Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Netizen Minta Menteri Muhadjir Belajar Lagi ke Finlandia

finlandia-excelencia-educacion-retos-mejora--644x362JAKARTA, PB - Meski Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy telah mengatakan bakal membatalkan rencana perpanjangan jam sekolah dasar dan menengah, namun wacana Sekolah Sehari Penuh atau Full Day School terlanjur bergulir dan membuat publik geram.

Muhadjir mengaku kaget, reaksi masyarakat begitu besar dan panas, ‎sehingga timbul penolakan. Baca juga: Mendikbud: Full Day School Bukan Berarti Belajar Penuh di Sekolah

"Saya baru lontarkan ide saja, bagaimana bila siswa pulangnya jam 5 sore agar dia bisa mendapatkan pendidikan karakter lewat kegiatan-kegiatan yang menyenangkan sesuai program Nawacita. Saya lempar ide itu ke masyarakat untuk melihat reaksi publik. Eh, ternyata saya di bully habis-habisan," kata Menteri Muhadjir dalam konpres di Jakarta, baru-baru ini.

Rencana untuk menjadikan sekolah sebagai rumah kedua, ketimbang mall dan swalayan dinilai banyak pihak sebagai penilaian yang keliru. Pasalnya, kebijakan tersebut justru merampas anak dari lingkungan sosial dan keluarganya seperti press release Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI): Ini Sikap KPAI Tanggapi ‘Full Day School’.

Secara terpisah, KPAI menilai kebijakan itu hanya akan memperparah sistem pendidikan nasional yang kurang ramah terhadap anak. Ketua Komnas PAI Seto Mulyadi mengatakan hal tersebut sama artinya dengan merampas waktu anak bersama keluarga.

“Pendidikan itu bukan berarti persekolahan. Di kita kan sudah ada home schooling. Bahkan dalam undang-undang sistem pendidikan kita sudah ada pendidikan nonformal dan informal. Nah pendidikan ini juga harus diberdayakan,” terangnya.

Pria yang akrab disapa Kak Seto itu menjelaskan, dunia pendidikan tidak lagi memperhatikan kebutuhan psikologi anak. “Saya sangat menentang jika rencana mendikbud merapkan program full day school. Kalau ini wajib, saya sangat tidak setuju,” jelasnya.

Selain itu, kebijakan sang menteri dikritik karena ingin menghapus program pendidikan gratis dengan memberikan biaya tambahan kepada setiap murid. Usulan sang menteri tersebut kontan mendapat banyak cibiran dan kritikan dari netizen, pasalnya kebijakan tersebut dinilai betolak belakang dengan realitas pendidikan terbaik di negera maju, salah satinya Finlandia.

"Diluar negri yang namanya anak bangsa yang difasilitasi negara , sekolahnya gratis orang tua dapat tunjangan hari tua. Lah negara kita ja anak-anak ngak diurus bah sekolah. Raport saja disita karena nunggak SPP. Kalau ada anak sekolah sambil jualan bangga bukanya kasian," tulis Zennie An Zyah.

Salahsatu netizen juga berkomentar sinis, Rose Abay, "Ini contoh yang baik.. di Indonesia sudah belajar di sekolah, sampe rumah ngerjain PR masih pula di tambah les ini dan itu... gimana kalau ditambah full day school... mau jadi apa anak didiknya pak?".

Menteri pun diminta belaja ke Finlandia. Woods Candy. "Di Finlandia, siswa siswi diajarin menjadi manusia dewasa yang menghargai kehidupan.. Di Indonesia siswa-siswi diajarin jadi kutu buku yang menghasilkan banyak anak-anak tawuran (karena stress-red)," tulisnya.

Pendidikan Finlandia menjadi salah satu parameter sistem pendidikan terbaik di dunia menurut World Economy Forum. Pada tahun 2000, negara ini bahkan berhasil mencapai tingkat literacy (kemampuan baca) hingga 100 persen, yang artinya tidak ada satupun warganya yang buta huruf. Negara ini juga memakai sistem pendidikan yang sama sejak tahun 1970. Apa yang membuat pendidikan di negara mereka sangat maju? Ini rahasianya!

