Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Stop Diskriminasi Autisme

Stop Diskriminasi AutismeJAKARTA, PB - Di dalam masyarakat, terdapat sekelompok anak yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, yaitu anak-anak dengan kebutuhan khusus. Anak-anak ini sering disebut anak dengan gangguan spektrum Autistik (GSA) atau lebih dikenal dengan anak autisme.


Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. H. M. Subuh, MPPM mengatakan pemberian pemahaman kepada masyarakat melalui pendekatan keluarga agar dapat mengenali dan mendeteksi anak dengan GSA sedini mungkin sangat penting.


"Ini bertujuan agar individu dengan spektrum Autisme dapat memperoleh dukungan dan hak untuk mendapatkan penanganan khusus yang dibutuhkan dengan sebaik-baiknya, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidupnya dikemudian hari, diterima masyarakat dan diapresiasi oleh lingkungannya," kata dia, Rabu (13/4/2016).


(Baca juga: Bengkuluku Peduli Autis)


Dia mengatakan keluarga yang memiliki anak dengan spektrum Autisme mengalami berbagai penyesuaian dalam kehidupannya. Mulai dari tingginya biaya yang dibutuhkan untuk perawatan dan tidak mudah mendapatkan tempat pendidikan yang sesuai.


Lelbih lanjut, Subuh menyampaikan individu dengan GSA merupakan salah satu dari lima jenis Gangguan Perkembangan Pervasif atau Pervasive Development Disorder. Tidak mendengar atau memandang mata saat diajak berkomunikasi merupakan tanda pengenal disamping variasi gejala lain, seperti komunikasi yang sulit dimengerti, emosi yang tidak stabil dan perilaku yang tidak biasa.


"Tanda-tanda tersebut menyebabkan disabilitas dalam bersosialisasi dan fungsi aktivitas harian," ujarnya.


Menurutnya, penyandang spektrum Autisme adalah individu yang sangat membutuhkan perhatian, baik dari keluarganya maupun dari lingkungan masyarakat di sekitarnya. "Orang tua yang menghadapi individu dengan spektrum Autisme ini harus sabar, karena mereka membutuhkan waktu yang panjang untuk terapi dan pembinaan," tambah dr. Subuh.


Pada kesempatan tersebut, Subuh berpesan pada masyarakat, jajaran pemerintahan, instansi pendidikan, dan kesehatan serta lembaga swadaya masyarakat yang terkait untuk dapat memberikan dukungan kepada saudara kita, individu dengan autisme sehingga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.


Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap individu dengan GSA. Hal lain yang perlu adalan pendataan serta sosialisasi ke fasilitas pelayanan yang tersedia bagi individu dengan GSA, serta memberikan kesempatan baik dalam pelayanan kesehatan, rehabilitasi, maupun fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja.


Selanjutnya, peningkatan jumlah tenaga ahli dalam penanganan autisme, seperti tenaga terapis bicara, psikiater serta psikolog klinis anak, dan tenaga professional lainnya, baik melalui memperbanyak pelatihan maupun jalur pendidikan formal.


Tak kalah penting, pendekatan kepada keluarga individu dengan GSA, agar bisa meningkatkan pengetahuan mengenai GSA, jenis-jenis penanganan yang dapat dilakukan, serta metoda terbaru pengasuhan autisme, baik dengan banyak membaca, maupun mengikuti seminar dan lokakarya terkait.


Data Centre of Disease Control (CDC) di Amerika pada bulan Maret 2014, prevalensi (angka kejadian) Autisme adalah 1 dari 68 anak. Secara lebih spesifik 1 dari 42 anak laki-laki dan 1 dari 189 anak perempuan.


"Ini menunjukkan bahwa specific prevention and protection dibutuhkan dalam upaya pencegahan dan pengendalian Autisme," tambahnya.


Saat ini di Indonesia belum ada data statistik jumlah penyandang Autisme. Namun individu dengan GSA ini diperkirakan sudah semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari angka kunjungan di rumah sakit umum, rumah sakit jiwa pada klinik tumbuh kembang anak yang cukup bermakna dari tahun ke tahun.


"Yang utama adalah bagaimana kita menghilangkan Stigma. Selain itu, sosialisasi informasi yang benar diperlukan, sehingga jangan sampai ada lagi anak dengan spektrum autistik yang didiskrimasi," pungkasnya. [GP]