Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Terserang Hama Blas, Kualitas Beras Buruk & Harga Anjlok

1234BENGKULU SELATAN, PB - Disamping harga gabah kering dan harga beras yang anjlok, kualitas beras hasil panen petani di Bengkulu Selatan pada musim kali ini juga ikut merosot. Penyebabnya adalah karena tanaman padi diserang hama blas atau yang sering disebut masyarakat Bengkulu Selatan dengan istilah 'patah tukuk'. Seperti halnya yang terjadi di Hamparan Tanjung Lalang, Air Dingin dan Ganjuh Kecamatan Pino.

Baca juga: Musim Panen, Harga Gabah Turun dan Petani Gunung Kayo Mulai Kembangkan Beras Merah

Sebagaimana diungkapkan Kepala Desa Puding Yaliludin, hampir seluruh tanaman padi warganya terserang hama blas pada saat buah padi baru keluar. Akibatnya buah padi tersebut tidak berkembang dengan sempurna, sehingga kualitas padi tergolong buruk dari biasanya.

"Waktu terserang hama blas atau patah tukuk, buah padi belum masak. Mungkin itu menyebabkan buah padi tidak masak dengan sempurna. Makanya pas jadi beras banyak yang patah atau luluh. Di samping itu warna beras agak pucat, tidak putih bersih seperti biasanya. Sebenarnya ini bukan hanya terjadi di desa kami, tapi arah Seginim dan Kedurangpun saya dengar juga seperti ini," ungkap Yaliludin.

Lanjutnya, akibat kulaitas beras yang buruk itu mengakibatkan harga jual beras dan gabah kering juga turun. Hal tersebut juga berdampak terhadap penurunan pendapatan petani.

"Memang sudah tradisi kalau musim panen tiba harga beras dan harga gabah kering turun. Tapi kali ini harganya merosot jauh dari biasa-bisanya. Contohnya saja harga gabah biasanya Rp 5.500 per Kilo Gram, sekarang ini hanya berkisar Rp 3.600 per Kilo Gram. Begitu juga denga harga beras yang biasanya berkisar Rp 28 ribu sampai Rp 30 ribu per Kulak (satu kulak = 3 Kg red), sekarang per kulaknya hanya Rp 23 ribu saja. Silahkan cek ke Pasar!," papar Kades.

Sebenarnya, pada saat terserang hama blas kala itu petani sudah melapor deng petugas PPL. Namun petani mengalami keterbatasan biaya untuk membeli obat atau fungisida untuk memberantas hama blas. (Apdian Utama)