  1. Anak-Anak Tidak Boleh Sekolah Sebelum Berumur 7 Tahun. Di negara ini, tidak akan ada yang menerima murid jika umur murid tersebut belum genap 7 tahun. Semua anak yang berumur di bawah 7 tahun hanya diperbolehkan bermain, tanpa beban untuk sekolah. Hal ini diterapkan karena menurut pemerintah Finlandia, otak anak justru akan rusak jika diberikan pelajaran seperti membaca atau menghitung sebelum usia mereka cukup. Di umur-umur tersebut anak-anak sebaiknya dibiarkan lebih banyak bermain dan mengeksplorasi dunianya.

  2. Setiap Kelas Hanya Boleh Diisi 16 Anak. Di Finlandia, tidak akan pernah menemukan kelas yang penuh sesak dengan murid. Di negara ini, setiap kelas dibatasi hanya untuk 16 murid saja. Ini membuat para murid memiliki ruang gerak yang lebih luas, sehingga mereka memiliki ruang untuk bereksperimen dan membuat alat-alat praktek dari apa yang telah mereka pelajari di kelas. Namun, ruang kelas bukanlah satu-satunya tempat belajar. Di negara ini, kebanyakan kegiatan belajar-mengajar dilakukan di luar ruangan agar suasana tidak membosankan bagi para murid.

  3. Pendidikan 100% Dibiayai oleh Pemerintah. Finlandia adalah satu dari sedikit sekali negara yang memberikan pendidikan yang benar-benar gratis kepada rakyatnya. Seluruh jenjang pendidikan di negara ini tidak memungut bayaran apapun. Di sini, anda bisa mendapatkan pendidikan gratis mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, Sekolah Menengah Atas, hingga kuliah. Bahkan jika anda sudah lulus kuliah, sudah bekerja dan memiliki anak, jika anda ingin mempelajari sesuatu, anda akan diberi sekolah lanjutan gratis sesuai minat anda. Lebih keren lagi, seluruh sekolah di Finlandia menyediakan makanan gratis bagi para muridnya setiap hari.

  4. Tidak Ada Sistem “Pintar” dan “Bodoh”. Setelah anak usia 7 tahun masuk di sekolah di Finlandia, pihak sekolah tidak akan melakukan tes apapun. Tugas mereka hanyalah belajar, dan tidak ada label “pintar” atau “bodoh”. Semua anak akan diarahkan menurut minat dan bakatnya masing-masing tanpa adanya pemaksaan. Setelah enam tahun berada di sekolah, barulah diadakan tes resmi untuk mengukur kemampuan si anak. Tes tersebut hanya bertujuan mengukur kemampuan, bukan untuk memberi rangking 1 dan seterusnya. Sehingga, tidak ada anak yang merasa dirinya “gagal” karena mendapat nilai buruk di kelas. Semua yang mendapat hasil tes kurang baik, akan dibimbing lebih intens.

  5. Para Guru Diambil dari Kalangan Terbaik. Sarat menjadi guru di Finlandia cukuplah ketat. Mereka harus memiliki gelar master (S2) dan harus masuk dari jajaran 10 persen lulusan terbaik dari Universitasnya. Di negara ini menjadi guru adalah sebuah kehormatan. Menjadi guru di Finlandia adalah kebanggaan yang sama seperti menjadi dokter ataupun pengacara ternama. Guru-guru di sini juga dibayar dengan sangat baik oleh pemerintah dan tidak ada batasan maksimal bagi gaji guru. 


Lala Farah juga berkomentar, "harus dicontoh tuh negara ini oleh Indonesia. Bukannya anak malah ditambah bebannya. Kasian anak Indonesia masa kecilnya sudah stres dengan dijejali berbagai macam pelajaran... sementara pelajaran akhlak dan budi pekerti sangat kurang," tulisnya. (RPHS)