Sticky

FALSE

Page Nav

HIDE

GRID

GRID_STYLE

Hover

TRUE

Hover Effects

TRUE

Berita Terkini

latest

Rutan Malabero, Bangunan Belanda Yang Sudah Rapuh

[caption id="attachment_18470" align="alignleft" width="300"]Ilustrasi, Penjara Kalisosok Surabaya Ilustrasi, Penjara Kalisosok Surabaya[/caption]

Pembakaran Rumah Tahanan Negara (Rutan) Malabero menjadi berita fenomenal saat ini. Semua mata tertuju ke hotel prodeo yang berada di Jalan Brigjend Berlian 556, Kelurahan Malabero, Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu tersebut. 

Oleh: Tedi CHO
__________________

POLISI berseragam lengkap masih menjaga ketat rutan yang dulunya Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Malabero, hingga saat ini. Sebagian mondar mandir di depan pintu rutan, sebagian berserak di teras. Ada juga yang bersantai di bawah tenda sembari menyeruput kopi atau minuman lainnya.

Tak biasanya rutan ini dijaga polisi seramai ini. Biasanya jumlah polisi bisa dihitung jari. Kendati demikian, dibanding dengan hari biasanya rutan ini tentu lebih sepi. Di waktu normal, para pembesuk warga binaan menyesaki ruangan dan kendaraan memadati jalan yang ada di depan rutan.

Tak kalah yang membuat sepi adalah tahanannya itu sendiri. Total 259 tahanan ini sudah tak berada di lokasi. Sebanyak 253 tahanan diboyong ke Lapas Bentiring. Yang lainnya? Satu orang dibawa ke Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bengkulu. Lima lagi tewas dijilati si jago merah.

Data terhimpun, kebakaran hebat yang terjadi Jumat malam bermula dari adanya razia yang dilakukan BNNP dan Polda Bengkulu. Razia ini berujung rusuh ketika salah seorang yang bernama Edison Irawan alias Aseng, yang diduga masih mengendalikan bisnis narkoba diperiksa oleh petugas tersebut.

Tahanan lainnya yang lalu memberikan solidaritas negatif dengan memercikkan sumber api hingga mengenai tabung gas dan akhirnya kebakaran di sel narkoba itu pun tak terhindarkan. Sialnya, sang jago merah merembet hingga menyusuri seluruh ruangan kebakaran hebat pun terjadi.

Lalu kenapa bangunan ini mudah sekali terbakar? Jawabannya sederhana, bangunan itu sudah tua dan memang sudah rapuh. Ini pula yang membuat bangunan ini mudah sekali dijebol oleh para tahanan saat kebakaran hebat terjadi.

Ternyata, rutan ini dibangun kolonial Belanda saat masih menduduki Bengkulu. "Sesungguhnya Rutan Bengkulu ini bekas peninggalan Belanda. Kondisinya sudah rapuh. Jadi mudah didobrak oleh penghuni Rutan, kecuali yang didiami oleh lima penghuni. Yang berakibat mereka meninggal dunia, karena terjebak api," demikian disampaikan Dirjen Pas I Wayan K. Dusak.

Telusur punya telusur, perkembangan kepenjaraan sebelum proklamasi kemerdekaan RI terbagi dalam beberapa periode. Diantaranya: periode kerja paksa di Indonesia ( 1872-1905 ), periode penjara sentral wilayah ( 1905-1921 ), periode pelaksanaan setelah berlakunya Wetboek Van Strafrecht Voor Nederland Indie ( 1921-1942 ). Pada periode yang ketiga inilah, tepatnya tahun 1935, rutan ini berdiri.

Perubahan sistem yang dilakukan oleh Hijmans (Kepala urusan kepenjaraan Hindia Belanda) ini bertujuan untuk menghapuskan sistem penjara-penjara pusat dan menggantikannya dengan struktur dari sistem penjara untuk pelaksanaan pidana, dengan adanya tempat-tempat penampungan tersendiri bagi tahanan dan pemisahan antara terpidana dewasa dan anak-anak, terpidana wanita dan pria.

Sebagai Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham (dahulu Departemen Kehakiman), penjara ini akhirnya berubah nama menjadi Lapas sekitar tahun 1962. Perubahan nama ini lantaran Menteri Kehakiman (Sahardjo) ketika itu menyatakan jika tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan hukuman.

Pada tahun 2005, jumlah penghuni Lapas di Indonesia mencapai 97.671 orang, lebih besar dari kapasitas hunian yang hanya untuk 68.141 orang. Maraknya peredaran narkoba di Indonesia juga salah satu penyebab terjadinya kelebihan kapasitas pada tingkat hunian Lapas.

Over capacity ini terjadi juga pada rutan Malabero ini. Bahkan rutan ini sempat mengalami kelebihan jumlah warga binaan ini mencapai 400 persen lebih. Hal ini pula yang menjadi latar belakang pemerintah akhirnya membangun Lapas Bentiring. Dengan demikian, kata Dusak, Lapas Klas II A Malabero ini akhirnya difungsikan menjadi Rutan Bengkulu.

"Sebab, itu mereka kita pindahkan ke Lapas Bengkulu," pungkasnya. [**]