Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Ketika Kapolres Bengkulu Mengaji

Kapolres Kota BengkuluCeramahi Wartawan, Jelaskan Lima Bentuk Syirik Secara Al-Qur'an

PROGRAM Bengkuluku Religius memang baru dimulai sejak tahun 2013 yang lalu oleh Pemerintah Kota Bengkulu. Namun nuansa keagamaan terus menyebar di tengah-tengah warga masyarakatnya. Tidak hanya oleh Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan, api semangat keagamaan itu juga menyala di Markas Polres Bengkulu.

RUDI NURDIANSYAH, Kota Bengkulu

Sebelum mulai menjelaskan berbagai perkara hukum di wilayah tugasnya, Kapolres Bengkulu AKBP Ardian Indra Nurinta mempersilahkan kepada wartawan untuk mengambil minuman apa saja yang ada di ruang kerjanya. Waktu itu hari Jum'at (26/8/2016). Dengan nada datar, seluruh pertanyaan jurnalis ia jawab dengan sikap bersahabat. Tapi singkat-singkat. Sesekali dia melempar kelakar. Setelah itu, ia selalu meneruskan wawancara dengan kebiasaannya. Mengaji.

Saat mengaji, ia menggunakan gedget. Ia membuka petikan terjemahan ayat-ayat Al Qur'an pada aplikasi di telepon seluler miliknya yang menjelaskan tentang suatu perkara, lantas ia membedahnya dengan perspektif orisinil yang ia miliki. Kelugasannya dalam menjelaskan ayat-ayat suci Al Qur'an membuat perwira Bhayangkara itu jauh dari kesan awam terhadap kepolisian yang identik dengan senjata, borgol dan penjara.

"Sejatinya mengaji itu seperti kita ini. Bukan sekedar membaca teks arabnya saja. Meski dengan nada-nada indah. Tapi juga memahami arti dari tiap ayat-ayatnya dalam bahasa Indonesia. Kita pahami dan kerjakan," kata Kapolres saat itu.

Kapolres menerangkan perkara-perkara hidup dengan mengutip ayat-ayat suci Al Qur'an secara acak. Misalnya ketika ia menjelaskan tentang lima bentuk syirik yang sebenarnya. Awalnya ia berpijak pada suatu ayat dalam sebuah surat. Lalu menggunakan ayat yang lain dalam surat yang lain lagi. Lompat-lompat. Ketika tuntas, ia memeras inti sari dari apa yang ia sampaikan untuk memudahkan teman mengajinya mengingat apa yang ia sampaikan.

"Syirik itu diantaranya egois. Satu golongan selalu merasa benar dan menyalahkan golongan lain. Kemudian pelit. Kufur dengan nikmat Allah. Lalu durhaka terhadap orangtua. Tidak pernah bersyukur. Selalu mengeluh dalam hidup. Serta orang-orang yang tidak menggunakan akal pikiran," urainya.

Ketika mengaji, mantan Kasubdit I Ditreskrimsus Polda NTB itu selalu enggan mengizinkan jurnalis yang sedang bersamanya untuk berlalu begitu saja. Ia menyampaikan banyak hal. Larangan mencintai anak melebihi cinta kepada Tuhan. Melaksanakan seruan Nabi Muhammad untuk menyampaikan suatu ilmu yang berasal darinya walau hanya satu ayat.

Ia juga mengajak jurnalis di Bengkulu untuk tidak memproduksi berita yang dapat menimbulkan disintegrasi sosial. Apa yang ia sampaikan kadang ia sertakan dengan contoh nyata. Ada yang menggunakan pengalaman orang lain. Ada yang menggunakan pengalamannya sendiri. Semua itu ia rangkum dengan ketegasan.

"Al-Qur'an cukup lengkap dalam menjelaskan setiap perkara kehidupan. Mulai dari hubungan seksual, hingga harta warisan," sampai Kapolres.

Pun gemar mengaji, Kapolres AKBP Ardian Indra Nurinta dikenal cekatan dalam menjalankan tugas-tugas Kepolisian. Ia ikut masuk dalam kobaran api ketika Rumah Tahanan (Rutan) Malabero dibakar oleh penghuninya, Maret 2016. Ia memimpin sendiri pengendalian situasi Lapas Bentiring ketika kerusuhan terjadi pada Juli 2016.

Namun bagi dia, sukses dalam bekerja sebagai anggota Polri adalah dengan melaksanakan tugas sesuai koridor, dimana sikap tersebut juga terdapat dalam Sunah Rasulullah SAW dan Al-Quran. Karenanya pernah ia menggelar Bedah Al-Qur'an yang melibatkan ratusan anggotanya di Mapolres Bengkulu bersama ustadz Nurcholis atau kerap disapa Cak Nur, Juli 2016.

"Ada banyak makhluk di dunia. Ada yang mengejar harta, pangkat, membangga-banggakan golongannya. Padahal sebaik-baik makhluk adalah mereka yang bermanfaat terhadap sesama," demikian AKBP Ardian Indra Nurinta menutup kajiannya. [**]