pernah menguji manusia di luar kemampuan manusia itu untuk mengatasinya. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya. Karenanya bila kita ditimpa musibah atau cobaan, itu artinya Allah ingin menguji kita agar kita semakin dekat kepada-Nya, dan tetap taat dalam keadaan sabar dan shalat," pungkasnya seraya menutup khutbah dengan do'a. [RN]